Bukannya Ten ingin ikut campur, hanya saja ia benar-benar menyayangi Taeyong! Lihat saja, Ten pasti akan memberi pelajaran pada lelaki tampan itu. Jaehyun sangat busuk! Ten berharap jika Jaehyun membusuk di neraka bersama seluruh kebohongannya.

***

Tawa merdu mengalun dari bibir Taeyong. Ia menyenderkan punggung di dada Jaehyun; menikmati film yang di tayangkan oleh televisi. Setelah pergi mencari makan dan menikmati beberapa tempat, keduanya memutuskan untuk pulang. Lebih tepatnya ke apartemen Taeyong.

Malam sudah sangat larut, namun keduanya belum mau beranjak untuk tidur. Taeyong menoleh ke belakang dan mengecup rahang Jaehyun; tertawa kecil saat Jaehyun menggelitik pinggulnya.

Dering ponsel Jaehyun berhasil membuat si lelaki tampan menoleh ke samping; menatap layar ponsel dan mengangkat sebelah alis sebelum mengangkat panggilan itu.

"Ya?"

Taeyong merubah posisi duduknya; menyamping untuk menatap wajah Jaehyun yang terlihat begitu tampan. Ia mengusap rahang Jaehyun sebelum mendaratkan kecupan lembut pada pipi dan sudut bibir; mengabaikan fakta bahwa Jaehyun sedang menghubungi seseorang.

"Aku sedang berada di rumah teman. Besok pagi pulang." gumam Jaehyun pelan, tangannya mengusap punggung serta pinggul Taeyong.

Kegiatan yang di lakukan Taeyong berhenti saat Jaehyun menyebutkan kata yang sedang tidak ingin ia dengar. Teman. Ya, Taeyong tahu bahwa keduanya belum mendeklarasikan apapun soal hubungan jelas.

"Ya, selamat malam." setelah itu Jaehyun memutuskan sambungan telepon dan menangkup kedua pipi Taeyong; mendaratkan kecupan berkali-kali pada bibir si lelaki mungil.

"Jaehyun," panggil Taeyong dengan nada sendu. Ia menatap lurus pada wajah Jaehyun.

"Ya Noona?"

"Bisakah," Taeyong menggantungkan kata-katanya dan mengigit bibir bawah. "Bisakah aku berharap padamu? Maksudku, kita sudah melewati banyak waktu bersama. Apa kau tidak ingin menjalani hubungan yang lebih serius?"

Kening Jaehyun berkerut dalam. "Maksud Noona?"

Taeyong menghela nafas kasar sebelum menjauhkan diri dari Jaehyun, ia berdiri di hadapan lelaki tampan yang sedang duduk di lantai beralaskan karpet. "Kita ini, apa?"

"Noonaㅡ"

"Teman? Aku hanya ingin tahu! Kau bilang kau mencintaiku, tapi kau selalu menegaskan bahwa kita hanya teman." hati Taeyong berdenyut nyeri. Ia tidak ingin mengatakan hal ini kepada Jaehyun karena ia yakin bahwa hubungan sebatas teman saja sudah cukup. Tapi semuanya berubah! Taeyong menginginkan kepastian.

Jaehyun mengusap wajah kasar dan bangkit dari duduk; ia mengusap pipi Taeyong. "Noona, we're just friends. Right?"

Kalimat bernada sedih itu berhasil membuat air mata menuruni pipi Taeyong. Setelah semua apa yang Jaehyun lakukan padanya, lelaki itu masih mengatakan bahwa mereka hanyalah teman? Setelah membuat Taeyong jatuh terlalu dalam dan memakai tubuhnya terus menerus? Okay! Itu kesalahan Taeyong karena ia merasa baik-baik saja jika Jaehyun memang hanya menggunakan tubuhnya. Tapi kenapa rasanya begitu sakit?

"Kau," Taeyong tertawa miris dan menepis tangan Jaehyun, lalu berlari keluar dari apartemen. Ia hanya ingin menjauh dari Jaehyun! Lelaki tampan itu benar-benar menghancurkan hatinya.

Jika seperti ini, harusnya sejak awal Taeyong tidak berlari menghampiri Jaehyun. Sekarang bagaimana? Ia sudah jatuh terlalu dalam pada lelaki tampan itu. Apa yang harus Taeyong lakukan?

Taeyong berlari; keluar dafi gedung apartemen. Ia membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan rasa sakit yang sialnya semakin menjadi di dalam dada. Teriakan Jaehyun yang memanggil namanya sama sekali tidak Taeyong hiraukan. Ia belum mau melihat wajah tampan yang sudah menghacurkan hatinya itu.

Rasanya Taeyong ingin menghilang. Seharusnya ia sadar sejak awal bahwa dirinya tidak sepadan dengan Jaehyun. Taeyong terlalu percaya diri.

Nafas Taeyong terengah; ia berlari di atas aspal, jam yang terpasang di pergelangan tangan menunjukkan pukul satu dini hari. Jalanan sangat lenggang. Tubuh Taeyong di balut kemeja panjang sebatas paha. Air mata memenuhi pelupuk.

Ia bahkan lupa memakai celana karena ingin segera menghilang dari hadapan Jaehyun. Sial!

"Noona!"

"No! Don't touch me!"

Jaehyun yang sedari tadi berusaha mengejar Taeyong kini mendekap lelaki cantik itu dari belakang; tidak berniat untuk melepaskan tubuh Taeyong barang sedetik pun.

"Lepas!" pekik Taeyong histeris, ia benar-benar tidak ingin berada di dekat Jaehyun saat ini!

"Tidak!"

Tangis Taeyong pecah; ia membiarkan Jaehyun memeluknya. Hembusan angin malam membuat tubuh Taeyong mengigil.

"You said we're just friend, right?" bisik Taeyong pilu; ia mencoba mengusap air mata yang menuruni pipi.

Jaehyun mengecup tengkuk Taeyong. "I didn't mean it." bisiknya pelan.

"Just let me go.." karena Taeyong bertekad bahwa ia tidak akan menganggu Jaehyun lagi. Untuk apa bertahan dengan seseorang yang hanya menganggapnya sebagai seorang teman? Padahal mereka sudah melewatkan setiap waktu bersama.

"I can't.."

Taeyong menggeleng pelan. "Why?"

"Because i love you, but i can't be with you.." bisik Jaehyun lirih; suaranya menyatu dengan angin. Berhasil membuat dada Taeyong terasa sesak.

Pandangan Taeyong memburam, ia memberontak untuk melepaskan pelukan Jaehyun. Kini ia berhadapan dengan lelaki tampan itu; air mata menuruni pipi Taeyong, seolah tidak ingin berhenti.

"Jelaskan padaku, kenapa?" gumam Taeyong pelan, ia hampir terjatuh karena tidak sangup menahan beban tubuhnya sendiri.

Jaehyun mengepalkan kedua tangan dan mengusap wajah frustasi. "I'm getting married, soon.."

Mendengar itu, tubuh Taeyong jatuh terduduk di atas aspal. Matanya membulat lebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja Jaehyun katakan.

Menikah?

Tbc

Gatau ah pusing, harusnya ga bikin prolog pake kejadian yang soon bakal terjadi. Gabisa w tuh, jadi acak-acakan gini wkwk. Suram

Señor(ita)《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang