Welcome to the Hacker Program

Start from the beginning
                                        

"Alasan aku bersikap biasa saja saat melihat jasadnya Peter," akhirnya Amy menjawab, "karena saat aku melihatnya, seakan-akan dia telah mati selamanya. Momen saat aku melihat dia mati, mengetahui dia telah mati seperti sesuatu yang akrab bagiku. Itulah displasia sementara. Boleh aku pergi sekarang?"

Wanita itu cukup puas dan sedikit tersanjung dengan penjelasan Amy yang sangat unik dan cerdas. "Sudah lama kau dalam pantauanku."

"Benarkah?" Tanya Amy, "Lalu mengapa sekarang aku berada di luar pantauanmu dan berada di restoran Cina-mu?"

"Namaku Lidya Stinger," wanita itu memperkenalkan dirinya dengan tegas, "dan aku bekerja dalam suatu proyek yang membutuhkan seseorang dengan bakat khususmu."

Amy menatap malas, mungkin Lidya ini mengarang dan ingin menjebaknya atau ingin membunuhnya, orang lain malah tak mau dekat dengan Amy, tapi Lidya? Malah menawarkan sebuah proyek, "Ada proyek yang menawarkan seseorang dengan Displasia Sementara?"

"Ada, satu orang. Aku yang membutuhkannya." Jawab Lidya, "Aku mewakili agensi federal yang menyelidiki kejahatan yang sangat serius."

"FBI?"

"Jangan buang-buang waktu untuk menebak."

"Itu bagus, Lidya." Suara Amy meninggi, "Karena aku tak tertarik."

"Kejahatan ini sangat sensitif terhadap waktu," Nada bicara Lidya sedikit memohon, "Hidup dan mati."

"Aku sudah punya kejahatan untuk dipecahkan." Jawab Amy dengan ketus. Tentu saja ia akan menolak, karena tak tertarik dan proyek ini misterius. Mau itu sensitif, hidup dan mati, Amy tak peduli. Saat ini Amy hanya ingin mencari tahu soal Peter saja. "Jangan berdiri, aku bisa keluar sendiri."

Amy bergegas dan melangkahkan kakinya menuju pintu restoran di belakang pria tadi.

"Amylee," Panggil Lidya pada Amy yang langkah kakinya sudah berdekatan dengan pria tadi, "kau punya dua pilihan."

Amy menoleh ke arah Lidya. Mencoba mendengarkan apa lagi yang dia inginkan dari Amy.

"Pertama, kau bekerja untukku," Lidya meneruskan sambil menoleh ke arah Amy.

Amy melipat kedua tanggannya dan mengangkat satu alisnya, ia sudah jelas menolak tapi Lidya tetap bersikukuh merekrut Amy, "Bekerja pada agensimu yang tak dapat ditebak itu?"

"Yang kedua," Lidya menghampiri Amy dengan tatapan serius, "Aku biarkan kau pergi. Teman serumahmu telah mengusirmu. Jadi sekarang kau tak punya tempat tinggal. Dan kau sedang diskorsing, jadi rencana kau untuk mendapatkan PhD juga akan berantakan. Dan satu-satunya orang yang peduli atau tidak peduli denganmu sudah meninggal. Kau tidak punya uang dan tidak tahu mau ke mana."

Amy mematung, pembicaraan Lidya barusan semuanya benar. Ia menghitung juga berapa lama barusan Lidya berbicara, ternyata lebih cepat dari Amy yaitu tiga puluh enam detik.

Amy mengernyitkan dahinya sambil berpikir, alasan apa lagi yang harus ia buat untuk menolak agensi-yang-tak-dapat-ditebak ini.

"Aku kenal seorang pria, aku bisa bercinta dengannya lalu tinggal bersamanya." Lagi, Amy menjawab asal-asalan.

"Aku tahu kau bukan orang yang seperti itu," jawab Lidya.

Wanita ini benar lagi, itu cuma alasan saja. Amy mulai menegang, dan tatapannya juga menajam pada Lidya. Ia tak punya apa-apa lagi sekarang. Dengan terpaksa ia harus ikut terlebih dahulu dengan Lidya, "apakah seseorang dengan Displasia Sementara bisa bekerja di agensi misteriusmu?"

Lidya tersenyum lima jari, "Mari kita cari tahu."

Kemudian, Lidya menoleh ke arah wanita paruh baya itu untuk membuka tirai bewarna merah. Terdapat tulisan di ambang pintunya "Ruang Penitipan Pakaian". Lalu Lidya melangkahkan kakinya di belakang wanita itu, disusul dengan Amy. Mereka semua masuk ke dalam dan ruangan kumuh dan berantakan, terlihat sudah lama tak dipakai.

Saat wanita paruh baya itu membuka tirai merah lagi, ternyata ada sebuah lift dengan pintu bewarna keemasan dibaliknya. Seperti lift yang lainnya, ada tombol untuk menuju ke atas lantai restoran ini atau ke bawahnya?

Amy berpikir keras, bagaimana bisa ada lift dalam restoran yang di luarnya ada satu lantai saja, tak ada lantai ke dua dan ke tiga. Apakah lift ini menuju bawah tanah?

Kemudian Lidya melangkahkan kakinya pada kotak tombol itu. Ia tak menggunakan angkanya, tapi menggunakan ibu jarinya dengan hanya menyentuh kotak kecil tersebut.

Lidya menoleh pada Amy, sementara Amy masih memperhatikan apa yang dilakukan Lidya, ia masih keheranan. Saat dilihat oleh kedua mata Amy, layar kecil tersebut memperlihatkan angka 200-199-198 secara cepat dan bergantian. Amy membelalak, ia tahu apa arti dari angka tersebut. Lift ini sedang menuju ke atas, tepatnya ke lantai restoran ini, dari kedalamam dua ratus meter dibawah tanah.

Sungguh dalam sekali. Ada apa di bawah sana? Mengapa Lidya harus memasuki lift dan menuruninya hingga dua ratus meter ke bawah tanah? Gumamnya dalam hati. Amy terus memperhatikan layar itu.

Ketika sekitar dua menit menunggu, pintu terbuka. Lidya memasuki lift tersebut dan Amy mengikuti.

°°°

Ting.

Suara lift terdengar dan lift terbuka.

Saat pintu lift terbuka, kali ini Amy membelalak ke dua kalinya. Ia melangkahkan kakinya secara perlahan dan sangat tersanjung melihat ruangan bawah tanah ini. Sementara Lidya berjalan begitu saja.

Amy melihat ke sekeliling ruangan. Ia melihat alat-alat canggih dan komputer-komputer yang terpasang di dinding tembok bercat abu-abu. Lalu ia menoleh ke kanan dan kirinya ada orang-orang yang sedang menghadap komputer. Setiap orang mempunyai sekitar dua sampai tiga komputer. Dan layar di masing-masing komputer mereka memunculkan gambar yang tak pernah Amy temukan.

Tak terasa Amy membuka mulutnya ketika ia melihat sebuah tabung besar berisi air yang di dalamnya ada tempat setengah berbaring untuk satu orang. Ia tak pernah melihat alat tersebut dan memang terlihat aneh. Tepatnya bukan alat, tapi seperti akuarium untuk manusia.

Dan satu lagi, ada tabung besar di sisi sebelah kirinya saat ini. Tabung berukuran manusia untuk berbaring sepenuhnya, tapi tidak ada air. Lebih seperti terlihat kulkas transparan.

Amy terus memperhatikan. Orang-orang di sini seperti saintis dan mereka sedang sibuk pada komputer dan alat-alat canggihnya. Ada juga yang berpakaian seperti dokter sedang sibuk dengan tabung kulkas tadi.

Amy tersanjung dengan tempat ini. Ia terus memperhatikan sekitarnya.

"Selamat datang di program Hacker." Sahut Lidya.

°°°

HackerWhere stories live. Discover now