CHAPTER 2 - Sugar Cake

1.7K 185 6
                                    


Sudah berhari-hari Gun melirik t-shirt Balanciaga di websitenya. Satu hal yang menjadi masalah terbesar Gun saat berbelanja adalah memilih warna baju yang benar-benar ia inginkan. Saat ini, kaos yang diinginnya tersedia dalam 4 warna berbeda. Ia memilih untuk mengirim pesan line pada Off untuk membantunya memilih.

Ia mengetik "Papi" diiringi dengan dua foto screen shots dari website tersebut. "Papi mana yang lebih bagus?" Tidak butuh waktu lama bagi pesan Gun untuk segera di read oleh Off.

"Yang hijau," balas Off singkat.

Gun melihat warna pilihan Off dan mengerutkan dahinya tak setuju. Ia pun mengetik, "Tapi Gun suka yang warna hitam."

"Iya terserah. Beli saja kalau kau suka."

Gun tersenyum penuh kemenangan dan membalas pesan Off "Oke. Terima kasih papi." Tak lupa ia juga mengirimkan stiker dengan karakter yang memberikan sign love. Biasanya percakapan mereka akan berakhir setelah ini. Tapi kali ini, Gun kembali dibuat terkejut sama seperti saat Off mencium bibirnya tempo hari.

Off mengirimkan pesan lain kepada Gun. "Lagi di kampus? Katanya hari ini kau ada ujian."

"Ho oh. Tapi ujiannya udah selesai."

"Kau bisa mengerjakannya?"

"Oho! Tentu saja..... tidak bisa. Papi, sepertinya Gun akan gagal ujian Filsafat deh. Bagaimana ini?"

"Ya salahmu sendiri kenapa tidak belajar."

Gun mendengus kesal, tak terima. Ia membalas pesan Off dengan cepat.

"Hey! Ini bukan salahku seutuhnya. Papi juga bersalah karena malah mengajak Gun 'bermain' semalam."

Kali ini pesannya hanya di read saja. Sepertinya percakapan mereka akan benar-benar berakhir. Gun sadar ia menikmati hal-hal kecil yang dilakukan Off padanya akhir-akhir ini. Lelaki itu bahkan mulai memberikan kecupan kecil di bibir Gun setiap kali mengantarnya ke kampus. Waktu itu Gun berpikir Off melakukannya hanya untuk menjahilinya. Tetapi lelaki itu malah semakin sering melakukannya, seakan-akan mereka adalah sepasang kekasih. Dan Gun benci pada dirinya yang mulai membayangkan apa jadinya jika Off adalah pacarnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam dan Off belum juga datang menjemputnya. Gun hanya bisa menghela napas karena Off membuatnya menunggu entah keberapa kalinya. Ia mengetik nama Off di kontaknya dan menimbang-nimbang antara mau menghubunginya atau tidak. Gun tidak ingin menganggu Off karena ia tahu lelaki itu sangat sibuk.

Gun membereskan peralatan lukisnya dan berdiri untuk membersihkan kuasnya di wastafel. Studio ini merupakan ruangan kecil yang digunakan Gun untuk menuangkan inspirasinya saat melukis dan juga merupakan salah satu permintaan pertama Gun ke Off. Ia sebenarnya bisa saja mengerjakan lukisannya di apartemen yang diberikan oleh Off tapi Gun merasa mempunyai studio sendiri akan memberikannya ketenangan dan privasi.

Jika di apartemen setiap sudut ruangan akan mengingatkannya akan Off dan malah membuatnya sulit berkonsentrasi. Kalau di studio ini, Gun bisa mengerjakan lukisannya dengan tenang karena pikirannya yang terfokus ke apa yang ada di dalam kepalanya. Ia bahkan melarang Off untuk masuk ke dalam studionya ini.

Saat tengah membersihkan kuas-kuasnya, pikiran Gun melayang memikirkan Off. Pertama kali Gun melihat wajah Off, ia tahu Off sangat sangat sangat menarik. Waktu itu Gun baru lulus SMA. Ia melihat foto Off di salah satu majalah bisnis di sebuah toko buku dekat rumahnya. Kali itu, foto Off memenuhi satu cover depan majalah tersebut. Ia bahkan masih ingat dengan jelas isi wawancara Off di majalah itu.

DayflyWhere stories live. Discover now