2.TDCT - Cry

2.8K 43 4
                                    

"Keluar!" desis Anete saat sampai didepan dipintu kamarnya.

"Sorry aunty." Cicit kakak beradik enam tahun yang berwajah mirip itu.

"Now!"

Kedua gadis kecil itu berlalu dengan takut-takut, mereka pasti sudah melakukan kesalahan karna lihatlah kamar itu sekarang. Sudah tidak seperti semula saat si pemilik meninggalkanya.

Anete tidak mempedulikan keadaan kamarnya, matanya menatap tajam pada tempat terakhir Kenzo disana tapi nihil.

"Ken.." panggil Anete, walau dia tau benda mati itu pasti tak berucap.

Anete memeriksa setiap sudut ruangan. Dia tidak peduli jika tidak kembali ke kantor, Toh ada pengurusnya lagipula perusahaan keluarga bukan orang lain.

"Ken, where are u?"

Anete meraba disetiap tempat, dan akhirnya dia menemukannya. Ya, ketemu.. senyumnya mengembang tapi apa ini, lengan kanannya Ken bengkok. Bibir Anete bergetar.

"Sorry..."

Anete memeluk Kenzo, dia merasa seperti benda plastik tak bernyawa itu kesakitan.

"Sorry.. I know it hurts."

"Anet akan perbaiki Ken...lagi."

Gadis dengan airmata menetes itu mulai memperbaiki boneka kesayangannya. Dia merutuki kebodohannya yang lupa mengunci pintu, tapi bukan salahnya ini juga salah dua bocah itu. Dan untuk kedua kalinya mereka merusaknya lagi.

•••

Kedua Putri kembar Erick kakaknya Anete menunduk saat mengetahui bibi mereka mendekat, Miracle dan Marcela meminta maaf.

"Aunty.. I'm sorry."

"Me too, sorry aunty."

Anete berdehem pelan "Iya, tapi aunty harap.. ini yang terakhir." kedua anak itu mengangguk cepat "jika sekali lagi... aunty tambahin waktu hukuman kalian."

Kedua anak yang masih mengahadap sudut ruangan menunduk takut, ini sudah setengah jam mereka dihukum berdiri.

"Sini peluk Aunty.."

Mereka berpelukan, kejadian yang sama dua tahun lalu saat Anete berlibur keluar negeri, saat pulang.. Yah kondisi kamarnya sama saat dua bocah kecil itu memasukinya. Dia bisa memaklumi karna mereka masih anak-anak,

tapi bagaimana dengan Ken yang merasakan sakitnya. Dan hal itu membuat Anete benar-benar menyayangi Kenzo, dia tidak ingin seorangpun menyentuhnya.

"Bagaimana tanganmu, sudah merasa lebih baik?" tanya Anete pada benda tak bernyawa itu.

Kini kamarnya telah dirapikan kembali, tentu dengan kedua bocah itu. Untung saja mereka keponakannya, jadi Anete berhak mengambil tindakan. Dan hal itu tidak ada yang dapat membantah Putri kesayangan keluarga Sparks itu.

"Masih sakit pasti, maaf ya Anet datang nya terlambat untung aja tangannya Kenzo nggak sampai patah."

Anete menghapus bulir air matanya.

"Cepat sembuh ya babe," Cup!

Anete tertidur dengan Kenzo disamping nya, berharap lengan pria boneka itu segera baik. Padahal itu hanya plastik tak bernyawa yang bisa kau putar-patah-bakar-buang dan apa lagi? Semua itu bisa kau lakukan.

Tapi jangan coba melakukan itu pada milik Anete jika tidak ingin mendapat balasan yang sama.

"Good night.."

Anete terlelap, mengarungi alam mimpi. Di sana dia melihat sosok tampan yang selama ini menemaninya dan tampak nyata. Kenzo memeluk Anete dengan hangat mencium pelipis gadis itu membuat Anete sangat bahagia, berharap hal itu tidak akan berakhir dengan Kenzo disisinya.

Dari arah balkon kamar Anete muncul sesosok misterius yang mengenakan tudung entah dari mana datangnya. Sosok yang akan datang jika dirinya merasa terpanggil.

Dia memandang kedalam kamar lewat kaca tak tertutup tirai itu.

Sosok misterius itu mengangkat tangan dan seketika muncul cahaya putih menyerupai bola bekel. Dengan sekali tiupan, bola bercahaya itu melewati kaca menuju sosok cantik yang sedang terlelap.
Tapi yang menjadi tujuannya adalah boneka yang disamping gadis itu.

Secepat kilat cahaya memasuki boneka itu, membuat kamar yang dimatikan lampunya itu bercahaya dari sosok disamping Anete. Tiada yang tau kejadian itu, seberkas cahaya melewati kaca kamar si gadis ditengah malam.

Beberapa detik berlalu cahaya meredup dan semua kembali biasa, sesaat terdengar hembusan napas berat "Hahh.." yang tidak mungkin dimiliki Anete.

Anete merasa tidurnya tidak nyaman, dia bergerak mencari posisi hingga merasa nyaman kembali, setelah merasakan kehangatan itu.

Sosok misterius dibalkon kamar Anete tersenyum saat tatapan mata itu bertemu dan seketika dirinya berubah menjadi butiran cahaya kemudian menghilang.

"Sweet dream," Cup!

Anete tersenyum dalam tidurnya, antara sadar-tidak sadar akan sesosok tubuh yang benar-benar melakukannya. Dia hidup.

"Ken...'' lirih Anete itu.

•••

To be continue !

The DOLL COME TRUEWhere stories live. Discover now