"AAAAHHHH!"

Wajahnya berubah menjadi pucat, bibirnya bergetar hebat. Telapak tangannya sekarang, dipenuhi dengan noda darah. Darah itu berlumuran dengan sangat banyak, sampai menetes dari tangannya. Aileen tidak tahu apa yang terjadi, mengapa tangannya sendiri berlumuran darah.

"AILEEN!"

Aileen segera menoleh kearah sumber suara itu. Ia melihat Ayah dan Ibunya berlari tergopoh – gopoh. Orangtuanya langsung menyusul anaknya setelah mendengar jeritannya. Mereka menatap dengan wajah yang sangat terkejut. Ladang mereka yang hancur berantakan tanpa menyisakan apapun. Yang lebih mereka kagetkan adalah kondisi Aileen.

Aileen melihat kedua orangtuanya mendatangi dirinya. Air matanya turun tanpa bisa ditahannya. Tetapi saat Ibunya ingin memeluknya, Aileen memberontak dan mulai menjerit – jerit dengan sangat kencang.

"TIDAK! AILEEN SAAT INI SANGAT KOTOR! DARAH! IBU, INI DARAH!"

"Apa maksudmu, sayang? Ibu tidak mengerti. Tidak ada darah sama sekali sayang!" balas Ibunya.

Ayah dan Ibu Aileen saling menatap sambil terus memeluk anak mereka, agar tenang. Mereka memiliki pikiran yang sama. 'Apa yang terjadi pada anakya? Apa itu ada sangkut pautnya dengan keanehan pada diri anaknya?'

"Tidak ada darah apapun sayang, lihat? Semua bersih" ucap Ibunya.

Aileen kembali melihat telapak tangannya, ia terus melihat dengan ketakutan. "INI DARAH, IBU!"

"Tidak ada apa – apa sayang. Itu hanya halusinasimu. Tenangkan dirimu nak."

Ibunya mengambil sapu tangan yang selalu bersamanya lalu mengusap – usap telapak tangan anaknya, meskipun terlihat bersih. Telapak tangan anaknya hanya sedikit kotor terkena tanah yang dipijaknya, tidak ada setitik warna merah tua di tangannya.

Aileen terus menangis dipelukan Ibunya, sampai tertidur. Ibunya terus mengusap pelan tangan Aileen dan Ayahnya mengelus pelan rambut Aileen. Setelah Aileen tertidur, Ayahnya menggantikan posisi Istrinya. Ia menggendong pelan tubuh kecil anaknya, agar tidak membuat dirinya terbangun lagi. Aileen dalam kondisi yang sangat syok, mungkin itu karena ia melihat sendiri ladang mereka hancur, atau mungkin taman kesayangannya yang hancur.

"Aileen tidak terbangun?" tanya Ibu Aileen.

Sang suami menggelengkan kepalaya pelan. Ia menuntun istrinya untuk duduk di ruang keluarganya. Ayahnya duduk di depan meja keluarga, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia sangat tertekan. Ladangnya hancur sekarang, ditambah anak semata wayangnya menjadi seperti ini. Sebenarnya, dosa apa yang sudah ia perbuat, sampai Tuhan harus mengujinya seperti ini.

"Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa." desah Suaminya.

Istrinya yang sedang duduk di depan suaminya, berpindah duduk ke sampingnya. Ia mengelus – elus punggung suaminya itu. Sang istri mungkin tidak terlihat mengkhawatirkannya, tetapi raut wajahnya terlihat sangat kelelahan.

"Semua ini pasti ada jalan keluarnya, sayang."

"Ya ... ku harap juga begitu, dan ..." suaminya menghela napas panjang. "Dan tidak ada siapapun yang melihat Aileen yang sedang ada di ladang kita."

Istrinya mengangkat alisnya, "Mengapa?"

"Aileen sangat ketakutan, seperti ia melihat sesuatu yang sangat menyeramkan."

"Maksudmu apa yang dikatakan Aileen bukan sekedar omong kosong maupun ilusi belaka?"

Ayah dan Ibu Aileen hanya saling diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing – masing. Aileen, anak mereka, mengapa harus dirinya. Dari malam hari sampai pagi hari, mereka terus – menerus mendiskusikan apa yang akan dilakukan. Tidak ada kata beristirahat diantaranya.

It's All a LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang