"Jangan samain aku dengan bajingan itu, lagian ngapain kamu perhatian banget sama Gun?"

"Gun itu udah kayak saudara ku sendiri, aku cuma gak mau liat dia sakit hati & depresi lagi"

"Saudara? Apa jangan-jangan kamu juga suka sama Gun?"

"Kalo pun iya itu bukan urusanmu"

"Jelas urusanku, aku pacarnya"

"Tenang aja, aku gak punya perasaan kayak gitu ke Gun. Kamu gak perlu khawatir"

Walaupun Title berkata seperti itu namun hati Mark tetap saja merasa tak tenang. Hatinya kembali merasa sangat tak nyaman. Masalah dengan Third saja baru dimulai, sekarang Mark juga harus sedikit berhati-hati dengan Title.

"Hei kalian" sapa Gun yang baru saja keluar "Aku pikir kamu udah pulang duluan Tle"

"Ini aku baru aja mau pulang" jawab Title "Yaudah, aku pulang duluan" Title menepuk lengan Gun pelan lalu beranjak pergi.

"Kamu deket banget ya sama dia?" tanya Mark dengan nada yang sedikit jutek.

"He'em. Aku udah lama banget kenal sama Title. Dari jaman masih sekolah" Gun yang memang tak menyadari bahwa suasana hati Mark sedang jelek, menjawabnya dengan enteng "Dia orang yang paling ngertiin aku, apa aja aku pasti cerita ke dia. Cuma dia yang bisa aku percaya, ya walau kadang mulutnya suka ember juga. Tapi dia orang yang paling baik & perhatian sama aku selain keluargaku"

Penjelasan Gun malah membuat hati Mark semakin kesal, dia tak suka mendengar kedekatan mereka. Apalagi kata-kata Title barusan mungkin saja mengisyaratkan bahwa dia sebenarnya juga menyukai Gun, namun Title tidak mau mengakuinya.

"Mark.. Kamu kenapa?" tanya Gun saat melihat Mark diam saja dengan pandangan mata yang jauh menatap ke depan. Tak ada jawaban dari mulut Mark.

"Oiya Title barus..."

"Masuklah ke mobil" Mark memotong ucapan Gun, Mark tak ingin mendengar lagi soal Title ini & Title itu. Mark masuk terlebih dahulu ke mobil, menunggu Gun yang harus mengitari mobil dulu untuj menuju ke tempat duduk penumpang.

Mark ingin marah namun tak tahu harus marah kepada siapa & bukankah akan terlihat konyol jika dirinya tiba-tiba marah tanpa sebab yang pasti. Dia bingung dengan dirinya sendiri. Sepanjang perjalanan wajah Mark terlihat masam, namun Gun tak menyadarinya dia berpikir bahwa mungkin Mark kelelahan karena belajar. Sampai akhirnya mereka sampai juga di kontrakan Gun.

"Kamu mau mampir dulu?" tanya Gun sebelum dia turun.

"Mandilah, abis itu kita keluar nyari makan" nada bicara Mark kembali seperti tuan muda berhati dingin lagi.

"Mark, dari tadi cara bicaramu dingin gitu" akhirnya Gun menyadari sesuatu.

"Aku ngomong kayak biasanya"

"Enggak" tekan Gun.

Mark hanya terdiam "Kita turun dulu"

Mereka berdua turun dari mobil & pergi menuju kamar kontrakan Gun.

"Mandilah dulu" kata Mark begitu mereka sampai ke dalam kamar, namun kali ini dengan nada yang sudah agak lembut.

"Jawab dulu kamu kenapa?" tanya Gun.

Mark terdiam. Dia maju perlahan menghampiri Gun & kemudian dengan tiba-tiba memeluk pinggang Gun cukup erat. Namun Mark tetap terdiam tak menjawab pertanyaan Gun sembari menyenderkan kepalanya di pundak Gun.

"Mark??"

"Kak Gun, aku sendiri juga gak tau ada apa denganku. Aku mendadak kesal banget" jawab Mark.

📌 I'M INTO YOU 📌Where stories live. Discover now