"Cahaya dua puluh persen, tolong." Teriak Bellamy lagi, hanya ia yang boleh berteriak saat akan melakukan Hacking. Dan hanya Bellamy-lah yang nanti boleh berbicara dengan Amy saat masuk ke dalam memori sampel.

Lalu tak lama lampu meredup, dan ruangan Lab Hacker ini menjadi sedikit gelap.

Komputer kecil yang menggantung di atas kepala Bellamy sudah menunjukkan seperti stopwatch menghitung mundur. Komputer kecil itu disebut Hack Clock.

Hack Clock sudah menunjukkan angka 4:59:55 yang artinya Hacking dilakukan hanya lima menit saja, dan Hack Clock terus menghitung mundur.

"Oke semuanya, Hack Clock sudah berjalan," teriak Bellamy lagi, kali ini ia sangat semangat untuk melakukan Hacking meskipun dengan orang yang ia tak sukai, "Catatan Kapten, tahun dua ribu sembilan belas."

"Kapten? Sungguh?" Sindir Amy dengan nada menyebalkan.

Bellamy mulai kesal lagi pada Amy, "Dengar aku tidak memberitahumu, wanita tak berperasaan yang tak punya teman. Kau jangan memberitahuku bagaimana seharusnya aku menjalankan Lab-ku." Tutur Bellamy tak bernapas karena kesal.

"Cukup adil." Ucap Amy dengan nada yang lebih menyebalkan. Amy berhasil melawan Bellamy yang sangat sombong saat menjelaskan seputar Hacking tadi. Lalu Bellamy membalasnya dengan perkataan dengan nada sangat kesal, hal itu membuat Amy terkekeh dalam hati, dasar Bellamy payah.

"Waktu dimulai..." Bellamy berhenti sejenak dan menundukkan kepalanya, menahan kesal karena rasa semangatnya dihancurkan oleh orang yang baru dikenalnya, "Apa kau tahu? Lupakan saja. Kau merusak suasananya."

"Baiklah. Kita mulai menjalankan Hack Neurosycn," lanjut Bellamy, mengarahkan pandangannya pada kru yang akan ia tanya, berusaha melupakan apa yang membuatnya kesal.

"Bagian Lif-Scie?

"Sudah siap!" Jawab Molly.

"Sub-Bio?"

"Siap!" Sahut Richard.

"Rekayasa Mesin?"

"Semua sistem online. Siap!" Teriak Kevin.

"Komunikasi?"

"Siap, Kapten!" Sahut Rajan.

"Medis?"

"Dia kelihatannya sehat. Siap!" Angela mengangguk yakin.

"Tes komunikasi. Satu-dua, satu-dua." Kali ini Bellamy bertanya pada Amy.

"Aku mendengarmu." Amy sudah siap melakukan Hacking, kedua tangannya juga sudah siap berada di atas keyboard transaparan itu.

"Apa kau merasakan keyboard di bawah tanganmu? Kau harus menggunakannya sendiri untuk keluar dari memori." Kata Bellamy dengan nada perintah, "Saat waktunya tiba, kau harus mengetik namamu 'Amylee', diikuti dengan kode pin keluar..." Bellamy menunjuk ke arah Rajan, memerintahkannya untuk membuatkan kode pin untuk Amy.

Rajan langsung mengetikkan kode pin-nya dengan sangat yakin.

"Apa kode pin-ku?" Tanya Amy.

Tak lama Rajan menoleh ke arah Bellamy, pertanda kode pin-nya sudah siap.

Bellamy melihat monitor komputernya disusul dengan menelan ludah dan matanya yang sedikit melotot, "Kode pin-nya akusukarajan tanpa spasi dan huruf kecil semua."

Amy mengernyitkan dahinya, ia tak mau menggunakan kode pin itu, "apakah aku bisa mengganti kode pin-nya?"

"Tentu saja tidak bisa," sahut Rajan dengan senyuman jahilnya.

"Tes komunikasi sudah komplit," teriak Bellamy lagi, "kita sudah siap. Masukkan Hack Neurosync dengan aba-abaku." Bellamy melihat ke arah monitor, semua sistem menunjukkan sangat baik untuk melakukan Hacking, "Kau sudah mulai, tuan putri. Tutup matamu, cobalah santai. Dan jangan lupa, apapun yang kau lihat di sana, kau tidak sendirian. Aku bersamamu, percayalah padaku."

Bellamy menarik setir Hacking itu secara perlahan dan matanya menuju ke arah monitor yang memunculkan gambar otak sampel bewarna merah.

"Aye-aye Mon Capitan." Ucap Amy dengan lembut dan mulai menutup matanya.

"Hack Neurosync dalam tiga... Dua... Satu." Bellamy mendorong setir Hacking-nya ke dalam, pertanda Amy sudah bisa masuk ke dalam memori sampel, "Mulai."

°°°

Amy membuka matanya.

Kali ini napas Amy tersenggal-senggal. Tarik napas dan mengeluarkan napas seperti orang yang kekurangan oksigen. Mata Amy juga hanya melihat warna-warni tak jelas dan bercampur, seperti masuk ke dalam portal waktu.

Amy sangat tegang dan takut, tak tahu ia sedang di mana. Napas yang sesak membuat Amy semakin tak karuan. Penghilatannya juga sangat aneh dan membiat kepalanya seperti berputar-putar. Saat ia mencoba untuk melihat pijakkan kakinya, ia seperti berada di atas batu jurang yang hanya cukup untuk kedua kakinya.

Amy melotot kaget dan masih tak bisa mengatur napasnya.

Aku ada di mana? Gumamnya dalam hati.

°°°

HackerWhere stories live. Discover now