4. meet Lee Jeno

Depuis le début
                                    

Setelah Renjun selesai bersiap, ia keluar kelas. Jeno menyusul nya. Memastikan jika pujaannya pulang dengan selamat.

Sesampainya di luar kelas, Jeno mengernyit karena mendengar gumaman Renjun yang mengatakan jika ia tidak membawa payung.

Jeno mengobrak abrik tas nya. Berharap payung yang selalu Mamanya selipkan sebelum berangkat sekolah masih ada.

"Yass!!" Jeno bersorak karena ternyata ia masih belum mengeluarkan payung itu.

Dan ia memberanikan diri untuk mendekat ke arah Renjun yang bersiap menerjang hujan. Tanpa sadar ia telah menyentuh tas Renjun. Menarik dengan sedikit kasar karena takut Renjun terkena hujan. Meskipun sedikit saja, Jeno tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Nih pake payung gue, jangan sakit nanti gue nggak semangat ke sekolahnya." Lee Jeno bodoh!!! Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Ingin rasanya Jeno menampar mulutnya yang telah lancang berkata seperti itu.

Sudah terlanjur malu, akhirnya Jeno pergi dari sana tanpa berkata apa-apa.

Berjalan dengan cepat sampai pada saat ia tiba di belokan, ia mendengar suara merdu yang sudah menjadi favoritnya selama beberapa bulan ini.

"Heh, nama lo siapa?!"

Jeno hanya berani menengok, tanpa sadar tersenyum. Dia belum berani menjawab pertanyaan Renjun. Dengan langkah seribu, ia berjalan menuju parkiran. Mengambil sepedanya dan bergegas pulang. Mengabaikan hujan yang sudah membasahi dirinya.

Tak apa, demi pujaan hatinya Jeno rela kehujanan.

Esoknya, Jeno berangkat sekolah sedikit kesiangan dari biasanya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Esoknya, Jeno berangkat sekolah sedikit kesiangan dari biasanya. Dikayuhnya dengan cepat sepeda yang sudah menemaninya bersekolah selama 6 bulan ini.

Saking paniknya karena takut terlambat, ia pun berbelok tanpa melihat kanan dan kiri jalanan. Sampai pada saat Jeno akan berbelok, dari arah kanan muncul sepeda motor yang berhasil menabrak dirinya hingga sepedanya terjatuh. Untung Jeno sempat menghindar, jadi ia tidak ikut terjatuh.

"Aduh aduh bang, maafin saya ya. Saya buru-buru udah telat. Sekali lagi maaf ya bang. Saya duluan."

"Lain kali hati-hati ya dek."

"Iya bang."

Setelah obrolan singkat mereka, Jeno kembali mengayuh sepedanya. Baru 3 kayuhan, rantai sepedanya tiba-tiba saja putus. Jeno bertambah panik.

"Yagusti ada aja halangan hari ini. Turunin bidadari kek biar bantuin gue cepet nyampe sekolahan." Jeno berbicara sendirian dijalan sambil mendorong sepedanya.

Sampai tiba-tiba ia mendengar suara yang sudah sangat familiar olehnya.

Bahkan Jeno sampai terlonjak saking kagetnya.

"Renjun..." Jeno bergumam. Dia sampai tidak berkedip saking terkejutnya di hadapkan dengan wajah flawless Renjun di pagi hari. Secepat ini Tuhan mengabulkan doanya?! Thanks God.

"Sepeda lo rusak?" Renjun bertanya. Udah tau pake nanya lagi hadeh. Untung sayang.

"Ah maksudnya, lo mau berangkat sekolah?"  Astaga ternyata Renjun bisa bingung juga ya haha. Lucu sekali wajahnya.

"Oke gue salah nyari pertanyaan. Sepeda lo kenapa bisa kayak gini?"

Nah ini baru bener pertanyaan nya.

"Tidak sengaja tertabrak motor tadi." Jeno menjawab sekenanya, ia terlalu nervous.

Renjun terlihat terkejut.

"Lo nggak papa kan?" Jeno mimpi apa ya semalem, bisa-bisanya Renjun khawatirin Jeno kayak gitu?!

"Iya."

"Oh iya, payung lo dirumah gue. Sorry nggak kebawa tadi. Besok gue balikin deh."

"Bawa aja dulu nggak apa-apa." Padahal kemarin Jeno dimarahin Mama karena salah satu payung mahalnya Jeno pinjam-pinjamkan ke orang.

"By the way, lo kelas apa?" Seriously Choi Renjun? Dia bahkan tidak tau eksistensi seorang Lee Jeno? Si murid beasiswa yang sangat ramah di kelasnya. Huh. Lagi-lagi, untung sayang.

"Sekelas sama lo."

Renjun lagi-lagi terlihat kaget. Sangat menggemaskan.

"O-oke, mau bareng gue nggak? Itung-itung buat payung kemaren." Jeno deg-degan.

"Nggak usah, gue naik bus aja."

Renjun terlihat mengecek jam tangannya yang mahal. Bahkan sepeda Jeno tidak ada apa-apanya dibanding jam itu. Huft.

"Lima belas menit lagi bel masuk, lo yakin mau naik bus?" Mata Jeno membulat. Demi hidungnya yang besar, ia bisa terlambat ke sekolah!

Jeno masih berperang dengan batinnya. Hatinya mengatakan iya, tetapi otaknya menolak. Jeno confused.

"Tik tok waktu kita nggak banyak hoodie boy!" Renjun berkata dengan nada malas.

Such a sweet nickname. Hoodie boy. Jeno likes it!

"Yaudah deh." Jeno menyerah, ia tak ingin mengotori buku absennya dengan keterlambatan.

"Ayo!"

Akhirnya Jeno memasuki mobil Renjun. Dan ya, mereka tiba di sekolahan dengan bisik-bisik yang terdengar di seluruh penjuru sekolahan. Bahwa sang siswa beasiswa dengan lancang mendekati berlian berharga milik sekolahan. Jeno menciut. Ia tidak punya kuasa apapun di sekolahan ini. Dia hanya menghela nafas dan mencoba menulikan telinga nya dari bisikan-bisikan yang semakin lama semakin keras terdengar.










To be continued

Double update gara-gara tau ternyata followers ku udah 100 aja hiks, sayang kalian😘 makasih ya 😣💚

Part depan mau apa dulu nih?

Awal kisah markhyuck atau Jeno yang jadi bahan hujatan seluruh sekolahan?

Dah!

Distance [JenoxRenjun] ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant