19 : Tak Ada Yang Bilang Mudah

Start from the beginning
                                    

"Aku tidak percaya," ucap Harry. Pemuda itu melipat kedua tangannya. "Kenapa kalian berciuman?!"

Draco menatapnya. "Karena dia pacarku,"

"Dan sejak kapan kalian berpacaran?!" tanya Harry dengan suara lebih keras dan tidak terkontrol.

"Sejak malam pesta dansa," jawab Hermione. "Harry, tolong, aku―aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu―"

"Tapi kau menyembunyikannya," Harry pun berbalik memandangi keduanya. Ia menunjuk Draco. "Kau juga, kalian berdua menyembunyikannya dariku?!"

Draco menelan ludah. "Karena kami tahu kau akan bereaksi dan bersikap seperti ini, itulah alasan kami menyembunyikannya,"

"Lalu?" Harry memelototi keduanya. "Jika aku tidak mengetahuinya, apa kalian akan menyembunyikannya terus, hah? Sampai kalian melakukan seks, Hermione hamil, atau sampai sebuah undangan pernikahan datang ke rumahku dan Ginny di masa depan?!"

"Harry," panggil Hermione lembut.

Harry membuang nafas. Satu tangan mengacak rambutnya, sementara satunya berkacak di pinggang. "Aku tidak percaya,"

"Kau sudah mengatakannya di awal," tambah Draco. Harry menatapnya tajam, sehingga pemuda berambut platina itu hanya bisa menutup mulut.

Hermione memperhatikan situasi canggung diantara sahabat dan pacarnya di ruangan ini. Sehingga ia memutuskan untuk mengajak Harry keluar asrama ketua murid sebelum pemuda itu melempar expelliarmus pada Draco.

"Harry, bisa kita bicara berdua di depan?" tanya Hermione sambil mendekati Harry.

"Kau mau mengusirku?"

"Tentu saja tidak!" Hermione buru-buru menggeleng. "Aku rasa, lebih baik―kita bicara berdua di depan,"

Draco melirik Hermione. Gadis itu melempar senyum padanya sambil mengangguk. Kemudian, ia menyeret Harry keluar dari asrama.

"Harry, aku minta maaf," ucap Hermione ketika mereka berdua tiba diluar asrama ketua murid.

"Hermione, kau benar pacaran dengannya?" tanya Harry sambil memegangi tangan Hermione. "T―tapi dia―" Harry tiba-tiba memeluk Hermione. Badan pemuda itu bergetar, seiring dengan suara yang dikeluarkannya. "Bagaimana jika dia menyakitimu?"

Hermione terkejut dengan sikap Harry. Tidak biasanya pemuda itu menunjukkan afeksi secara terang-terangan padanya. "Aku akan baik-baik saja, Harry," Hermione menepuk punggung Harry. "Dia akan menjagaku, seperti kau menjagaku selama ini,"

Harry menggeleng. "Tidak, dia tidak menjagamu seperti aku," pemuda itu menatap mata cokelat Hermione. Mata hijau hadiah dari Lily Potter itu tergenang air mata. "Aku lebih baik,"

Hermione tersenyum kecil. "Ayolah, aku sudah dewasa untuk melakukan ini dan menjaga diriku sendiri,"

"Rasanya―" Harry menerawang ke langit-langit kastil yang memiliki ornamen klasik dan gantungan lilin cantik. Kemudian, tatapannya turun ke wajah Hermione. "Aku tidak bisa merelakan saudara perempuanku untuk berpacaran,"

"Kau harus, Harry. Aku sudah dewasa," Hermione berkata dengan lembut. "Aku tidak akan jadi gadis yang menganggu kencanmu dengan Ginny terus, bukan?"

"Kau sama sekali tidak menganggu," ucap Harry sambil menggeleng seperti anak kecil.

Hermione hanya bisa tersenyum. Kemudian, gadis itu memeluk Harry lagi, dengan erat. "Aku menyayangimu,"

"Aku lebih menyayangimu," Harry menangis di bahu Hermione. Pemuda itu mengguncang pundak Hermione. "Demi Merlin, bagaimana aku akan melepasmu ketika kau menikah?"

Miss You Where stories live. Discover now