"Apa aku membangunkanmu?" suara Seol diseberang sana tampak mengkhawatirkannya.

"Aniya, wae?" Doojoon bangun dan membenarkan posisi duduknya agar suaranya terdengar lebih jelas.

"Aku akan ke Incheon hari ini," ujar Seol.

Doojoon tahu kemana gadis itu akan pergi. Bisa dipastikan Seol berharap mereka bisa bertemu di rumah yang kelak akan mereka huni setelah upacara pernikahan. Doojoon juga ingin melakukannya namun ia berusaha mematuhi adat kerajaan yang melarang mempelai bertemu sebelum upacara pernikahan.

"Lalu?" tanyanya berlagak tak peduli.

Gadis itu terdiam. Seperti tengah memikirkan alasan yang tepat agar Doojoon datang. "Tak bisakah kau memindahkan barang-barangmu hari ini? Banyak yang harus kita lakukan di rumah kita, huh?" bujuk Seol.

"Hari ini aku ada janji," tolaknya. Ia perlu mengembalikan sikap dinginnya pada Seol sejenak. Doojoon bahkan menutup telfon setelah itu. Tak membiarkan gadis itu melanjutkan rengekannya.

Doojoon mulai beranjak meninggalkan kenyamanan tempat tidur di sudut kamarnya yang lama tak ia tempati tapi kini akan segera ia tinggalkan. ia beranjak ke kamar mandi untuk mencuci mula dan merapikan rambutnya, barulah Doojoon bisa ke luar untuk dapat mengisi perutnya.

Snack pagi merupakan ritual yang harus segera ia lakukan setelah bangun pagi. Jika di dorm Doojoon akan berlari ke dapur lantas mengabsen sendiri makanan di kulkas. Ia selalu bersyukur saat ada di rumah karena begitu keluar kamar ia hanya perlu duduk di meja yang penuh dengan masakah rumah yang selalu ia sukai.

"Cepat makan," perintah ibunya.

Doojoon mulai mencicipi makanan di hadapannya satu persatu. Kakaknya ikut bergabung dan meletakan set sushi di hadapannnya. "Mwoya ige?" tanyanya sedikit aneh dengan kebaikan kakaknya yang tak biasa.

"Nenek yang membuatnya," terang Doori mengerti tatapan itu.

"Bukankah ini unagi?" Ia tersenyum geli menyadari maksud terselubung neneknya. Belut memang dipercaya sebagai sumber kekuatan bagi seorang pria. Doojoon menyupitkan sushi itu ke mulutnya setelah berkata, "Araseo halmeoni."

Doojoon makan dengan sangat lahap hingga igunya memperingatkan, "Makanlah perlahan, mulai sekarang kau bisa terus makan masakah rumah. Istrimu pasti akan memasakannya untukmu."

Doojoon menggeleng yakin, "Walaupun Lee Seol bisa melakukan apapun yang kau pinta, jangan pernah memintanya masuk dapur. Akan sangat berbahaya jadinya."

"Bukankah seharusnya ia mempelajari hal-hal yang akan menjadikannya istri idaman di sekolah kepribadian anggota keluarga kerajaan?" tanya neneknya.

"Lee Seol akan tidur atau melarikan diri ketika pelajaran memasak," yakin Doojoon. Ia kembali melanjutkan sarapannya. "Gadis itu bahkan tak tahu caranya mengupas apel," gumamnya tak sadar.

"Kereomyeon andweji (Itu tak boleh terjadi)"

---

Setiap kediaman kerajaan tak akan jauh dari struktur dasar rumah hanok. Namun Seol terlalu bosan untuk tinggal di rumah tradisional korea. Maka dari itu Seol dan Doojoon melakukan beberapa renovasi untuk menyesuaikan rumah itu dengan selera keduanya.

Lee Seol mengantikan sebagian pintu kayu berlapis kertas dengan kaca-kaca berbingkai kayu untuk pintu depan rumah. Lee Seol selalu menginginkan pintu kaca yang luas untuk rumahnya sehingga cahaya matahari dan bulan bisa masuk bergantian. Maka dari itu bagian depan dan salah satu sisi samping rumah itu dibatasi pintu kaca.

The Royal WeddingWhere stories live. Discover now