Paragraf 2 ; The Beginning

Depuis le début
                                    

"Aku hanya bermain di klub bersama teman, bang. Niatnya memang hanya sebentar sambil mengetik makalah. Tapi malah keterusan sampai pagi, hehe."

"Lain kali ponsel jangan dimatikan! Kalau bisa ajak abang juga yang sedang butuh hiburan ini."

Evan menaik turunkan sebelah alisnya sambil menatap aneh kepada Wira, membuat Wira bergidik ngeri karena ia merasa jika kakaknya itu menginginkan sesuatu darinya. Untuk mencari zona aman, Wira pun memutuskan untuk mendekati Saga yang masih duduk, berniat untuk meminta maaf karena dirinya yang semalam tidak pulang itu.

"Bang Ga, maafkan Wira yang semalam tidak pulang ini. Wira janji tidak akan mengulanginya lagi."

Wira meminta maaf sambil membungkuk dengan hormat kepada Saga, karena bagaimanapun juga, Saga lah pemilik rumah yang ia tempati bersama dengan Evan saat ini. Terlebih Wira memang sangat menyayangi Saga melebihi rasa sayangnya kepada Evan, jelas Wira lebih sopan dan patuh kepada Saga daripada Evan.

"Tidak apa-apa. Asalkan kamu bisa menjaga dirimu sendiri dan tidak berakhir sepertiku yang sekarang ini."

Kata-kata Saga membuat keduanya terdiam. Wira dan Evan saling bertukar pandang sejenak, lalu keduanya menunduk karena merasa bersalah telah kembali mengingatkan Saga tentang kejadian menyakitkan di masa lalunya. Padahal mereka berdua sudah berusaha keras untuk membantu Saga melupakan tragedi berdarah yang terjadi dua tahun lalu.

"Bang, jangan menyalahkan diri terus seperti itu. Bukankah abang sudah berjanji tidak akan membahas hal itu lagi? Oh, mumpung hari ini kita berdua libur, bagaimana jika kita berjalan-jalan saja? Kita ajak Sean juga. Lagi pula hujannya sekarang sudah mulai reda. Bagaimana, bang?"

Evan berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mencoba untuk mengajak Saga berjalan-jalan sembari menghirup udara segar, namun Saga tidak memberikan reaksi apapun. Evan pun menyenggol lengan Wira untuk membantunya membujuk Saga, tetapi Saga hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

Bukan tanpa alasan jika mereka berdua berusaha membujuk Saga yang memang sudah jarang sekali keluar rumah. Memang, setelah kejadian dua tahun lalu yang menimpa kedua orang tuanya dan juga dirinya, ia menjadi seorang pribadi yang sangat pendiam dan juga tertutup.

Sejak saat itulah, Evan dan Wira memilih untuk melanjutkan kuliah mereka di luar negeri agar bisa menemani Saga untuk membantunya pulih, sekaligus membantu Saga untuk melanjutkan bisnis sang ayah yang saat ini juga di-handle oleh Evan.

Selain itu, mereka berdua juga ingin membantu Saga untuk menjaga dan merawat Sean yang memang terlahir spesial. Tidak mungkin juga jika Saga bisa menjaga Sean seorang diri di negeri antah berantah, apalagi dengan kondisinya yang memiliki keterbatasan itu.

Ya, Saga kehilangan penglihatannya setelah turut mengalami kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya, dan hingga sekarang ia masih berpikir jika dirinyalah penyebab kecelakaan itu terjadi.

"Lain kali saja. Aku sedang tidak enak badan. Kalian ajak Sean saja."

Saga membuat senyum tipis pada sudut bibirnya yang entah apakah itu senyum yang benar-benar tulus atau hanya senyum yang memang dipaksakan. Namun senyuman itu terlihat begitu getir di mata Evan dan juga Wira. Saga pun lantas berdiri dan berjalan kembali masuk ke dalam rumah sambil meraba-raba sekitar, menyudahi acara menikmati aroma petikor di pagi hari.

Sedangkan Evan dan Wira tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa saling menyalahkan satu sama lain, lalu memilih untuk ikut masuk ke dalam rumah dengan cara berjalan mengekor di belakang Saga. Meskipun demikian, Evan tetap berusaha untuk mencari cara agar kakak sepupunya itu bisa kembali menjadi Saga yang dahulu. Saga yang kuat dan juga tangguh.

PARAGRAFOù les histoires vivent. Découvrez maintenant