Jung Jaehyun sangat membenci manajer-manajer yang dikirimkan oleh ayahnya, membuat pria Jung itu kerap berkali-kali berganti manajer. Namun, kali ini ayahnya mengirimkan manajer manis yang lucu dan menggemaskan bak seekor kucing.
Akankah kali ini Ja...
Pandangan Taeyong beralih pada foto keluarga yang terdapat di meja di sebelah ranjang Jaehyun. Taeyong mengambilnya kemudian terkekeh melihat Jaehyun kecil yang berada di foto itu. Wajahnya masih sangat lucu dan menggemaskan tidak seperti sekarang yang sudah seperti singa jantan yang galak.
Taeyong meletakkan foto itu kembali sebelum Jaehyun selesai mandi. Tak lama pria mungil itu merasa tubuhnya gemetar saat mendengar suara pintu yang menandakan Jaehyun sudah selesai mandi. Pria Jung itu sudah mengenakan bajunya dan tampak sedang mengeringkan rambutnya.
"Baby, bantu aku." Jaehyun mendudukan diri di depan Taeyong dan memberikan handuknya, kemudian pria Jung itu berbalik membelakangi Taeyong.
Taeyong mulai menggosokkan handuk itu pada rambut Jaehyun. Jaehyun memejamkan mata sambil sesekali tersenyum. Entah mengapa semenjak ada Taeyong dirinya semakin sering tersenyum.
"Su.. Sudah daddy." Wajah Taeyong memerah menahan malu sedangkan Jaehyun tersenyum puas saat mendengar panggilan daddy dari kucing manisnya itu.
Mereka menuju meja makan dan seperti biasa, Jaehyun akan meminta Taeyong untuk menyuapinya dan berakhir mereka yang makan sambil saling menyuapi.
"Makan yang banyak kucingku."
"Ishh aku bukan kucing!"
Jaehyun tampak senang menggoda pria mungil itu. Sedangkan Taeyong hanya mengembungkan pipinya kesal, membuat Jaehyun semakin gemas.
Mereka selesai makan malam, lalu duduk bersama di ruang keluarga atau lebih tepatnya disebut ruang televisi karena sebelumnya Jaehyun hanya tinggal sendiri.
Jaehyun memaksa Taeyong untuk bersender di bahunya, tangan pria Jung itu memeluk bahu mungil Taeyong. Mereka sedang menonton film kesukaan Taeyong. Awalnya Taeyong tersenyum senang, tetapi kemudian Jaehyun melihat wajah Taeyong yang sedikit murung.
"Ada apa?" Jaehyun menatap Taeyong dan mengusap pelan rambutnya, berusaha memberikan rasa nyaman pada pria manis itu.
Taeyong hanya menggeleng lemah "Aku tidak apa-apa."
"Ceritalah padaku, bukankah kau sendiri yang bilang jika kita bukan hanya sekedar rekan kerja? Aku bisa menceritakan masalahku padamu," Pria Jung itu menarik nafasnya. "Itu artinya kau juga bisa menceritakan masalahmu padaku."
"B—benarkah boleh?" Taeyong menatap Jaehyun, melihat keseriusan di mata pria Jung itu.
Jaehyun mengangguk. "Dengan senang hati aku akan mendengar masalahmu."
Pria Jung itu tahu betul bahwa Taeyong hidup sebatang kara. Dia menyuruh utusannya untuk mencari tahu semua tentang Taeyong dan sekarang dia mengetahuinya. Orang tuanya telah tiada dan kini dia tengah bekerja untuk membiayai kehidupannya.
"A.. Aku mempunyai sahabat yang ikut denganku ke Seoul." Jaehyun mengetahuinya. Utusannya mengatakan Taeyong merantau ke Seoul ditemani sahabatnya. Sahabatnya sejak kecil, bahkan Jaehyun mendapat foto keduanya tengah bermain bersama.
Jaehyun terdiam, dia menyimak apa yang akan Taeyong katakan. "Tapi dia kesulitan mencari pekerjaan." Taeyong benar-benar tidak tega dengan Ten yang sampai saat ini belum mendapat pekerjaan. Sahabat kecilnya itu sudah banyak membantunya, kini giliran Taeyong yang akan membantunya.
"Aku ingin membantunya, apakah kau tahu dimana dia bisa mendapat pekerjaan?" Taeyong menatap cemas Jaehyun. Pria mungil itu berharap Jaehyun dapat memberikannya bantuan.
"Tentu kucingku, sekarang juga sahabatmu itu akan mendapat pekerjaan."
Jaehyun mengambil ponselnya dan segera menelpon seseorang. Tak lama orang itu mengangkat telponnya.
"Ada apa kau menelponku malam-malam begini Jay?"
"John, kau ingat saat aku bilang aku akan berbagi kucing denganmu kan?"
"Aku ingat itu. Why?"
"Kau akan segera mendapatkan 'kucing'mu."
"What do you mean, Jay?"
"Dia sedang mencari pekerjaan dan kau pasti bisa memberikannya kan?"
"Ahhh, aku mengerti betul maksudmu Jay, suruh dia datang ke apartemenku besok."
Mendengar itu Jaehyun tersenyum puas. Sudah saatnya sepupunya itu memiliki 'kucing'nya sendiri. Pria Jung itu mematikan telponnya lalu menatap Taeyong yang terlihat bingung dengan apa yang terjadi. "Masalahmu sudah terselesaikan."
Taeyong terdiam, pria mungil itu masih tidak mengerti. "Kau tau Johnny kan? Katakan pada sahabatmu untuk datang ke apartemennya besok, Johnny akan memberikannya pekerjaan."
Taeyong tersenyum senang. Akhirnya sahabatnya akan mendapat pekerjaan. Taeyong mengetahui Johnny. Beberapa hari yang lalu pria itu datang ke apartemen Jaehyun hanya untuk berkenalan dengan Taeyong. Dia mengatakan Taeyong bisa menganggapnya teman dan umur mereka juga sama.
"Baik.. Aku akan mengatakannya pada Ten. Terimakasih Jaehyunie." ucap Taeyong dengan senyuman manisnya membuat Jaehyun gemas.
"Ingat Taeyong, kau masih harus memanggilku daddy." Jaehyun memeluk pinggang Taeyong dan membuat pria mungil itu bersandar pada dada bidang miliknya.
Pria mungil itu mengangguk "D—daddy.." gumam Taeyong pelan lalu menenggelamkan wajah manisnya pada dada bidang milik Jaehyun.
Jantung Jaehyun berdetak sangat kencang saat Taeyong memanggilnya seperti itu. Perasaan senang menyelimuti dirinya. Entahlah Jaehyun bingung. Apakah benar dia memiliki perasaan lebih pada pria mungil ini?
Lama dengan posisi itu. Jaehyun merasakan nafas Taeyong yang teratur dan terdengar dengkuran halus dari pria mungil itu. Taeyong tertidur.
Dengan pelan Jaehyun menggendong Taeyong dan meletakkan Taeyong di kamar milik pria mungil itu. Jaehyun mengecup dahi Taeyong dan mengusap lembut rambutnya.
"Have a sweet dream, Taeyong."
To Be Continued
¤¤¤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Note: abis dibaca lagi ternyata ngakak banget ya chap ini😭 sorry klo aneh, udah aku revisi dikit, moga berkurang keanehannya.