"Ya nggak papa namanya juga penasaran."

"Udah ah gue mau balik."

"Yailah buru-buru amat sih Zevvv."

"Hahaha lo kenapa sih bi? Lo lagi kangen berat ama gue?" Tanya Zeva asal.

"Kalo gue jawab iya emang lo bakal tetep di sini walau cuma buat beberapa menit aja?"

Mata Zeva memicing, "Sumpah deh kayanya lo lagi kesambet? Yuk balik bareng aja nih udah malem juga."

Ibi hanya tertawa, "Hahaha gatau kayanya gue emang lagi kesambet. Auk ah pusing gue."

Kini Zeva benar-benar beranjak dari kursinya. "Jangan banyak begadang, istirahat yang cukup sama banyak minum air putih. Jangan banyak pikiran. Rileks bi, rileks."

"Iye ah bawel lo Zev." Lalu tawa Zeva lepas melihat ekspresi kekesalan di wajah Ibi. Pasalnya, Zeva menasehati Ibi dengan kalimat yang sama setiap harinya, dan saat ini sepertinya Ibi mulai muak mendengar petuahnya.

"Minggir lo gue mau cabut." Setelah membalikkan badan untuk menuju pintu keluar, betapa terkejutnya Zeva melihat seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu. Pak Alfred sedang berdiri di depan pintu masuk dengan senyum yang mengembang.

"Pak Alfred?" Zeva kaget setengah mati. Begitu pula dengan Ibi, dan juga Pak Surya yang masih di ruangan itu ikut terkejut dengan kedatangan CEO Mandala Architeam. Sontak mereka menghampiri Pak Alfred lalu menjabat tangannya.

"Bagaimana kabar kalian? Baik?" Tanya Pak Alfred. Zeva, Ibi dan Pak Surya menjawab dengan baik.

"Mari duduk pak," kata Pak Surya mempersilakan Pak Alfred untuk duduk.

"Terima kasih pak surya, tapi ini saya nggak lama kok, saya kesini mau menemui Zeva."

Kening Zeva sontak mengerut. "Saya?"

"Iya, setelah ini saya bisa ketemu dengan kamu? Ada hal yang ingin saya bicarakan."

Zeva tertegun sebentar namun setelah itu dia menjawab, "Oh iya bisa Pak."

"Baik kalau gitu nanti saya tunggu di ruangan saya ya?" Kata Pak Alfred lagi.

"Baik pak." Setelah itu Pak Alfred langsung pamitan untuk meninggalkan ruangan itu. Kini Pak Surya, Zeva dan juga Ibi saling menatap satu sama lain penuh tanya.

"Ada masalah apa lo sama beliau?" Tanya Ibi dengan ekspresi wajah yang horor.

"Iya, ada apa?" Pak Surya ikutan penasaran.

"Saya juga nggak tau, mungkin masalah kerjaan? Yaudah kalau gitu saya mau langsung pergi aja. Duluan ya Pak Surya. Eh gue duluan ya Bi." Zeva menepuk bahu Ibi dua kali sebelum dia keluar dari ruangan itu. Dia memang sengaja cepat-cepat pergi dari Pak Surya dan Ibi karena takut ditanyai macam-macam. Seisi kantor belum ada yang tahu kalau dirinya ada hubungan "spesial" dalam artian lebih dari seorang rekan kerja, dengan putra CEO Mandala Architeam.

Zeva gugup setengah mati. Sebelum menuju ruangan Pak Alfred, Zeva memilih untuk masuk ke toilet untuk touch up sebentar biar kelihatan lebih fresh sedikit.

"Haduh, kenapa ya Pak Alfred pengen ketemu sama aku? Ini pasti ada hubungannya sama Pak Alba juga. Atau jangan-jangan Pak Alba sudah ada di ruangan ayahnya?" Zeva menggeleng. "Ah nggak mungkin. Dia kan lagi nggak di Indonesia." Pikiran Zeva berkecamuk.

Selepas menyemprotkan sedikit parfum ke badannya, Zeva memasukkan parfum serta makeup pouch nya ke dalam tas. Setelah itu dia bergegas keluar dari toilet untuk menuju ruangan Pak Alfred. Jujur, saat ini dia gugup banget.

InterlockingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt