04. Let See Your Heart

6.5K 581 84
                                    

Vote dulu yaw! Oh iya, bacanya sambil play mulmednya juga oke (Can't Take My Eyes Off You) (:
.
.
.
.
.
Sudah seminggu sejak Gulf meninggalkan Mew di restoran setelah insiden pertemuannya dengan Prim dan berakhir buruk. Gulf merasa lega karena Mew benar-benar tidak mengganggunya lagi.

Namun, entah mengapa. Ia malah uring-uringan tidak jelas. Tentu saja, hal itu mengundang geram Earth.

"Seminggu lalu, kau marah-marah karena Prim salah paham. Hari keduanya kau senang karena Phi Mew tak menganggumu lagi. Hari ketiga sampai sekarang, kau malah menekuk wajahmu seperti lap dapur. Selama berteman denganmu, aku baru melihat kau yang moody seperti ini." Earth terus menyerocos sampai Gulf mengembuskan napas dan berbalik ke arahnya.

"Aku sudah bilang, kan? Aku hanya tak enak badan."

"Aku percaya saja. Daripada moodmu tiba-tiba berubah lagi," kekeh Earth.

"Kurang ajar kau!" Gulf menjitak kepala Earth.

"Sudah diam dan keluarkan tugasmu."

"Hey, kau yang sejak tadi bicara terus-menerus ya!" tuding Gulf tak terima.

Earth tidak meladeni Gulf lagi dan memilih membuka catatannya sebelum dosen masuk.

****

Lagi-lagi, rumahnya kosong. Mungkin, ayah dan ibunya tengah memantau anak perusahaan yang baru mereka dirikan di luar kota. Dan Gulf terbiasa dengan itu. Orang yang bekerja di rumahnya pun sudah pulang. Karena, keluarganya memang tidak mempekerjakan orang dengan tetap. Hanya pada saat mereka sangat sibuk saja.

"Aneh sekali. Akhir-akhir ini aku merasa sangat tidak bersemangat," gumam Gulf sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

Hujan lagi-lagi turun dengan derasnya. Gulf memandangi kaca yang mendominasi rumahnya yang mulai berembun dan tidak bisa melihat jelas ke arah luar.

Matanya yang mulai menutup kembali terbuka lebar saat ketukan di pintu semakin terdengar nyaring.

"Ouch, siapa yang bertamu hujan-hujan begini?" gerutu Gulf.

Dengan langkah lunglai, Gulf berjalan ke arah pintu tanpa mengintip dulu siapa yang bertamu.

"Phi Mew?!" Gulf membulatkan matanya lebar saat melihat lelaki basah kuyup yang bertamu ke rumahnya.

"G... Gulf. Apa, aku boleh, hatchi... meminjam bajumu?" tanya Mew terbata-bata sambil bersin-bersin.

Gulf sempat terdiam. Namun, melihat wajah Mew yang pucat dan menggigil, ia tak tega dan mempersilakan lelaki itu masuk ke rumahnya.

"Tunggu di sini, Phi. Aku ambilkan handuk dan pakaian untukmu."

Tak butuh waktu lama sampai Gulf memberikan handuk dan pakaian pada Mew. Dan menyuruh lelaki itu segera mengganti pakaiannya.

"Nah, ini untukmu." Gulf menyodorkan teh hangat ke arah Mew yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Terimakasih. Bajumu wangi sekali, Gulf."

"Aku tidak sejahat itu sampai memberi baju kotor untukmu!" jawab Gulf ketus.

"Aw. Kupikir malah kau tidak akan mempersilakanku masuk."

"Memang aku sejahat itu?! Kucing kehujanan saja kubawa pulang."

"Aku disamakan dengan kucing ya?"

"Ck. Diam dan minum tehnya! Itu teh jahe. Agar tubuhmu hangat dan tidak masuk angin."

Mew tersenyum sambil menyesap teh yang masih mengepul itu secara perlahan.

"Kenapa kau basah kuyup, Phi?" Gulf membuka pembicaraan.

"Mobilku sedang di bengkel dan aku terpaksa membawa motor di musim penghujan seperti ini."

"Lalu, kenapa kau kemari?" tanya Gulf lagi.

"Dari rumah teman. Dan ternyata aku kehujanan di jalan kompleks rumahmu. Tadinya, aku ingin meneleponmu dulu. Tapi, ternyata gerbang rumahmu tak terkunci. Apa kau tidak mendengar deru motorku?"

"Tidak."

"Aw. Oh iya, lain kali, jangan lupa kunci gerbangnya. Kau ingin ada maling masuk rumahmu? Berhati-hatilah. Rumahmu juga tampak sepi."

"Memang. Hanya ada aku saja."

"Tolong dengarkan aku na, Gulf. Jangan ceroboh. Kalau ada maling dan kau kenapa-napa, bagaimana?"

"Tidak usah lebay!"

"Aku serius."

"Iya, iya! Tadi aku lupa dan sangat lemas. Jadi, aku tak mengecek gerbang."

"Kenapa? Akhir-akhir ini kau terlihat lemas? Apa karena aku tak pernah mengunjungimu lagi di kelas?"

"Sial! Kenapa Phi berpikir seperti itu? Tidak ya!"

Mew hanya terkekeh sambil mengusap lengannya yang mulai terasa dingin. Padahal, pendingin ruangannya sudah Gulf matikan.

"Apa bajuku terlalu tipis?" tanya Gulf akhirnya.

"Tidak," jawab Mew sambil menyunggingkan senyumnya.

Gulf yang memang sebenarnya peka, hendak berdiri mengambil selimut. Entah kenapa, rasanya ia iba pada Mew kali ini meski tak mengakuinya secara langsung.

Namun, langkahnya terhenti karena Mew menarik tangannya. Gulf yang tidak siap akhirnya jatuh tepat ke pangkuan Mew.

"Aish, Phi Mew. Kenapa tidak memanggilku saja?" tanya Gulf sambil mencoba berdiri.

"Biarkan saja seperti ini." Mew malah mendekap tubuh Gulf semakin erat.

"Phi, aku mau mengambil selimut untukmu." Gulf masih mencoba melepaskan diri.

"Tubuhmu lebih hangat, Baby."

"Jangan panggil aku seperti itu!"

Bentakan Gulf malah membuat Mew semakin mempererat pelukannya dan meletakan dagunya di atas bahu Gulf.

"Anak manis." Mew mengendus leher Gulf yang masih wangi meski belum berganti pakaian setelah kuliah.

"Phi."

"Aku tidak dengar," kekeh Mew yang masih setia memeluk erat Gulf sambil memejamkan matanya.








Jangan nanya wikwik yaaa! Bcs wikwiknya cuma pemanis aja nanti. Aku mau bikin sweet moment MewGulf banyak-banyak. Jangan pada kabur yaw 😚

With Stranger (MewGulf) [Not Complited]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum