Satu

44.3K 1.3K 20
                                    

Hari ini mulai update bab satu, perlahan tapi pasti ya. Insyaallah. Seperti biasa, kalau ada saran atau masukan bisa tulis di kolom komentar. Jangan lupa bintangnya dan tinggalkan komentar kalian dibawah 👇

Oya, sebelum aku mulai.. cuma mau ingetin juga, jangan ada silentread diantara kita ya wkwk..

Cuss, semoga suka.. 🙏

🕊️🕊️🕊️

Aysha Ailani Arka

🕊️🕊️🕊️

Aysha POV

"Makasih ya Sha, Sha udah mau temanin kakak buat kunjungan ke rumah warga." Ujar laki-laki itu seraya melangkah keluar dari puskesmas.

"Sama-sama kak Ilham, Sha juga seneng bisa bantu kakak." Balasku yang membiarkannya berjalan mendahuluiku. Berada beberapa langkah di depanku.

Beberapa hari lalu, sebelum kedatangan kak Ilham ke desaku, pak kades sendiri yang memintaku untuk membantu kak Ilham mengenai study kasus untuk tesisnya.

Menurut penuturan pak kades, kak Ilham merupakan salah seorang dokter yang tengah mengambil spesialis jantung dan pembuluh darah disalah satu fakultas di Jakarta. Umurnya pun hanya berpaut enam tahun dariku. Cukup muda bukan? Sedangkan aku? Ya. Walau begitu, sudah lama aku berusaha ikhlas atas takdirku saat ini.

"Maaf nih, kak Ilham boleh tanya sesuatu?" Tanya kak Ilham yang membuat langkahnya terhenti. Lalu mengarahkan pandangannya padaku.

"Tanya apa kak?" Aku membalas tatapannya.

"Sha kok bisa tau beberapa tindakan medis? Sha.. kuliah kedokteran?" Tanyanya yang terdengar ragu-ragu.

Aku terkekeh mendengarnya. "Haha, mana sanggup Sha kuliah kedokteran kak."

Kuliah kedokteran? Ya itu impianku dari kecil. Tapi lagi lagi itu hanya impian.

"Lalu?" Kak Ilham masih menatapku, tatapan yang memintaku untuk berkata jujur.

"Sha sempat kuliah keperawatan, cuma sejak Abah sakit, Sa cuti." Aku menarik napas panjang, terasa berat rasanya aku mengingat semuanya.

"Sekarang?"

"Ngga taulah kak, status Sa masih mahasiswa disana atau engga."

Aku tersenyum tipis, berusaha menutupi kekecewaanku. Melupakan apa yang seharusnya aku lupakan. Bagiku saat ini, kesembuhan Abah adalah prioritasku.

"Oya, kondisi Abah gimana? Nanti setelah kunjungan, kak Ilham liat kondisi Abah ya." Kak Ilham kembali membelakangiku. Berjalan mendahuluiku.

***

Tuttt.. tutt..

Suara teko yang tengah berada diatas kompor terdengar nyaring. Menandakan air yang berada didalamnya telah matang. Aku bergegas mematikan kompor, lalu menuangkannya kedalam baskom yang sebelumnya telah diisi air keran dan kemudian memastikan air dalam baskom itu pas. Tidak kedinginan ataupun kepanasan.

Saat aku hendak membawa baskom itu ke kamar Abah, ponselku tiba-tiba berbunyi dan aku langsung menyimpan kembali baskom itu keatas meja makan.

"Lisa?" Gumamku saat menatap layar ponselku.

"Walaikumsalam." Ucapku membalas salamnya.

"Sha, kamu teh dimana? Masih ngabantun si aa eta?"

"Sha di bumi. Sha kasian ka si Abah, sosorangan di bumina. Aya naon Lis, tumben kamu teh telpon?"

AKU (BUKAN) ISTRI SIMPANAN [END]Where stories live. Discover now