1: How can I?

494 55 7
                                    


Playlist 1: [Akmu - How can I love the heartbreak]

;







Aku sengaja mundur beberapa langkah
untuk melihatmu berjalan sendiri tanpa diriku.

Saat itu ada ruang kosong di sampingmu
di tengah jalan kelabu itu kau mencoba berbalik

Aku tahu saat itu aku tak bisa meninggalkanmu
tak perduli kesulitan apapun yang kita hadapi
dari pada memilih berpisah
bertahan terasa lebih mudah...

Hujan deras mengguyur Seoul siang itu, membawa hawa dingin yang cukup menusuk hingga tulang. Beberapa orang nampak memilih berteduh menghindari hujan, beberapa yang lain nampak menerobos hujan dengan payung menaungi seadanya. Kim Taehyung, tidak ada di antara itu semua. Pemuda itu tidak berteduh, tidak juga menerobos hujan dengan atau tanpa payung. Yang dia lakukan hanya duduk, bahkan tidak beranjak sejak hujan belum mengguyur sederas sekarang.

Kopinya dibiarkan mendingin, tidak tersentuh sama sekali. Pandangannya kosong menyorot jendela kaca di sampingnya. Seperti tengah mengeja titik-titik air hujan yang meluruh di balik permukaan kaca.

Beberapa orang yang berada dalam café sibuk berbincang, sesekali terdengar tawa renyah di sudut-sudut café, bersahutan dengan suara hujan dari luar. Tepat ketika Taehyung menghela nafas cukup panjang, bel di atas pintu café berdenting seiring pintunya yang terbuka. Taehyung menoleh, menemuka laki-laki dengan tubuh tegap dan setelan jas hitam yang basah dibeberapa bagian tengah mengatur nafasnya yang naik turun. Menyapukan pandangan pada sekeliling café hingga pandangannya berhenti pada satu titik.

Terdiam keduanya, seperti menikmati paras masing-masing. Hingga langkah tegap dan pasti milik sang laki-laki membawanya berayun pada Taehyung. Membungkuk, merengkuh tubuh kurus Taehyung yang masih terduduk di tempatnya. Memeluk dengan begitu erat. Wajah basahnya sebab hujan di biarkan tenggelam di ceruk leher Taehyung yang selalu terasa hangat untuknya.

Taehyung memejamkan matanya perlahan, mengangkat kedua lengan kurusnya, membalas rengkuhan laki-laki yang sudah dia tunggu sejak hujan belum sederas sekarang. Merasakan bagaimana tubuh besar itu menyelimutinya dengan begitu hangat. Menghantarkan perasaan yang Taehyung tahu tak akan cukup di ungkapkan dengan kalimat sepanjang apapun.

"Maaf aku terlalu lama, maaf membuatmu menunggu di sini."

Taehyung tersenyum kecil, menggelengkan kepalanya. "Aku tahu Jeongguk akan datang. Selama apapun aku akan menunggu. Jeongguk tidak akan pernah membiarkan aku menunggu lebih lama lagi."

Jeongguk melepas pelukannya, menumpukan satu lututnya di lantai, menggenggam kedua tangan Taehyung lantas menatap sepasang iris coklat favoritnya. "Harusnya aku segera datang setelah kau menelfon. Bodohnya aku masih memikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku mohon maafkan aku, Taehyung."

Taehyung kembali menggeleng, membawa satu tangan kecilnya membelai pipi Jeongguk dengan lembut. Tersenyum begitu hangat dengan sepasang iris yang berkilau memukau. Jeongguk sungguh jatuh hati untuk kesekian kalinya pada sepasang iris Taehyung. "Jeongguk datang sekarang pun sudah cukup. Jangan meminta maaf lagi. Aku yang harusnya meminta maaf. Setelah penolakan kedua orang tuaku, harusnya Jeongguk bisa mendapatkan yang lebih baik dariku, tapi aku malah meminta Jeongguk kembali dan bertahan. Maaf membuat Jeongguk kerepotan."

Taehyung menunduk, menghela nafas panjang dengan eskpresi wajah yang menyendu. Jeongguk mengerutkan alisnya, benar-benar tidak menyukai ekspresi sedih di wajah Taehyung. Taehyung harus bahagia, bagaimanapun caranya Taehyung harus selalu bahagia. Dan wajah sendu Taehyung, bukanlah salah satu hal yang ingin Jeongguk lihat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PLAYLIST: KookVWhere stories live. Discover now