Little brother

1.1K 87 4
                                    

Seharusnya ini pagi yang menyenangkan. Seharusnya aku masih bergelung dalam selimut hangatku di atas kasurku yang 'posesif'. Ya, seharusnya.

Sayangnya kini aku malah berada di halaman belakang rumahku yang hampir penuh tertutup salju untuk menemani iblis kecil yang sedang sibuk membuat boneka salju.

Oh God! Ini hari minggu. Di musim dingin. Dan ini adalah hari libur musim dinginku yang terakhir. Tidak tahukah dia libur musim dingin selama tiga hari benar-benar tidak cukup untukku.

Hanya mirip long weekend biasa. jumat, Sabtu dan Minggu. Lalu Senin besok aku harus kembali kuliah. Ya, besok. Besok.

Arrgh, sial!.

"Nii-chan lihatlah. Boneka saljuku sudah jadi." Ucapnya sambil menarik-narik mantelku.

"Hm." Sahutku malas.

"lalu, milik nii-chan mana?."

"Aku tidak membuatnya."

"Kenapa?."

"Terlalu dingin." Jawabku sambil mengeratkan lagi mantel itu ke tubuhku. Sial, dingin sekali. "Kalau begitu akan aku buatkan." Beonya riang lalu kembali berkutat dengan salju-salju yang dingin itu. Aku tak membalas ucapannya malah berjalan menuju teras belakang yang berada di sisi kanan tubuh kami, mencari sedikit kehangatan. Dialah iblis kecil yang ku maksud, adikku.

Oh aku sampai lupa mengenalkan diriku sendiri karena terlalu kesal padanya. Namaku Sesshomaru, mahasiswa tahun kedua di fakultas manajemen. Sedangkan adikku, Inuyasha, siswa SD yang usianya terpaut dua belas tahun denganku. Berbeda dengan adikku yang sangat aktif ini, aku lebih pendiam. Fisik kami pun tidak terlalu mirip, rambutnya hitam, keturunan dari ibu kami, sedangkan rambutku berwarna keperakkan, sama seperti ayah kami.

"Sudah jadiii… ." Ujarnya girang melihat dua boneka salju hasil karyanya. "Hm. Sudah kan? Ayo sekarang kita masuk. Aku kedinginan." Aku pun beranjak masuk melalui pintu belakang. Sampai sebuah tangan kecil menggenggam mantelku. "Nii-chan, ayo kita foto dulu dengan boneka salju kita." Arrrgh. Tidak bisakah aku menikmati hari terakhir liburan-singkat-ku ini. "Aku tidak mau. Dingin." Aku menyentakkan tangannya dan melanjutkan langkahku yang tertunda.

"Huwaaaaa... ." Dia pun menangis. Seperti dugaanku.

"Sesshomaru. Apa yang kau lakukan pada adikmu?." Ibuku pun datang dan langsung memarahiku. Dugaanku yang kedua pun terjadi dan aku hanya bisa menghela nafas lalu diam mendengarkan omelan kaa-sanku.

"Tidak bisakah kau menuruti keinginannya. Hanya sebuah foto." 'Haaah' aku pun beranjak mendekati Inuyasha, lalu berpose malas di samping adikku itu.

CKREK

"Sudah kan? Aku mau tidur lagi."

.

.

.

Angin sepoi-sepoi membelai rambutku, beberapa kelopak bunga sakura yang diterbangkan angin jatuh di kepalaku. Haah, aku tidak peduli. Aku hanya ingin menenangkan diri setelah kesialanku tadi pagi yang lagi-lagi desebabkan oleh iblis kecil itu, adikku, yang membuatku dikeluarkan dari kelas hari ini.

Print out tugas yang harusnya aku serahkan kepada dosenku hari ini justru menghilang dari meja belajarku. Setelah berkeliling ke seluruh rumah akhirnya aku menemukan tumpukan tipis kertas itu sudah berserakan di lantai ruang tamu dalam keadaan menyedihkan. Terpotong-potong, penuh coretan dan remasan. Lalu muncullah sang pelaku yang melenggang santai dari kamarnya sambil membawa gunting dan potongan kertas.

Dengan wajah tanpa dosa dia menatapku. "Ada apa Sessho-nii?." "Kau. Apa yang kau lakukan dengan tugasku?." Ucapku setenang mungkin. "Tugas nii-chan? Tugas apa?." Tanyanya penuh raut kebingungan yang membuatku semakin kesal. "Kertas di ruang tamu!. Kau kan yang mengguntingnya!? Itu tugasku!. Dan harus kuserahkan hari ini!." Suaraku sudah naik satu oktaf. Sementara Inuyasha tampak terkejut lalu memasang wajah ketakutan. "M-ma-maaf nii-chan. A-aku tidak tahu. Ku pikir itu kertas tidak terpakai hikss… karena berserakan di bawah meja belakar nii-chan hikss… . M-maafkan aku hiiksss… maaf . Huaaa… ." Lagi. Dia menangis lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Air mata hanyoWhere stories live. Discover now