Akhirnya..

47 1 0
                                    


Keesokannya di klinik, dia masih belum tau apa yang harus dia lakukan. Menunggu satu bulan untuk dapat bekerja bersama sahabatnya membuat dia sangat frustasi.

"pagi kak". Begitulah sapaannya terhadap senior yang sudah datang lebih dulu darinya. "iya pagi". Metta masuk menuju ruang ganti pakaian karena dia memang memakai seragam untuk kesehariannya dalam bekerja."Pasiennya banyak kak hari ini?". "Enggak terlalu banyak nih", kata resepsionis itu yang bernama ratna. Metta masih terus berfikir mencari topik pembicaraan apa yang akan dia sajikan jika nanti perawat senior datang, ah kepala metta sudah ingin seperti meledak hari ini saja.

Akhirnyaaaaaaaaaaaa..................

Satu bulan sudah dia lewati tepat hari ini, 20 februari dia masuk kerja dicabang yang telah dia pilih. Metta pun langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat "yey akhirnya ya vika kita satu klinik, memang hari tidak akan menghianati waktu". Ah iya masa bodo dengan kalimat usaha tidak akan menghinati hasil yang dia ganti menjadi hari tidak akan menghianati waktu. Dia memang sangat senang, saking merasa bahagianya dia begitu antusias dan masih merasa tidak menyangka. Sangat. Apapun itu, metta merasa sangat senang karena hari ini dia benr-benar merasa lega. Setidaknya dia punya teman untuk bisa diajak ngobrol. Satu persatu, vika mengenalkan metta kepada seniornya disana. "kenalan dulu lo". Sambil berjalan, menyapa dan berjabat tangan senior satu-satu yang berada disana.

"hai kak, aku metta".

"iya aku fira".

"aku inez".

"aku sinta".

"Aku elena". Daaaaaan masih banyak lagi senior disana. Kurang lebih ada 18 perawat disana. Metta menjalani hari-hari bekerjanya dengan tidak adalagi gumam di hatinya, tidak lagi susah tidur untuk sekedar berfikir akan seperti apa besok sikapnya di klinik. Ditempat barunya, metta merasa begitu menikmati harinya, walau masih ada keraguan dibenaknya karena entah gimanapun dia tau betapa payahnya dia beradaptasi dengan tempat baru dan juga berkomunikasi dengan orang baru. Yang untungnya ada vika yang sedikit demi sedikit membantunya beradaptasi dan juga mengenal senior-seniornya.

"lu udah makan belum?".

"belum, emang boleh?".

"ya boleh lah, kenapa gak boleh, sono gih makan?".

"entah deh gaenak".

"gak pp, emang gak laper?"

"laper sih hehe".

"yaudah makan aja".

"yaudah deh, kak aku ijin makan boleh?".

"iya makan aja metta gpp".

Yes laper juga anjay, abis ngelipet kassa sekaleng-kalengnya berasa jari udah mati rasa HAHA

Metta pun bersama lala yang juga teman satu permasukan di klinik ini, memang metta sudah punya satu teman karena setelah tiga hari kerja, orang baru itu juga masuk. Setidaknya pendekatan sesama anak baru tidak terlalu sulit karena mungkin kita punya rasa yang sama. Sama-sama diacuhkan senior. "kak lala makan yuk". "yuk". Metta bersama lala pun berjalan menuju ruang belakang untuk makan. Metta membuka kotak makannya yang sengaja dia bawa dari rumah, karena kebetulan ibunya suka memasak pagi-pagi untuknya sarapan. Dan vika menyusul metta keruang makan seolah dia tau kebiasaan metta yang suka lupa bawa minum ketika makan dan yang bahkan hampir tidak pernah minum air putih kesehariannya. "lu gak bawa minum makan?" "engga". "kenapa gak ngambil didepan sih". "oh boleh diambil, gaenak abisan". "yaudah gue ambilin dah bentar".

ITULAH VIKA, sejak kuliah dia udah seperti kakak untuk metta, padahal jika dibilag umur metta berada tepat diatas vika, yang artinya metta seharusnya lebih dewasa dari vika. Tapi pada kenyataannya vika justru lah jauh lebih dewasa dari metta. Bagi metta, vika adalah sosok seseorang yang sangat dekat dengannya, menjadi penasehat di kesehariannya, seperti topang yang siap melindungi metta kapanpun jika dia terkena masalah. Seperti saat kuliah, metta tidak pernah sekalipun melewatkan tidur pagi,siang atau bahkan malamnya. Bahkan saat dijam permata kuliahan pun metta masih menyempatkan dirinya untuk tidur. Ya! Vika selalu menjadi peminjam punggung sejati yang seolah-olah akan siap memberikan punggungnya untuk metta ketika meta tertidur lelap di saat dosen sedang panjang lebar menjelaskan materi kuliah. Vika selalu menjadi tembok utama yang menutupi penglihatan dosen agar sang dosen tidak melihat metta tertidur pulas di mejanya.

MY PERFECT BOSS !Where stories live. Discover now