"Tolong," lirihnya, kembali tersentak saat menemukan serigala itu tak sendiri, kawanannya mengepung youn membentuk lingkaran.

Matanya bergerak gelisah, mengawasi tiap-tiap tubuh yang siap menghabisinya dalam sekali kedipan.

Ia beringsut mundur ketika sang predator mengambil langkah maju, tubuhnya yang sudah lelah semakin memperburuk keadaan dalam situasi seperti ini. Dalam pikirnya, ia harus pergi, setidaknya berusaha untuk tak mati sia-sia di tengah hutan. Meski youn seribu persen sadar, lari secepat apapun tak akan mengubah nasibnya karena firasatnya berkata bahwa dirinya sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan dan kecil kemungkinan ia bisa kembali dengan selamat.

Youn mencari kesempatan sebisa mungkin, tungkainya bergerak pelan, mengambil ancang-ancang lari. Detik berlalu seiring dengan semilir angin menerpa wajahnya, youn menarik nafas dalam-dalam, memutar tubuh dan berlari menjauh secepat mungkin, tanpa mempedulikan kawanan predator yang bisa saja sudah menyusulnya di belakang.

Belum sampai menit ke tujuh dirinya berlari, tubuhnya tumbang tergeletak di tanah, kehilangan harapannya untuk hidup, dan bersiap menemui ajalnya tanpa sempat berpamitan pada sang kekasih atau orang-orang tercinta. Matanya terpejam, kepalanya seolah berputar dan sakit seperti di hantam bebatuan keras, telinganya berdenging mendengar banyak langkah mendekat, tiba-tiba saja youn bisa merasakan jemari hangat menyentuh wajahnya sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.

Tanpa tahu jika seseorang membawa tubuhnya entah kemana.

Youn mengerjabkan matanya perlahan, merasa terganggu dengan pijatan yang terasa cukup nyaman di lengannya, setitik cahaya pun memaksa masuk dalam indra penglihatannya. Bukan cahaya matahari ataupun lampu, lebih pantas di sebut sebagai lilin, mungkin?

"Sudah bangun?" tanya sebuah suara asing, ah, youn sedikit terkejut, dia cukup trauma mendengar suara asing apalagi saat ini tubuhnya terasa hangat dan ia yakin pakaiannya sudah tanggal, hanya ada selembar kain besar yang menutupi tubuhnya.

"Kau demam, seungwoo hyung yang membawamu kemari, Ini kamar miliknya," sambungnya, seolah tau apa yang mengganggu pikiran youn. "Maaf lancang membuka pakaianmu, aku takut kau semakin sakit jika tak lepas dari pakaian basah itu."

Keningnya sedikit mengernyit sebelum akhirnya mengulas senyum tipis, "Terima kasih sudah menolongku, aku pikir aku akan mati malam ini." ujarnya lemah.

"Berterima kasihlah pada seungwoo hyung, sejak tadi dia yang menjagamu." Anak bertubuh kecil itu menghentikan gerakan tangannya, membatu youn duduk bersandar pada kepala ranjang yang terbuat dari kayu. Ah, ranjang ini tak seempuk miliknya di rumah. Kentara sekali jika ia sedang berada di pedesaan yang mungkin saja tak jauh dari tempatnya pingsan tadi.

"Pasti, tapi saat ini kau yang disini, jadi berterima kasih padamu juga tidak salah 'kan?" tanya youn, anak itu tertawa ringan, menyerahkan segelas air putih dan langsung di tegak habis. Tenggorokannya benar-benar kering.

"Lagi?"

Youn menggeleng pelan, "Bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" anak itu kembali membuka suaranya. Ia mengangguk, memulai cerita saat dimana tak sengaja menemukan serigala besar yang dikiranya sebagai anjing kemudian ketika dirinya merasa hampir menjadi santapan lezat para predator nomor satu dalam rantai makanan itu.

"Bersyukurlah kau selamat, ketika kau pingsan, seungwoo hyung dan beberapa hyung lainnya segera membawamu kemari." Dalam hati, youn mengamini ucapan anak itu, "Omong-omong, siapa namamu?"

"Dongpyo, Son Dongpyo. Kau?"

"Cho Seungyoun, senang berkenalan denganmu. Sepertinya, aku lebih tua darimu," jawabnya.

Thinking Out LoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang