cerita singkat

33 8 0
                                    

Kepada lelaki yang pernah kuhirup rambutnya di jalan malam kota Palembang.

Tak mudah untuk menulis ini. Perlu keberanian yang kugali dalam pada sumur hati untuk berani merasakan pedih lagi. Sebab bahkan untuk mengingatmu, membuatku luar biasa tersakiti.

Menulis tentang kesedihan, sudah aku hindari akhir-akhir ini. Karena bila aksaraku bertema duka, entah kenapa sosokmu yang seketika selalu muncul di dalam kepala. Sebenarnya aku tak lagi kuasa menjadikanmu subjek pada setiap frasa yang kucipta. Sebab itu sama saja menyiksa diriku sendiri secara sadar seutuhnya.

Tetapi, jika memang harus begitu alurnya, maka dapat kujamin segala ucapku takkan lagi bermakna. Tak ada rasa. Atau bahkan aku tak akan lagi bisa meramu kata.

Harus kuakui, kamu adalah satu-satunya manusia yang mampu membuatku tetap menulis sampai detik ini. Karena berkatmu, aku pernah mencicipi pahit-manisnya kisah asmara para remaja yang seperti diceritakan dalam lagu-lagu cinta. Berkatmu, duniaku terasa begitu maha. Dan berkatmu juga, semestaku pernah nyaris binasa.

Pada sepertiga malam, aku selalu berdoa pada Tuhan agar dapat dengan cepat melupakan. Lebih-lebih bisa bertemu versi bajakan dari dirimu di tahun mendatang.

Namun, bila suatu saat itu benar-benar terjadi, aku berjanji kenangan perihal dirimu akan tetap tersimpan rapi di dalam saku—bersamaan dengan es teh tarik yang kita habiskan waktu itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aksaraku tak berujungWhere stories live. Discover now