8 : Detensi dan Malam Itu

Start from the beginning
                                    

"Ginny Weasley dan Blaise Zabini belum bisa ikut rapat kali ini karena mereka memiliki agenda tersendiri―latihan quidditch," jelas Hermione sambil menutup buku jurnalnya, mengisyaratkan bahwa rapat telah usai.

"Ada yang mau bertanya?" tanya Draco. Semua menggeleng. "Baiklah, rapat ditutup,"

Semua orang berdiri dan meninggalkan ruangan, kecuali Draco dan Hermione. Mereka harus membereskan berkas dan menutup pintu sebelum pergi.

Draco sedang memeriksa berkas-berkas sementara Hermione yang menandai bagian pentingnya.

Entah mengapa, pikiran Hermione kembali melayang pada kejadian tempo hari―ketika Ron menghinanya. Bagaimana bisa Ron bersikap seperti itu pada dirinya?

"Granger, kau sudah lihat berkas baru ini? McGonagall bilang Turnamen Triwizard―" Draco berbalik ke arah Hermione. Gadis itu semakin mirip Luna Lovegood sekarang. Tatapannya kosong dan aneh. "Kau kenapa?"

Hermione tersadar dari lamunannya. "Tidak. Tidak apa-apa," ujarnya sambil menandai berkas.

"Kau ada apa-apa, Granger. Aku sudah dua kali diabaikan," jelas Draco sambil menyerahkan perkamen bertekstur lembut berwarna putih pada Hermione untuk ditandai.

Hermione menghela nafas. Ia menandai bagian penting di perkamen cantik itu kemudian menaruhnya di dalam boks.

"Ya, aku memang ada apa-apa," ucap Hermione. Ia melirik Draco sebentar kemudian kembali fokus pada berkas. "Hal kecil,"

"Hal kecil yang membuat konsentrasimu buyar dua kali?" ujar Draco sarkas. Ia mengambil setumpuk berkas dan membacanya satu persatu.

"Kau mungkin akan menganggapnya sebagai hal kecil," Hermione mencoret salah satu kalimat di perkamen. Ginerva―seharusnya Ginevra. Hermione menulis perbaikan itu di samping coretan.

"Soal kemarin?" tanya Draco.

Hermione agak terkejut dengan tebakan Draco. "Ya, mungkin,"

"Tapi dia ada benarnya, kau memang payah," ujar Draco sambil tertawa. Ia segera berhenti begitu melihat Hermione memberikan tatapan membunuh padanya. "Baiklah,"

Hermione bingung. "Baiklah―apanya?"

Draco menutup boks besar kosong. Kemudian menaruhnya di pojok ruangan. Ia menepuk tangannya untuk membersihkan debu. "Baiklah, kita buat perjanjian,"

"Lagi?" Hermione berjengit. "Aku tidak mau kena flu lagi, Malfoy,"

"Kali ini aman, Granger," ucap Draco persuasif. Ia menatap mata Hermione. "Aku bisa mengajarimu menaiki sapu dan sebagai gantinya―kau―jadi peri rumahku,"

Hermione melotot dan memukul sisi tubuh Draco dengan perkamen dua puluh lembar.

"Hanya bercanda," ujarnya. "Aku menawarkan ini karena aku merasa kasihan pada kemampuan terbangmu yang memalukan itu,"

Hermione pasrah. Dirinya memang parah sekali. "Aku ragu, Malfoy,"

"Ragu apa? Kau ragu padaku? Setelah selama ini?" tanya Draco sambil menepuk dada sebelah kirinya dengan berlebihan dan dramatis.

"Selalu," ujar Hermione ketus. Ia merapihkan jurnal dan beberapa berkas yang akan ia bawa. "Dengar, ya, aku sangat menghargai hal itu tapi aku tidak butuh rasa kasihanmu sedikitpun,"

Hermione keluar dari ruangan. Disusul Draco, setelah ia mengunci pintu dan memerintahkan salah satu lukisan untuk menjaganya.

"Sungguh, Granger," Draco berjalan sejajar dengan Hermione. "Aku akan mengajarimu sebagai tem―maksudku partner Ketua Murid,"

Miss You Where stories live. Discover now