Lv. 07 : Terusik

En başından başla
                                    

"Biar kuantar kalian, ayo!" sela Mark.

"Aku ikut!" seru Jaemin.

Dua orang itu mengangguk, lalu berjalan cepat meninggalkan taman menuju mobil Mark. Dalam perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Semuanya sibuk memikirkan tentang apa yang terjadi, dan tidak ada waktu untuk mengobrol.

Karena Mark mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi, mereka sampai dalam waktu lima menit. Haechan langsung keluar dan berlari ke dalam rumah sakit.

"Haechan tunggu!!" Jeno mengejar.

Mark dan Jaemin saling lirik, lalu mengikuti dua orang sebelumnya. Mungkin karena Mark terbiasa untuk berlari, ia dengan mudah menyusul Haechan yang hampir tertabrak kursi roda yang dibawa perawat. Untungnya Mark langsung menarik Haechan dan langsung membentur dada bidangnya, tangan kanannya berada di pinggang sang dokter muda.

"Tenanglah, semua ini tidak akan selesai jika kau panik meskipun kau dokter terhebat di dunia." ujar Mark sambil menunduk untuk menatap Haechan yang lebih pendek darinya.

Semenit kemudian Jeno dan Jaemin berhasil menyusul mereka, keduanya tampak terengah-engah. Terutama Jaemin, ia bahkan mengutuk sepupunya itu dengan keras.

"Sialan kau Mark! Kenapa kau meninggalkanku hah?!" ujarnya.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Jeno.

Mark menatapnya, "ya, walaupun saudaramu tadi hampir tertabrak kursi roda yang dibawa perawat."

"Syukurlah.." Jeno menghela nafas lega.

Sementara itu Haechan terus menunduk untuk menghindari menatap wajah Mark, ia malu. Dan hal yang paling buruk adalah... Tangan Mark yang masih di pinggangnya!!

Wajah Haechan langsung bersemu, ia semakin menundukan kepalanya dan berusaha melepaskan tangan Mark dari pinggangnya.

"Ayo, kita harus cepat!!" ujar Jeno membuyarkan kecanggungan diantara mereka.

Mark, Haechan dan Jaemin mengangguk lalu kembali berjalan cepat menuju ruang rawat tempat para pasien ditangani. Saat sampai disana, seorang perawat langsung memberikan jas kedokteran milik Haechan.

Mereka memasuki ruangan dan terkejut saat melihat banyaknya pasien yang tak sadarkan diri dengan kacamata hologram yang masih terpasang.

"Kenapa kacamatanya tidak dilepas?" tanya Mark yang tak tahan melihat pemandangan aneh dihadapannya.

Suster itu hanya menatap Haechan ragu sebelum dia menjawab, "kacamata itu menempel, tidak bisa dilepas. Kami sudah berusaha untuk melepasnya sebelum kalian tiba, namun ini sia-sia. Jadi...dibawah perintah Dr. Kim kami membiarkannya seperti ini sampai Dr. Lee tiba." jelasnya.

"Bagaimana dengan detak jantung pasien?" tanya Haechan, ia langsung berjalan ke sisi ranjang salah satu pasien dan mengecek keadaannya.

"Detak jantung mereka normal tanpa adanya indikasi peningkatan ataupun penurunan frekuensi detak jantung." jawab seseorang yang tiba-tiba datang.

"Jungwoo hyung.." sapa Haechan.

Jungwoo mengangguk pelan, "aku sudah memeriksa mereka semua, namun tidak ada hal aneh yang terjadi selain dari kesadaran mereka yang menghilang tiba-tiba dan kacamata yang tidak bisa dilepas." ia menjelaskan.

Tiba-tiba ponsel Mark bergetar, sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

"Halo?"

"Mark, kembali ke markas. Ada yang harus kita diskusikan."

"Ya, aku akan tiba dalam sepuluh menit."

Setelah itu ia mematikan panggilan dan pamit undur diri.

"Maaf, aku harus pergi. Ada yang harus kulakukan, Dr. Lee aku pamit." ia tersenyum pada Haechan dan mengangguk pada Jeno dan Jungwoo lalu keluar dari ruangan.

Mark berjalan cepat menuju parkiran rumah sakit tempat mobilnya berada, lalu mengendarainya menuju gedung militer yang terletak di sebelah Utara dari lokasi rumah sakit.

Beruntung karena lalu lintas hari itu sedang lengang, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dan tiba tepat waktu. Ia turun dari mobilnya dan berjalan ke ruang konferensi untuk membahas masalah yang atasannya maksud, disana sekitar lima belas orang duduk rapi di kursi masing-masing dengan seorang pria berwajah datar memimpin.

Mereka tampak serius mendiskusikan sesuatu yang samar-samar bisa ia tebak. Hilangnya kesadaran setiap orang yang bermain game holografik.

Mark duduk di kursinya, setelah itu suasana menjadi sunyi senyap hanya menyisakan suara mesin AC yang menyala.

"Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi di kota ini?" tanya Mark memulai diskusi.

To be continued

=====

Duhh telat lagi :(

Pengumuman :

Karena buku 1 mau dibukukan, jadi aku unpub beberapa chapter yang season 1 nya. Untuk kalian yang mau ikut PO tunggu ya, dan ceritanya gak diubah cuma ada beberapa part yang gak ada di wattpad ada di novelnya :)

Neo City : The Game Is Called DionysusHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin