"Tapi secara hukum, Peter tak pernah mengadopsimu." Sahut wanita itu.
"Itu sesuatu yang tidak kami inginkan. Karena itu menyiratkan kedekatan yang tak pernah ada." Suara Amy meninggi, ia hanya ingin menyudahi perbincangan ini, "Aku berada di mana?"
"Itu sebabnya kau bersikap biasa saja saat melihat dia mati." Wanita itu tak mengindahkan pertanyaan Amy.
Amy mengernyitkan dahinya, terheran dengan wanita ini yang ternyata sulit diterka dengan benar,"bagaimana kau tahu itu?"
"Aku punya akses untuk melihat catatan kepolisian," jawab wanita itu, "Kenapa kau dan Peter tidak dekat?"
Amy menghela napas, sudah malas dan bosan sekali ia harus menjelaskan penyakit psikologinya itu, "Kau tidak akan mengerti."
"Cobalah. Aku orang yang sangat pengertian. Kau bisa tanyakan pada yang lain." ucap wanita itu dengan nada lembut.
Amy menyeringai, malas sekali untuk bertanya pada orang lain dan memastikan orang yang ada di hadapannya ini pengertian atau tidak.
Amy menatap langit-langit restoran ini, dan mencoba menjelaskan agar wanita dihadapannya bisa menyerap apa yang Amy katakan, "Sudah berapa lama aku berada di ruangan ini?"
"Jawab pertanyaanku."
"Aku sedang mencobanya." Suara Amy sedikit memekik, "Sudah berapa lama aku ada di sini?"
"Tebak."
Sial. Pekik Amy dalam hatinya. Amy mulai berpikir dengan logika dan hitungan matematikanya agar ia bisa menghitung berapa lama ia di sini, "Satu jam."
"Satu menit." Wanita itu menunjukkan jari telunjuknya sambil terkekeh, ia meremehkan hasil pemikiran matematikanya Amy, "Kau benar-benar tidak tahu, 'kan?"
Sepertinya Amy harus mengakui saja karena ia sudah tak tahu harus menjelaskan apa lagi, "Aku memiliki suatu kondisi. Disebut dengan Displasia Sementara. Aku tidak memiliki persepsi dengan waktu."
"Aku pernah membaca kondisi seperti itu," wanita itu mengangguk, "kukira itu dibuat-buat."
"Kuharap begitu," sahut Amy, "karena kalau kau tak dapat menanganinya, itu sangat menyebalkan. Aku menggunakan ingatan, logika dan matematika untuk memeperkirakan selisih waktu. Tapi aku tak tahu rasanya seperti apa."
Wanita itu sedikit terheran dengan penjelasan Amy, masih belum percaya dengan adanya penyakit seperti itu, "Ingatan, logika dan matematika?"
"Beritahu aku berada di mana." Ia ingin sekali membuktikan bahwa penyakit itu ada.
"Di tengah kota Los Angeles."
"Baik," Amy menarik napasnya, lalu menghembuskan, "Katamu aku berada di ruangan ini selama satu menit. Mari mundur ke belakang. Cobalah untuk mengikuti. Dua puluh dua menit perjalanan dari Cal Tech ke tengah kota. Aku tak perlu pipis, dan aku tidak lapar, jadi aku tahu tidak berada di kantor pak Ryan lebih dari satu jam. Naik bus dari rumahku ke Cal Tech rata-rata butuh waktu empat puluh lima menit. Tambahkan sepuluh menit di rumah bersama teman serumahku, karena kupikir aku bisa mentolerirnya. Empat puluh tujuh menit dari rumahku ke kantor polisi. Dan aku tahu menghabiskan waktu melihat jasad Peter selama tujuh puluh tiga menit dan bicara dengan Detektif, karena aku melihat jam. Maka jika dihitung, itu berarti empat jam delapan menit." Jelas Amy, menjelaskan seperti lajunya kereta api, sangat cepat, "Tapi itu hanya sebuah angka. Aku tak tahu empat jam delapan menit itu seperti apa. Aku bahkan tidak tahu berapa lama aku barusan berbicara."
"Empat puluh enam detik." Ternyata wanita itu juga memperhitungkan berapa lama Amy berbicara, apakah wanita ini juga punya penyakit yang sama dengan Amy? "Persepsi waktuku tepat."
YOU ARE READING
Hacker
Science FictionAmy, wanita yang tak pandai dalam bersosialisasi dengan orang lain, memasuki dunia yang memang tak pernah terbayangkan olehnya. Ketidaksengajaan masuk ke dalam pekerjaan misterius dan sangat rahasia, membuat dia memaksakan diri untuk mengorbankan se...
Welcome to the Hacker Program
Start from the beginning
