#1 Prolog

28.7K 1K 57
                                    

NOTE : beberapa Part hanya saya publish untuk Followers saya saja. so silakan Follow saya untuk membaca part demi part secara lengkap^^

©HAK CIPTA DILINDUNGI. DILARANG KERAS MENCOPY DAN MEMPASTE SERTA MEMPUBLIKASIKAN CERITA INI DI TEMPAT LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS.

Terimaksih untuk yang sudah Vote sebelum baca :)

ZAIN

Aku malas untuk pulang ke tanah air ya karena ini. Apalagi kalau bukan karena kehebohan Bunda kalau tahu aku-anak bungsunya akan pulang. Maka sudah sejak dua bulan rencana kepulanganku ini, sengaja tak kuberitahu siapapun.

Walaupun menempuh perjalanan sekitar 8 jam dari Sidney-Jakarta, lalu Jakarta-Palembang aku tetap tak merasa lelah karena tahu bahwa Bunda tak akan sempat menyiapkan perayaan yang aneh-aneh seperti dua tahun yang lalu.

Jarum jam di tanganku tepat menunjukkan pukul 10.05 WIB.

"Assalamualaikum," ucapku lembut. Tiba-tiba saja aku sudah berada depan pintu rumahku yang memang selalu terbuka seperti biasanya.

Kulihat Ayuk Raya-Kakak iparku sejak 3 tahun yang lalu, terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba.

"Zaiin.." Pekik Bunda takkala melihatku yang masih berdiri di depan pintu

Segera Bunda menghampiri dan memelukku erat. Ayah mengekor Bunda di belakang. Kusalami tangan mereka dengan Khidmad. Salam yang sudah 2 tahun ini kulewatkan.

"Kok kamu pulang gak bilang-bilang sih? Dadakan gini. Apa kamu sakit nak? Apa ada masalah di Aussie?" Tanya Bunda dengan raut wajah khawatir khas seorang ibu.

"Alhamdulillah baik. Bisa Bunda lihat sendiri kan, gak ada yang kurang satupun." Kekehku

"Ada," sela Bunda tiba-tiba.

"Kamu belum bawa calon isteri." Nadanya terdengar serius.

"Waduuh," batinku meringis

"Aduuh Bunda, anak baru pulang bukannya ditawarin istirahat, malah ditagih calon isteri. Gimana Zain gak kapok mudik kalau begini." Selaan Ayah ini benar-benar menyelamatkanku.

"Ya udah deh, istirahat sana. Kamar kamu tetep Bunda bersihin kok setiap hari." tawar Bunda walau mesti diingatkan Ayah dulu.

Baru beberapa langkah aku menaiki anak tangga, kudengar Bunda bergumam.

"Wah, berarti malam ini harus buat syukuran kepulangan Zain nih. Bunda uda gak sabar buat nelponin semua kerabat Yah," "Untungnya sekarang baru jam 10 an ya. Berarti masih sempet buat siap siap dong."

Gubraakk.

"untung buat Bunda, musibah buat aku." rutukku dalam hati

See! Ternyata Aku salah total. Harusnya aku tahu, pasti ini akan tetap terjadi. Oh Bundaku.

~~~

Menjelang sore, saat aku baru saja bangun dari tidur siangku lalu membuka pintu kamar yang ada di lantai dua, telingaku menangkap suara riuh yang ramai sekali dari lantai satu. Benar saja, di anak tangga terakhir, aku sudah melihat Paman dan Bibi serta para sepupu dan Keponakanku sudah berlalu lalang di semua penjuru rumah. Sungguh keramaian ini membuatku pusing. Pusing karena akulah alasan mereka datang ke sini.

Kata Bunda perayaannya nanti malam cuma ngundang kerabat Dekat dan tetangga sekitar kompleks saja. Tapi kok berasa ramai banget ya? Umpatku dalam hati

Aku sudah menolak mati-matian ide Bunda yang ngebet mau merayakan kepulanganku tadi pagi. Masih kuingat jelas ekspresi kecewa Bunda saat itu.

"Iih Bunda, emang Zain baru pulang haji? Kok pake diraya-rayain segala?" tolakku halus. Tidak tega rasanya melihat wajah Bunda yang seketika menjadi mendung mendengar tolakkanku tadi.

Love In AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang