01. Bad Senior

8.7K 577 45
                                    

Langsung masuk chapter yaaa! Semoga suka (:
Jangan lupa vote dulu.
.
.
.
.
.
"Dasar tukang cari muka! Dia pikir ini fakultasnya? Seenaknya tebar pesona! Siapa yang bakal tertarik melihat wajah menyebalkannya?"

Lelaki bernama Gulf, mahasiswa tingkat pertama itu terus menggerutu sepanjang koridor. Sampai Earth, sahabatnya, menjitak kepalanya cukup keras.

"Awww... Kalau aku gegar otak, kau harus menyumbangkan otakmu padaku!"

Earth yang dibentak hanya tertawa dan setengah berlari memasuki kelas.

"Ayolah, Gulf. Jangan begitu! Lihat saja, semua orang terpesona melihatnya."

"Orang-orang kan bukan aku? Muak sekali melihat tampangnya. Kalau saja dia bukan senior, sudah kuhajar wajah sok manisnya itu!"

Gulf terus menggerutu mengenai senior yang katanya menyebalkan itu. Bukan tanpa alasan Gulf sangat kesal dibuatnya. Ia sudah dikerjai habis-habisan oleh senior beda jurusan itu. Dan dengan bodohnya, Gulf mengira itu senior di jurusannya dan melakukan semua perintahnya tanpa membantah.

"Hei, sobat. Lupakan saja masalah kemarin itu."

"Kau bukan aku, Earth. Coba saja kalau kau diposisiku! Kau pasti tidak akan seenteng itu!" Gulf malah balik memaki Earth.

"Kalau mau marah, pada orangnya langsung." Earth memberi kode pada Gulf untuk memutar tubuhnya.

Di sana, senior menyebalkannya sedang bersidekap sambil tersenyum. Ah bukan senyum, tapi menunjukkan smirknya.

"Oh, rupanya ada junior yang menggemariku sampai sepanjang waktu membicarakanku, ya?"

"Berhenti menggangguku, Phi Mew!" ucap Gulf sakras.

"Aw, di mana kata senior menyebalkan itu? Tapi, kau memang lebih manis memanggilku Phi." Mew menahan tawanya karena melihat ekspresi Gulf yang menahan amarahnya.

"Aku bilang jangan menggangguku, tukang cari muka! Apa di fakultasmu tidak ada tempat untuk tebar pesona? Oh, atau mereka muak denganmu? Sudah kuduga!" nyinyir Gulf.

"Kau benar-benar tidak tahu kalau aku ini famous? Atau pura-pura tidak tahu?"

"Aku tidak sudi mengetahui apapun tentangmu!"

"Oh ya? Lalu, siapa yang memberikan love pada postinganku di instagram?"

"Earth!!!" geram Gulf pada sahabatnya yang sejak tadi hanya terdiam memandangi pertikaian Gulf dan Mew. Lebih tepatnya menyimak kenyinyiran Gulf.

"Aku? Tidak ada. Sejak kapan aku berani membuka ponselmu?" elak Earth.

"Oh, apa kau bermimpi dan sampai menyukai fotoku?" Mew di sana masih dengan senyum menawannya.

Muak dengan perkataan Mew, Gulf meninggalkan seniornya itu tanpa permisi dan disusul Earth yang setengah berlari.

****

"Sialnya!" Gulf menendang ban mobilnya yang bocor tanpa tahu kondisi.

Langit sudah sangat mendung dan tidak memungkinkannya untuk mengganti ban mobilnya.

Tin... tin...

Bunyi klakson yang berkali-kali semakin membuat Gulf kesal.

"Berisik!"

"Butuh bantuan?" Seorang lelaki bertubuh tegap keluar dari Pajero Sport yang tadi membunyikan klaksonnya beberapa kali.

"Tidak!" tolak Gulf tanpa berpikir sama sekali.

"Apa kau bawa ban cadangan?" tanya lelaki itu seakan tidak peduli apapun yang dikatakan Gulf.

"Phi Mew! Kubilang tidak ya tidak! Kau hanya memperburuk keadaan! Sana pulang!"

Mew yang dibentak hanya mengangkat bahunya sambil kembali masuk ke dalam mobilnya. Gulf menarik napas lega saat mobil yang dikendarai Mew sudah tidak ada dihadapannya.

Namun, nasib sial sepertinya enggan menjauh darinya. Gerimis mulai turun dan tentu saja ia panik bukan kepalang.

"Masuklah!"

Gulf sempat terdiam saat mobil Mew kembali dan lelaki itu menurunkan kaca mobilnya.

"Tidak!"

"Perbaiki mobilmu nanti. Hujan sebentar lagi turun."

Sambil berdecak dan memutar bola matanya, Gulf berjalan lunglai ke arah mobil Mew.

Benar saja, hujan turun dengan derasnya saat Gulf baru saja memasang sabuk pengamannya.

Gulf tidak tahu harus berbuat apa saat berdua bersama Mew. Ia hanya meremas jemarinya yang terasa dingin.

"Kau kedinginan? Biar kumatikan ACnya."

"Tidak," jawab Gulf singkat.

"Tapi, tanganmu dingin, Gulf." Mew menyentuh telapak tangan Gulf.

"Fokus saja menyetir! Jangan pegang-pegang!"

Mew lagi-lagi hanya menahan tawa saat melihat rona merah di pipi Gulf. Sudah dipastikan itu karena perlakuannya.

"Apa?!" tanya Gulf galak.

"Tidak. Aku akan mematikan ACnya. Daripada sampai rumah kau jadi daging awetan," kekeh Mew.

"Jangan meledekku!"

"Mau makan dulu?"

"Tidak! Kalau kau mau, sendiri saja. Aku pulang naik taksi."

"Tidak, tidak. Aku akan mengantarmu."

"Jangan menyusahkan dirimu sendiri."

"Di mana rumahmu?"

Setelah Gulf menyebutkan alamat rumahnya, tidak ada percakapan apapun. Keheningan terjadi sampai mobil yang Mew kendarai tiba di rumah Gulf.

"Hei, kau tidak bisa hujan-hujanan. Pakai payungku." Mew menahan Gulf yang hendak turun. Padahal, hujan masih turun dengan derasnya.

"Aku malas mengembalikannya."

Kebaikan Mew tetap tidak mengubah sikap Gulf. Ia masih saja ketus pada seniornya itu.

Tanpa banyak bicara, Mew mengambil payungnya dan keluar dari mobilnya.

"Ayo!" Lelaki itu membukakan pintu mobil untuk Gulf.

Sepayung berdua dengan orang yang paling mengesalkan baginya tidak pernah Gulf pikirkan sama sekali sebelumnya.

"Jangan jauh-jauh. Nanti seragammu basah." Mew merapatkan tubuh Gulf padanya.

"Sial, kau mencuri kesempatan!" pekik Gulf sambil memukul dada bidang Mew.

"Apa? Aku hanya berlaku yang seharusnya."

"Diam!" Gulf memalingkan wajahnya ke arah lain. Berada sedekat ini dengan Mew membuat jantungnya agak kewalahan menyembunyikan debar.

"Phi Mew," cicit Gulf.

"Ya?" Mew kembali memutar tubuhnya.

"Kau mungkin butuh sesuatu untuk dimakan sebelum kembali."

Demi apapun, Gulf mengatakan itu hanya untuk membalas budi. Ia yakin kalau Mew merasa lapar karena tadi sempat mengajaknya makan.

"Duduklah." Gulf dengan ucapan datarnya. Tidak berubah.

Mew membalasnya dengan senyuman sambil memperhatikan isi rumah Gulf yang cukup mewah.

"Nah, aku hanya bisa membuat ini." Gulf menyodorkan semangkuk mie instan yang masih mengepul ke hadapan Mew.

"Thanks na, Gulf."

"Makanlah! Aku mau mengganti seragam dulu."

Gulf setengah berlari meninggalkan Mew yang tengah menikmati mie instan buatannya. Ia terkulai lemas di balik pintu kamarnya. Entah mengapa, jantungnya berdebar sangat kencang dan tidak kunjung normal sejak Mew menyentuh tangannya.





Segini dulu yaaa!
Next?

With Stranger (MewGulf) [Not Complited]Where stories live. Discover now