Kehilangan

6.3K 819 147
                                    

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚

Kayaknya chapter ini agak sedih
Tapi kalau gak sedih juga gak apa-apa sih 😎

4000 kata untuk chapter ini
Awas gumoh
Cringa dan penuh drama hehe 😎

4000 kata untuk chapter iniAwas gumohCringa dan penuh drama hehe 😎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keadaan sangat tidak baik setelah keluar dari rumah sakit. Ya, keadaan Marsha yang tidak baik. Wanita itu jadi jauh lebih pendiam, dan tidak banyak bergerak. Untuk tidak banyak bergerak, itu memang dianjurkan oleh dokter supaya Marsha lebih banyak istirahat.

Tapi menjadi pendiam? Tidak. Itu bukan Marsha.

Yuta pikir, setelah pulang ke rumah keadaan Marsha bisa semakin membaik. Merawat Tama dan Yuma yang butuh banyak perhatian, juga lebih nyaman dengan suasana rumah.

Nyatanya, itu salah. Yuta melihat Marsha yang lebih banyak merasakan kesedihan setelah berada di rumah. Setiap paginya, Marsha masih merawat anak-anak dengan baik. Siang pun begitu. Masih mau bergerak hanya untuk merapikan rumah, atau masak. Marsha tetap berusaha ceria di depan anak-anaknya.

Tapi malamnya, Marsha akan sangat berbeda. Diam dan melamun.

Dua hal itu yang sering Yuta lihat setiap kali malam tiba, saat Marsha sudah harus istirahat.

Sekarang pun sama. Yuta melihat Marsha yang sedang berbaring dalam posisi terlentang. Sementara matanya menatap ke arah jendela.

Kesedihan begitu jelas terlihat dari tatapan kosong itu. Tapi yang paling membuat Yuta merasa sedih adalah, saat melihat tangan Marsha yang mengelus perutnya sendiri. Gerakannya begitu pelan dan rapuh. Begitu hati-hati ingin merasakan keberadaan anak yang seolah ada, padahal sebenarnya anak itu kini telah tiada.

"Matcha," panggil Yuta dengan hati-hati. Tapi tidak ada reaksi sama sekali.

Yuta yang sejak tadi mengamati Marsha dengan berdiri sedikit jauh dari tempatnya, kini tidak tahan dan langsung mendekat. Yuta ikut berbaring di samping Marsha, mendampingi sang istri yang sedang dalam kondisi tidak baik.

"Matcha..."

Panggilan itu begitu pelan dan lembut. Tak lupa Yuta mengelus pipi sang istri dan memberikannya rasa aman.

"Matcha, jangan gini."

Marsha perlahan tersadar sari lamunannya. Ia menoleh dan menatap Yuta dengan pancaran kesedihan yang jelas di sana.

"Emang aku kenapa?"

"Kamu nggak apa-apa. Kamu butuhnya istirahat. Jadi kamu harus tidur, ya. Jangan mikirin macem-macem."

Return Where stories live. Discover now