03. Gulf's Ex

5K 501 38
                                    

Vote dulu yaw (:
.
.
.
.
.
"Dasar sialan! Berani-beraninya dia memperlakukanku seperti itu! Di rumahku sendiri pula!" Gulf melempar tasnya ke atas meja dengan cukup keras.

"Apa lagi, Gulf? Kau senang sekali menggerutu akhir-akhir ini." Earth yang sejak tadi hanya diam akhirnya geram juga.

"Siapa yang tidak kesal kalau--" Gulf segera membungkam mulutnya. Ia tidak mungkin menceritakan semua cerita tentang Mew pada Earth.

"Apa?" Earth terlihat semakin penasaran.

"Kalau melihat wajah senior songong itu," jawab Gulf setenang mungkin.

"Psttt... Gulf." Earth memberi kode pada Gulf untuk melihat ke arah pintu.

Raut wajah Gulf semakin menyeramkan saat melihat Mew yang tengah bersandar di pintu kelasnya. Beberapa perempuan di kelasnya tampak tebar pesona dan curi-curi pandang.

"Apa lagi sih orang itu?"

Meski menggerutu, Gulf tetap menghampiri Mew dan menarik lengan lelaki itu ke luar dari kelasnya.

"Apa lagi?!" bentak Gulf.

"Hey, harusnya kau menyambut pacarmu ini," goda Mew sambil menyentuh pipi Gulf.

"Pacar apa? Jangan buat gosip yang tidak-tidak. Siapa yang bilang aku setuju jadi pacarmu, ha?"

"Jadi, kau mau lari dari perjanjian kita?"

"Sudah kubilang, yang lain kan bisa?" Gulf tetap tak mau kalah.

"Akui saja. Kau juga menikmati perlakuanku, kan?" bisik Mew sensual tepat di telinga Gulf.

"Sialan! Awas! Dosenku sebentar lagi masuk!" Gulf mendorong bahu Mew cukup keras sebelum ia kembali ke kelasnya.

Seperti biasa, Mew hanya membalasnya dengan tawa ringan.

****

"Hai."

Gulf kembali dibuat berdecak karena Mew yang sangat ia hindari sedang bersandar di mobil miliknya.

"Ada apa lagi?"

"Antarkan aku pulang na, Baby Gulf."

"Tidak! Dasar menjijikan!"

"Oh ayolah. Aku tidak bawa mobil hari ini."

Gulf mendorong tubuh Mew yang menghalangi pintu mobilnya tanpa bicara apapun. Namun, gerakan Gulf kalah gesit dengan Mew yang merebut kunci mobilnya.

"Kembalikan kunci mobilku, Phi Mew."

Kali ini, Mew yang mengabaikan Gulf dan masuk ke dalam mobil Gulf.

"Aku mau pulang, Phi. Keluar!"

"Let me drive you." Mew mengedipkan sebelah matanya.

Entah kenapa, meski Mew sangat menyebalkan, Gulf tidak bisa berlaku kasar pada lelaki itu. Yang ia lakukan hanya menggerutu dan marah-marah.

"Tapi, itu mobilku. Apa jangan-jangan kau mau mencuri mobilku?"

"Masuklah. Kalau begini, kita akan sampai malam di sini."

"Kenapa aku tidak bisa menghajarnya?" gerutu Gulf sambil masuk ke bangku penumpang di mobilnya sendiri.

"Kita makan dulu. Kali ini, aku tidak menerima penolakan."

"Bawa saja aku ke neraka!"

"Aku hanya akan membawamu ke surga," ucap Mew sambil meraba paha Gulf.

"Jangan kurang ajar!" Gulf menepis tangan Mew kasar. "Menyetirlah dengan benar! Kalau sampai mobilku rusak, kubunuh kau!"

Mew hanya terkekeh dan menepikan mobil yang dikendarainya ke parkiran salah satu restoran.

"Kau tidak keberatan kan, kalau kita makan di sini?"

Gulf tidak menjawab dan malah keluar dari mobilnya terlebih dulu.

"Kau ingin makan apa?" tanya Mew yang mulai membuka buku menu.

"Terserah!"

"Aw. Kau ingin menyamakan kesukaan kita rupanya. Jadi, kita akan selalu ingat hari ini."

"Jangan banyak bicara, Phi."

Gulf sudah malas meladeni Mew yang selalu membuatnya kesal. Jadi, ia membiarkan lelaki itu mengoceh sendirian.

"Nah, aku akan ke kamar mandi dulu. Apa kau mau ikut?" goda Mew.

"Sialan kau, Phi Mew!"

Gulf memainkan ponselnya dengan malas. Bisa saja ia dengan jahatnya kabur dan meninggalkan Mew sendirian. Namun, entah apa yang memberatkannya sampai ia masih duduk bosan di sana.

"Gulf."

Lelaki yang tengah malas-malasan itu mau tidak mau menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Haih, Prim?"

"Hai." Perempuan yang dipanggil Prim itu melambaikan tangannya dan tersenyum manis.

"Kau, dengan siapa?" tanya Gulf.

"Teman-temanku." Prim menunjuk meja yang diisi beberapa perempuan yang juga masih berseragam.

"Sudah berapa lama kita tidak bertemu?"

"Sejak kita lulus kan?" kekeh Prim.

Gulf mendadak gugup. Prim adalah mantan kekasihnya. Mereka berpacaran sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah.

Ketika Gulf melihat Mew yang sedang berjalan menuju meja mereka, Gulf sengaja memeluk Prim.

"Aku merindukanmu, Prim."

"Hey, dulu saat masih berpacaran dan kita tak bertemu 2 minggu dan kau cuek-cuek saja. Apa kepalamu pernah terbentur?" tanya Prim yang kaget karena perlakuan Gulf.

"Aku sungguh-sungguh, Prim."

Akhirnya, dengan ragu-ragu, Prim membalas pelukan Gulf dan menenggelamkan wajahnya di dada Gulf.

"Ekhm..."

"Aw. Aku sampai lupa kalau ini tempat umum," ujar Gulf cuek sambil melepaskan pelukannya saat Mew sudah berada di hadapannya.

"Aw, Phi Mew. Kau sudah selesai?" tanya Gulf lebih lembut kali ini.

"Hey, Nong. Berani juga ya memeluk pacar orang di tempat umum?" tanya Mew sakras.

"Eh, kau sudah punya pacar, Gulf?" Prim menatap Gulf meminta penjelasan.

"Ya. Aku pacarnya." Di saat Gulf hanya diam, Mew kembali menyahut.

"Jadi, setelah kita putus, kau?" Prim menatap Gulf tak percaya.

"Ini tak seperti yang kau pikir, Prim. Jangan dengarkan dia."

"Gulf, aku," ucap Prim terbata-bata.

Setelah Prim pergi begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasan Gulf, Mew menyeringai.

"Sialan kau, Phi Mew! Jangan harap aku mengantarmu pulang! Dan satu lagi. Jangan berani menampakan wajahmu dihadapanku, atau aku akan benar-benar memukulmu!" ancam Gulf sebelum menyambar kunci mobilnya dan segera meninggalkan restoran saat makanan mereka tiba.









Gak nyampe 1k words ternyata. Ehehe
Btw aku pake nama peran pembantunya sembarang aja ya.

With Stranger (MewGulf) [Not Complited]Where stories live. Discover now