Sebelumnya, aku biasa memihak ayah. Sama seperti ayah, aku pun merasa kecewa pada ibu karena tidak merawat keluarga dengan baik, karena meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai istri dan ibu di keluarga ini. Jadi aku setuju untuk tinggal bersama ayah. Tetapi beberapa bulan kemudian aku merasa telah membuat keputusan yang salah.

Dia merencanakannya. Dia berencana meninggalkan ibu hanya untuk menikahi wanita lain. Bodohnya aku.

Mungkin ayah menemukan sesuatu di Ibu Jieun, yang tidak dia temukan pada ibuku. Apapun itu, aku merasa dikhianati. Dikhianati oleh asumsiku sendiri pada ayah.

Ayah bukan orang baik.

Dia egois.

Dia hanya memikirkan dirinya sendiri, kebahagiaannya sendiri, tanpa memperhatikanku, kebahagiaanku.

Dia mengambil kebahagiaanku dalam sekejap mata, dengan cara yang tak pernah aku bayangkan.

Dia mengambil Jieun dariku.

Kim Jieun, teman sekolahku.

Aku menyukainya.

.
.
.

Aku tak yakin kapan aku mulai menyukainya. Apa sejak festival sekolah pada tahun pertama kami? Ya, mungkin saja.

Saat itu, setiap kelas perlu mengirim perwakilan untuk tampil di atas panggung. Bersama teman satu bandku, aku menjadi wakil kelasku.

Sambil menunggu waktu untuk naik ke panggung, aku menikmati pertunjukan kelas lain. Solo Vocal, Dance Group, atau band, tidak ada yang istimewa dari penampilan mereka. Membosankan, pikirku.

Tapi kemudian ada seorang gadis yang naik panggung, yang cantik, duduk di belakang keyboard dan mulai memainkan melodi. Aku tak tahu lagu apa itu, tapi itu terdengar ... sedih.

Apalagi ketika dia mulai bernyanyi.

#BGM: Boys II Men & Mariah Carey - One Sweet Day.

Sorry I never told you
all I wanted to say...

Dengan hanya dua kalimat, lagu itu berhasil menusuk hatiku.

Tiba-tiba aku teringat ibuku.

And now it's too late to hold you
'Cause you've flown away
so faraway

Aku ingat malam dimana ibu pergi dari rumah. Malam itu, ketika aku ingin memegang tangannya, tetapi aku tak bisa. Aku hanya bisa melihatnya perlahan menghilang dari pandangan.

Never had I imagined your living without your smile

Aku ingat waktu yang kami habiskan bersama ketika aku masih kecil. Ketika dia hanya seorang ibu biasa, bukan, ketika dia adalah ibu luar biasa yang memberikan perhatian penuh kepadaku.

Feeling knowing you hear me
it keeps me alive alive...

Tapi sekarang dia sudah pergi.
Dia meninggalkanku.

Aku tak sadar kalau aku meneteskan air mata. Aku langsung menghapusnya. Aku tak mau ada orang lain yang tahu apa yang kurasakan. Aku bahkan sebetulnya tak mau mengakui bahwa aku telah terluka oleh perpisahan mereka.

And I know
you're shining down on me from heaven
Like so many friends we've lost along the way
And I know eventually we'll be together
One sweet day...

What Should I Do?Onde histórias criam vida. Descubra agora