"PAPAAA!" lengkingan feminim muda itu sejenak mendobrak habis atensi Jimin untuk tolehkan kepala. "Mama menghilang, tadi dimakan air."

Bae kelihatan menunjuk-nunjuk tumpukan kristal yang lebih analitis, Jimin ikuti itu sembari temukan beberapa titik gelembung yang meletus mencapai permukaan. Astaga, Jimin hanya melamun sebentar, bagaimana bisa tenggelam secepat itu? Bahkan sebelum otaknya bereaksi lebih, Jimin sudah melucuti bathrobe yang membungkus tubuhnya dan melompat begitu saja hanya dengan menggunakan celana parokial ketat. Jimin lihat itu, sosok tubuh yang langsung bergerak gesit dari dasar kolam menuju permukaan untuk meringkus udara kembali. Menipu ternyata semudah itu. Sementara Jimin masih berusaha habisi kecemasannya di dalam air, Hyunji segera naik menuju ke arah Bae dan Hyuk lantas tertawa bersama dari arah sana, menyaksikan keberhasilan rencana mereka untuk menarik Jimin ke dalam air, ketiganya sibuk tertawai hasil leluconnya yang baru saja mengusap wajah dari tilas air yang menempeli epidermis, tetapi bukannya marah atau bagaimana, lelaki itu hanya ikut tertawa setelahnya.

Lagi pula, bagaimana bisa ia lupakan fakta bahwa Hyunji itu lebih pandai berenang daripada dirinya? Kecemasan yang konyol sekali.

"Kalian mengerjai papa, ya? Kemari kalian," ancam Jimin jenaka.

Kedua manisan berbentuk manusia itu terbahak sebelum berusaha naik dari kolam dan berlarian, membasahi banyak lapak. Bahkan sebelum Jimin berhasil angkat tubuh menuju area yang lebih dangkal, keduanya telah menghilang menuju kamar mandi. Parahnya lagi, Jimin bahkan tak dapat tolak sentuhan yang coba Hyunji berikan ketika perempuan itu menyusulnya ke semenjana kolam.

Wajah cantik itu terkekeh sebelum mengalungkan tangan pada leher Jimin, semacam reaksi tubuh yang terlalu sistematis, Jimin bahkan tak sadar telah ikut daratkan sebelah tangan pada pinggang istrinya, bukankah ini terlalu rapat? Sejujurnya meski ada begitu banyak alasan untuk lakukan hal tanpa sekat, Jimin tetap harus pastikan anak-anaknya tidak terpeleset atau terkunci di kamar mandi. Meski akan lebih spesifik jika Jimin katakan ia hanya ingin hindari taluan jantungnya yang keterlaluan.

"Aku akan keringkan tubuh kembali, bisa kau lepaskan dulu pelukannya, sayang?" tutur Jimin pelan, berusaha berenang untuk capai pijakan.

Sayangnya, Jimin telah dikungkung oleh dua lengan yang begitu ia rindui, hingga terasa begitu sulit untuk lepaskan rekatan itu menggunakan tenaganya sendiri. Bagaimana, ya? Jimin masih begitu mencintai dan suka skinship seperti ini.

"Aku hanya ingin ucapkan terima kasih," ujar Hyunji bersama satu senyum yang terlalu lebar. Jimin jadi nyeri sendiri, bahwa kini wajah cantik itu tidak hanya ia nikmati sendiri. Dengan sintingnya ia biarkan saja istrinya terbagi menjadi dua sisi, satu yang harus ia lihat, sedang bagian lain adalah milik Yoongi yang tak dapat diganggu gugat.

"Ini ide Hyuk, dia ingin mengerjaimu."

"Ya, tidak apa-apa. Aku sudah basah dan kedua anakku begitu gembira melihat itu. Jangan terlalu dipusingkan."

"Dan terima kasih lagi," sambung Hyunji sembari berikan kecupan papa belah pipi kanan Jimin. "Kau kelihatan begitu bersungguh-sungguh ingin menolongku. Wajah panikmu membuat dadaku berdegup kencang."

Jimin rapatkan bibir, ia ingin membenarkan, tetapi akan lebih baik jika menyangkal, sebab tidak berguna jika Jimin terus tunjukkan afeksinya sendirian. Ia sudah berusaha, perlihatkan apa yang dirinya bisa, yang ia rasa dengan takaran integritas terpenuh. Sayangnya, Jimin tengah ingin beristirahat sejenak dari keegoisannya untuk memiliki Hyunji. Ia tidak bisa genggam pasir terlalu erat, maka ia putuskan untuk kembali sedikit longgarkan genggaman sembari berkata, "Aku selalu totalitas, sayang. Demi anak-anak."

Dan pelukan itu dilepas perlahan, Hyunji tipiskan senyuman hingga berbuntut lenyap. Ia menatap penuh asa, sayangnya Jimin tak berikan itu padanya. Jelas, bukan? Jimin mulai serahkan segala hal hanya demi anak-anak mereka. Hyunji, jangan lagi berkhayal bahwa kau seorang putri cantik yang beruntung miliki dua pangeran sekaligus.

LABIRYNTH ESCAPE Where stories live. Discover now