Wonpil yang masih cemberut nunjuk kaitan helmnya yang nggak bisa kebuka. "Bukainn," pintanya pada Dowoon.

"Tuhkan. Gimana aku ga ngelarang Kakak coba?" keluh Dowoon. Wonpil berdecak, "Cuma gabisa buka kaitan helm aja ih!"

Setelah itu, Wonpil melambaikan tangan ke Dowoon lalu masuk ke barisan siswa telat dengan senang hati. Kayaknya baru kali ini Dowoon ngeliat orang yang bentar lagi bakal dihukum tapi mukanya sebahagia itu.











Wonpil mungkin bisa masuk ke dalam gedung sekolah, tapi dia tetep nggak bisa masuk kelas. Karena guru mata pelajaran matematika yang sekarang lagi ngajar di kelasnya mempunyai kebijakan siswa yang telat harus berdiri di depan kelas sambil ngangkat kedua tangan ke atas sampai jam pelajaran berakhir.

Rasa pegel di pundaknya membuat sedikit penyesalan terbesit di otak Wonpil. Harusnya tadi dia dengerin Dowoon aja buat tinggal di rumah. Kan enak bisa goleran, daripada dihukum kayak gini.

Wonpil mendengus sambil memanyunkan bibir. Padahal dia cuma telat sekitar lima menit, tapi dihukumnya selama dua jam pelajaran. Nggak adil!


"Keluar dari kelas saya, Park Jaehyung! Sekarang!"

Wonpil yang lagi mijetin pundaknya berjengit kaget mendengar suara samar-samar namun menggelegar tersebut. Kayaknya sih suara itu berasal dari ruang kelas IPA 7 yang terletak di seberang kelas Wonpil, tapi masih kedengeran soalnya dia berada di teras kelas.

"Park Jaehyung?" Wonpil bergumam pada dirinya sendiri, berpikir apakah Park Jaehyung yang barusan diusir dari kelasnya itu sama dengan Park Jaehyung yang dia kenal.

Suara sorakan gaduh terdengar lagi, kemudian pintu kelas itu terbuka. Wonpil memicingkan mata, berusaha memfokuskan pandangan ke cowok yang baru aja keluar dengan tali tas tersampir asal-asalan di salah satu pundaknya.

Dan seperti sudah tertulis pada garis takdir mereka, pada saat itulah si cowok juga natap ke arah Wonpil dan pandangan mereka nggak sengaja bertemu.

Ternyata emang Jae!

Sudut bibir Jae kontan terangkat ngeliat Wonpil. Dia ngelambaiin tangan heboh sambil berteriak, "Hai Wonpil!"

Wonpil melotot dan langsung ngeletakin jari telunjuk ke depan bibirnya, mengisyaratkan Jae biar nggak berisik. Wonpil yakin sih pasti teriakan kencang Jae tadi udah didenger sama seluruh anak kelas sebelas nih. Mana namanya disebut-sebut lagi, malu-maluin banget!

Jae cuma tertawa tanpa dosa, kemudian merogoh tasnya—ngeluarin buku tulis dan sebuah benda kecil yang nggak terlihat jelas oleh mata Wonpil.

Wonpil ngernyit penasaran, hal aneh apa lagi yang bakal Jae lakuin kali ini?

Rasa penasaran Wonpil terjawab dengan cepat ketika Jae ngangkat bukunya ke arah Wonpil. Di sana ada tulisan tangan acak-acakan si jangkung dengan menggunakan spidol.

Kok lo di luar?

Wonpil ngelirik sebentar ke dalam kelas, mastiin gurunya nggak ngeliat dia sebelum ngambil buku tulis dan pulpen juga buat ngebalas tulisan Jae.

Telat:(

Jae terlihat membulatkan mata nggak percaya bagaimana bisa Wonpil telat. Dia kembali membalas,

Lo bisa telat juga ya ternyata

Wonpil mendengus. Dia kan cuma siswa biasa. Jadi anak teladan bukan berarti nggak bisa telat kali!

Ya bisa lah! Kalo kamu kenapa?

Kening Jae berkerut sedikit ketika dia menulis, udah kayak lagi bikin esai aja. Sekitar beberapa menit berlalu dan Wonpil bertanya-tanya, emangnya Jae nulis apa sih sampai selama itu?

Dan ternyata balasannya cuma,

Panjang ceritanya

"Hadeh kirain nulis apa sampe selama itu," ujar Wonpil sebenernya sebel tapi pengen ketawa juga. Cowok itu nunduk buat nulis balasannya lagi.

Tapi saat Wonpil ngangkat wajah, Jae udah nggak ada di seberang sana.

"Loh loh? Kok ilang?" gumam Wonpil bingung sambil celingak-celinguk, nyari tanda-tanda keberadaan cowok jangkung yang nihil itu.

"Nyariin gue yaaa?"

Wonpil hampir aja menjerit kaget. Dia cepet-cepet noleh ke sumber suara, "Ih! Ngagetin tau ga," kata Wonpil dengan suara pelan.

"Hehe maaf." Jae jadi ikut bisik-bisik sambil menggaruk tengkuknya.

"Ngapain ke sini? Kamu tuh lagi dihukum juga kan?"

"Iya, tapi males sendirian ah. Gue pengennya dihukum bareng elo aja di sini," jawab Jae seenaknya.

Wonpil berdecak. Ini orang udah dihukum, pake request-request segala lagi. "Gausah macem-macem deh, kalo diliat guru aku entar kamu diomelin loh!"

"Dih masa gue mau deket-deket sama calon gue aja diomelin?"

"Jae... Plis..."

Jae tergelak pelan melihat reaksi Wonpil yang manyun karena digombalin tapi nggak sadar kalau di pipinya muncul rona pink samar.

"Okay, I'm just gonna stop here."

Dia berpikir sebentar, kemudian ngejentikin jari seakan udah nemuin ide dalam kepalanya—yang bisa Wonpil pastiin adalah ide yang aneh, lagi.

"Gue punya ide!" seru Jae. Dia ngulurin tangan kepada Wonpil dengan senyum cerah, "Bolos aja yuk?"

"Hah?!"

"Ayo sebelum gurunya ngeliat!"

"Aku—"

Wonpil bahkan nggak sempat nyelesaiin perkataannya karena Jae udah menggandeng tangan kecilnya dan menarik Wonpil entah ke mana.







(a/n: maap banget nih slow update dikarenakan diriku shebook goleran dan menjadi manusia yang tidak berguna🙃 anyway, aku penasaran pendapat kalian, apakah sejauh ini kalian cukup menikmati? atau malah bosen? please do tell me your honest opinion about this fic dong!

p.s komentar kalian pada kocak dan lucu-lucu banget and that really made my day! EHE.)

)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(❌) do better | jaepilWhere stories live. Discover now