Meningkatkan Resolusi Kamera Berpikir Lewat Pemilu 2019

Start from the beginning
                                    

Kalau memang mereka berbuat untuk Indonesia kita ndak ada khawatir apa-apa lagi udah. Ndak khawatir kalau nanti Jokowi akan begitu atau kalau Prabowo akan begitu. Ngggak khawatir lagi.

Asal kita mempunyai daya desak pada setiap pemerintah dan Presiden untuk berbuat Indonesia."

T, "Bagaimana menata hati untuk mau menerima dengan lapang dada (legowo) apapun hasilnya?"

J, "Itu hanya soal waktu. Dan, presiden yang jadi yang tidak direlai oleh kelompok yang lain harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin untuk membuktikan keindonesiaan.

Membuktikan bahwa dia tidak menang untuk golongannya. Dia menang untuk seluruh Indonesia sehingga dia harus bikin policy yang membikin semua masyarakat tidak bisa mengelak. 'Loh ini memang baik kok untuk kami, untuk kita semua'.

Nomor satu, komunikasi Si Presiden yang baru dengan rakyatnya harus setepat-tepatnya dan harus bijaksana. Nomor dua, policy-policynya harus ada tiga tingkat:

1. Policy yang mungkin revolusioner dan sedikit radikal sedikit. Sifatnya jangan sampai rakyat terpuruk.

2. Policy yang standar.

3. Policy yang sifatnya bijaksana. Ini agak lambat tidak apa-apa.

Jadi, mereka harus punya skala perioritas. Setiap Presiden harus punya skala prioritas di berbagai hal. Termasuk mana pembangunan yang harus selesai dalam satu tahun. Mana yang oke lima tahun baru jadi.

Apa yang merupakan rintisan tidak bisa selesai lima tahun, kita butuh 10, 15, bahkan 30 tahun. Setiap Presiden harus rela bahwa hasilnya mungkin bukan dia yang menikmati, yang berjasa, atau yang tanda tangan.

Ada jagung, padi, dan jati. Kalau Anda menanam jagung, bisa panen empat bulan. Tapi kalau Anda menanam jati yang panen cucu Anda. Dibutuhkan Presiden yang sifatnya jati. Mau melakukan sesuatu yang nanti menikmati adalah generasi berikutnya atau presiden berikutnya. Itu sebabnya negara. Itu yang namanya negara.

Makanya Presiden harus Kepala Negara. Terus nanti ada kepala pemerintahan sendiri. Kalau pemerintahan cuma lima tahun. Tapi kalau Kepala Negara seharusnya dia berpikirnya terus. Jangka panjang seperti pohon jati.

Disebut pohon jati karena dia lebih sejati dari pohon yang lain. Sejati itu artinya dia abadi. Lagu yang baik biar 50 tahun orang masih inget tapi kalau lagu cuman gitu-gitu dia setahun-dua tahun sudah hilang."

T, "Itu untuk Capres. Lalu, bagaimana untuk para pendukung atau relawan di akar rumput?"

J, "Nanti mereka akan kembali kepada mekanisme budayanya masing-masing. Kita doakan dan dorong. Makanya saya bikin berbagai forum di mana-mana untuk supaya mengembalikan orang supaya kembali menikmati Indonesia, menempati hidupnya, menikmati perbedaannya, dan menikmati pendapat yang berbeda-beda tapi tetap bisa gembira dan nyanyi bersama dan seterusnya. Itu yang saya lakukan selama ini sampai ke hampir 5.000 titik selama 5 tahun.

T, "Responnya gimana, CN?"

J, "Kalau rakyat kita tidak ada masalah. Yang masalah ini ketua cabang. Tapi kalau anggotanya tidak ada masalah. Yang masalah kan yang kelas menengah, simpulnya, terus nanti agak kelas atas atau elitnya yang punya masalah.

Kalau rakyatnya sebenarnya tidak ada masalah. Kita acara sampai pukul 03.00 terus dan gembira semua dan bermacam-macam di antara mereka. Tidak ada masalah. Hujan nggak masalah. Tidak ada yang mencuri. Tidak ada yang teriak-teriak. Kalau rakyat kita dahsyat.

T, "Apakah masyarakat kita sudah peka saat ini CN melihatnya?"

J, "Masyarakat kita itu tidak ada yang lebih dahsyat dari rakyat kita dibanding di seluruh dunia. Makanya Presiden Indonesia itu mestinya adalah presiden yang sangat menikmati dan memahami itu.

Enak sebenarnya jadi Presiden Indonesia. Rakyat Indonesia itu tidak rewel. Sepak bola menang aja udah seneng kok. Rakyat kita itu dahsyat. Mereka yang menghidupi elit.

Anda kalau kerja di Thamrin atau di Sudirman makannya di mana? Kalau kerja di sana makanya kan di warteg-warteg di bawah. Jadi rakyat kita itu sangat mendukung secara ekonomi, moral, maupun budaya kepada pemerintah dan kaum elitnya."

T, "Jadi kontestasi Pilpres atau Pileg dalam catatan sejarah ini kan yang pertama kalinya..."

J, "Yang bertengkar adalah sejumlah kerumunan di sekitar Capres dan turunan-turunannya satu sampai dua tingkat. Tapi doakan kalau sampai ke bawah enggak. Kecuali satu atau dua mercon yang nggak sengaja.

Tapi kalau sampai brubuh atau sampih (Bahasa Jawa) itu tidak. Rakyat kita juga capek. Orang itu capek bertengkar juga. Capek sempit. Capek cetek. Orang itu inginnya luas, lapang, dan nafas yang panjang.

Kalau Anda diajak berpikir sempit seperti itu ya sebentar aja capek. Jadi saya percaya kepada keluasan hidup maka saya membawa itu ke mana-mana sehingga orang krasan."

T, "CN terima kasih banyak atas waktunya."

(Ditranskrip dan dibahasakan kembali oleh Mohamad Istihori pada Rabu, 1 Mei 2019. Sumber : caknun[dot]com - video)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Meningkatkan Resolusi Kamera Berpikir Lewat Pemilu 2019Where stories live. Discover now