"Mengecek restaurant, menjemput Taehyun, ke supermarket, menunggumu pulang." Taeyong menatap suaminya. Dasi sudah terpasang rapi berkat kerja tangannya.

"Tidak, aku saja yang menjemput Taehyun." Jaehyun mengeratkan pelukannya. Beberapa kali ia mencuri kecupan dari bibir tipis lelaki cantik itu.

Taeyong tertawa pelan. Ia mengalungkan lengannya pada leher suaminya. Memberinya lumatan panjang yang dibalas dengan semangat oleh Jaehyun.

"Mmmhh.." Taeyong menyingkirkan tangan Jaehyun yang mulai meremas pantatnya.

Taeyong menjauhkan wajahnya, menatap sengit suaminya yang tengah terkekeh. "Dimana tanganmu bermain, Tuan Jung? Kau harus bekerja, ingat?" Ia merapikan dasi suaminya yang terlihat miring.

"Jadi, aku boleh melakukannya saat pulang kerja, Nyonya Jung?" Jaehyun tersenyum miring. Ia menarik pinggang Taeyong dengan keras hingga tubuh lelaki cantik itu menabrak tubuhnya.

Taeyong tersentak. "Apa yang kau lakukan, Jae? Astaga!" Ia memukul lengan Jaehyun. "Lepaskan."

Jaehyun merasakan dorongan pelan didadanya. Ia tertawa geli melihat wajah lelaki mungil itu yang semakin memerah. Betapa menggemaskannya istrinya ini. Membuatnya tidak tahan saja!

"Kau tau, wajahmu memerah, sayang." Jaehyun menghujani wajah Taeyong dengan kecupan-kecupan ringan. Dahi, pelipis, mata, hidung, pipi, bibir, dagu, tidak ada yang terlewat dari kecupan bibir tebalnya.

Taeyong tertawa geli. Tangannya beralih memeluk tubuh suaminya.

"Rasanya aku ingin membolos saja." Jaehyun mengecup kening istrinya dengan sayang.

"Tidak, sayang. Kau harus bekerja." Ucapnya sambil memejamkan mata, merasakan lembutnya bibir suaminya dikeningnya.

Jika ada yang bertanya, bagaimana kehidupan Taeyong sekarang, maka lelaki cantik itu akan dengan senang hati menjawab, bahwa ia sangat bahagia. Setelah banyak hal yang ia lalui, rasanya sepadan untuk apa yang ia rasakan sekarang.

.
.

재용

.
.

"Pasta carbonara untuk meja lima!"

"Dua porsi linguine alle vongole untuk meja satu!"

Restaurant sedang ramai pada jam makan siang. Beberapa pelanggan yang datang harus rela menunggu di ruang tunggu untuk mendapatkan meja.

Well, menurut mereka, menunggu selama beberapa menit untuk mendapatkan meja, rasanya cukup sepadan untuk merasakan makanan berkualitas yang tidak ditemukan pada restaurant lainnya.

Taeyong duduk dibelakang meja resepsionis. Memperhatikan restaurant yang telah ia bangun setahun yang lalu. Mimpinya terwujud untuk membangun restaurantnya sendiri.

Bukan restaurant mewah memang. Hanya restaurant sederhana yang khusus menyediakan masakan Italy. Ia sangat senang restaurantnya diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar. Bahkan kini ia memiliki banyak pelanggan tetap yang sering mengunjungi restaurantnya.

"Nyonya Jung, ini laporan penjualan minggu ini." Lelaki manis itu menyerahkan beberapa lembar kertas berisi laporan penjualan selama seminggu.

"Ten! Berhentilah memanggilku nyonya! Panggil aku tuan!" Taeyong mengerucutkan bibirnya.

Ten mendengus. "Berkacalah, kau tidak pantas dipanggil tuan dengan wajahmu itu." ia segera berjalan menjauh sebelum lelaki cantik itu menebas lehernya.

Once Again (Jaeyong)Where stories live. Discover now