Gara-Gara Es

30.1K 2.3K 324
                                    

"ES TERUS!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"ES TERUS!"

Yuta dan Tama sedang sembunyi di bawah meja makan ketika mendengar suara teriakan di atas mereka.

Tidak usah ditanya. Itu adalah suara Marsha. Atau yang lebih kita semua kenal sebagai Matcha.

Yuta dan Tama saling bertatapan ketika mereka tertangkap basah sedang minum es. Mereka sudah sembunyi, tapi Yuta lupa bekasnya ada di meja makan.

Wajar kalau Marsha tahu.

Yuta dan Tama kembali dikejutkan dengan kehadiran Marsha yang sudah berlutut si hadapan mereka. Wajahnya kesal dan sudah siap melayangkan hujatannya.

Yuta nyengir menatap istrinya yang siap menyerang.

"Eh, ada si Cantik Jembatan Merah Kebun Raya."

Marsha melotot mendengar panggilan Yuta. Seolah menyamakan Marsha dengan hantu jembatan Ancol.

"Apa lo bilang?"

"Si Cantik Jembatan Merah Kebun Raya," kata Yuta yang merasa tak bersalah.

"Sekali lagi bilang gitu, tidur di rumah Winwin."

Yuta lega mendengarnya. "Yang penting nggak di luar."

Marsha langsung menarik Yuta keluar dari persembunyiannya. Menjewer telinga pria itu sebagai hukuman karena sudah minum es.

Masalahnya, Yuta mengajak Tama minum es yang belum sembuh dari batuknya.

"Sakit, Matcha!" pekik Yuta sambil mengelus telinganya.

"Makanya jangan ngajak anak minum es," omel Marsha sambil menunjuk segelas es di tangan Yuta.

Yuta hanya menunjukkan cengirannya. "Enak sih. Kayak kamu."

Lagi-lagi Yuta berbicara seolah tanpa dosa. Memang minta dihujat sekali suami Marsha itu.

"Udah tahu anak masih batuk. Malah dikasih minum es. Lo mau batuk juga?" Omel Marsha lagi yang masih belum puas.

Yuta tertawa. Entah kenapa dia paling suka kalau Marsha sudah mengomel. Rasanya lucu saja. Apalagi di balik omelannya itu, ada rasa peduli yang ia tunjukkan.

"Maaf, Matcha. Namanya juga minum es. Enak."

Tama tiba-tiba muncul. Masih dengan bibir yang menyeruput sisa es di gelasnya.

"Maaf ya, Mami. Es Tama udah habis. Jadi jangan dimarahin," kata Tama dengan polosnya.

"Siapa bilang nggak dimarahin?" tanya Marsha heran.

"Soalnya kan es Tama udah habis. Jadi nggak minum lagi. Terus es Papi belum habis. Jadi Papi aja yang dimarahin."

Tama, anak berusia tujuh tahun itu bisa saja bicaranya. Tapi benar juga. Dibandingkan memarahi Tama, Marsha lebih suka memarahi Yuta.

"Awas ya kalau sampai ngajakin Tama minum es lagi. Jangan harap bisa menginjakkan kaki di rumah ini," ancam Marsha sambil mengangkat dagunya.

Yuta dan Tama kompak tertawa. Seolah tak takut dengan ancaman Marsha.

"Gampang. Aku punya kunci cadangan kok," kata Yuta dengan santainya.

"Tama juga punya," ujar Tama ikut nimbrung.

"Nanti aku ajak Yuma aja deh yang minum es."

"Ajak aja noh kodok zuma. Cocok sama lo," kata Marsha membalas ucapan Yuta.

"Pi, boleh tuh kodok zuma. Nanti minum es bareng dah," Tama mulai bicara ngawur. Sama ngawurnya seperti Yuta.

"Nanti Papi ajak deh. Kalau ada ancaman dari Mami kamu, bisa langsung ditembak pakai bola dari mulut kodok zuma."

Marsha hanya bisa geleng-geleng kepala karena ucapan Yuta dan Tama yang ngawur. Sepertinya di rumah hanya dia yang waras. Ditambah Yuma yang baru tiga tahun dan belum banyak bicara.

"Enggak apa-apa ya, Mi. Ajak kodok zuma. Daripada ajak janda sebelah."

"Tama!" seru Marsha karena anaknya itu bicaranya sudah tidak-tidak.

Marsha langsung melayangkan tatapan jahatnya pada Yuta. Tama yang begini sudah pasti Yuta yang ajarkan. Yuta hanya bersiul, menghindari kontak mata dengan Marsha.

"Sini lo, Yut," kata Marsha sambil menarik Yuta.

Yang ditarik hanya tertawa saja. Begitu pun Tama yang tertawa melihat Yuta yang akan disiksa oleh Marsha.

"Ayo ribut terus. Tama nggak suka kedamaian. Membosankan," ujar Tama melihat Marsha sedang menggelitik perut Yuta.

Hingga Yuta merasa geli dan tertawa karena rasa gelinya yang tak tertahankan. Tama hanya jadi tim hore, sambil menyeruput es milik Yuta yang masih tersisa.

"Sayang nih. Punya Papi masih banyak. Mumpung Mami nggak lihat, minum aja."

Tama berjalan menjauhi Marsha dan Yuta. Marsha masih terus menggelitik Yuta sampai tidak sadar kalau Tama sudah pergi. Meninggalkan orangtuanya yang memang tidak pernah 'akur' setiap di rumah.

Hai!!!!!! Ketemu lagi sama work ini kita 🤣Yup! Return bakal republish secara bertahap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai!!!!!! Ketemu lagi sama work ini kita 🤣
Yup! Return bakal republish secara bertahap. Gak ada yang berubah kok, jalan ceritanya masih sama aja. Aku lagi kangen berat sama Return, terus pengen update lagi, tapi gak bisa ㅠㅠ akhirnya aku unpub biar bisa republish, menghidupkan kembali Keluarga Nakamoto di book-nya sendiri hehe.

Terserah mau baca lagi atau gak, itu hak kalian. Yang pasti Return bakal balik lagi, kok.

Terima kasih.
Salam Yuta dan Matcha 💚💚

Repost

18 Juli 2020

Bonus 💚

Bonus 💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Return Where stories live. Discover now