side effect of being in love.

499 86 36
                                    


{ sekuel spesial dari cerita sebelumnya: Exactly not an Amortentia, menurut sudut pandang Jeongin setelah mereka resmi berkencan. }

"Hei, Jeongin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hei, Jeongin. Kau yakin? Bukankah dia dari Hufflepuff?"

Begitulah pertanyaan paling umum yang Jeongin terima. Lantas apa masalahnya? Setelah Yule Ball, berita Jeongin yang dekat dengan salah satu siswa Hufflepuff cepat menyebar seantero asrama. Teman-teman dan seniornya menghampiri bak serangga bertemu cahaya, Jeongin perlu satu per satu menahan pertanyaan yang terkucur mirip niagara. Kewalahan, ia pun meringkas semua pertanyaan dengan jawaban: "Ya, aku dan Hyunjin saling tertarik satu sama lain, tidak memandang asrama."

Changbin mengacak pinggang, mimiknya cemberut. Jeongin mendekat dan mengusap pundaknya. "Kenapa kau terlihat yang paling tidak setuju?"

"Kau bisa saja memilih seseorang dari asrama kita sendiri, Jeongin."

"Maksudmu, aku harus berkencan denganmu?"

"Aku tidak bilang begitu."

Jeongin membisikkan sesuatu, sekira tidak terdengar orang lain kecuali Changbin. "Aku tidak akan bilang kalau kau hampir setiap hari mengirim surat cinta untuk temannya Hyunjin."

Wajah Changbin memucat.
Bisikan itu berlanjut, yang mana semakin membuatnya berpeluh dingin. "Felix, kah? Namanya?"

Changbin sontak berdiri dari kerumunan yang mengelilingi Jeongin, ia menjadi sorotan orang-orang. Omong-omong, wajahnya masih terlihat pucat dan kaku.

"Kenapa kalian masih di sini? Terlalu ingin ikut campur dengan masalah orang lain bukan gaya Slytherin. Sekarang pergilah ke tempat tidur atau kulaporkan kalian pada profesor?"

Gerombolan itu membubarkan diri dengan menggerutu, mengatai Changbin sebagai sosok yang kurang asik diajak menggosip. Jeongin sendiri ikut pergi, sebelum kembali berbisik mengucap terima kasih sudah membantunya keluar dari segala pertanyaan yang memburu. Changbin menahan tangannya.

"Jangan katakan pada siapa pun."

Jeongin tersenyum, agak membuat Changbin yakin anak ini memang cocok sekali berada di Slytherin. "Tentu, Changbin. Kita akan saling menguntungkan di sini. Dan terima kasih pula sudah menggunakan statusmu sebagai ketua asrama untuk membubarkan mereka."

Genggaman itu lepas dan Jeongin menaiki tangga menuju ruang tidur. Ia mengganti pakaiannya dengan piyama, mengancingnya satu per satu, sebelum selesai melakukannya pada kancing paling atas, ia berhenti dan memikirkan sesuatu.

Hal yang ganjil.

Bagaimana jika, hanya bagaimana jika, suatu senja, Hogsmeade, dalam salah satu penginapan terbaik milik mereka, Hyunjin melepaskan kancing piyama ini dengan lambat namun sesuatu dalam tubuh mereka melaju cepat. Entah itu aliran darah atau pikiran gelap yang menggebu-gebu? Lalu mata mereka saling beradu, Jeongin melihat percikan cahaya merah yang membara, hanya ada kuning lilin menerangi, dan di luar sedang bersalju, rasanya ingin sekali segera berbagi kehangatan.

Exactly not an Amortentia { hyunjeong }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang