Ia menarik tangannya yang terasa basah. Napasnya tertahan. Cairan merah membasahi telapak tangannya.

"Jae?" Panggilnya pelan. Ia menangkup pipi pucat lelaki tampan itu. Bahkan dibawah sentuhan tangannya, kulit Jaehyun terasa dingin.

Sedetik kemudian terdengar sirine samar-samar di kejauhan.

Taeyong dikuasai rasa panik. Pikiran-pikiran negatif terus mengahantuinya. Ia tidak bisa lagi menahan bendungan air matanya.

Rasa lega yang tadi ia rasakan, menguap sudah. Bergantikan rasa sakit di dadanya melihat lelaki tampan itu berbaring tak bergerak.

Ia takut. Takut sekali. Takut ini terakhir kalinya ia bisa mendekap tubuh lelaki tampan itu. Takut ia tak lagi bisa memandang wajahnya seperti ini.

"Jae?" Suaranya bergetar. Begitu pula tangannya yang berada di pipi lelaki itu ikut bergetar.

Air matanya kian deras. Ia tidak lagi bisa menahan rasa sakitnya. Tangisnya pecah. Ia meraung kencang memeluk tubuh lelaki tampan itu yang terasa dingin.

Kau bilang tidak akan pergi?

Jangan tinggalkan aku, Jae

Kumohon bertahanlah!

.
.

재용

.
.

Taeyong terus menggenggam tangan besar Jaehyun. Ia terus saja merasa gelisah menunggu lelaki tampan itu terbangun dari tidur lelapnya. Setelah operasi berjam-jam, Jaehyun di pindahkan ke kamar rawat inap.

Suasana kamar yang tadinya sepi, mulai di isi oleh suara isakan pelan dari celah bibir lelaki cantik itu. Tak perduli seberapa keras ia berpikir positif, ia terus saja dihantui rasa takut.

Tangan kurusnya membelai wajah tampan Jaehyun yang terlihat pucat.

"Bangun, Jae." Bisiknya serak.

Taeyong menundukkan kepalanya. Ia menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang semakin keras.

Tiba-tiba ia merasakan usapan pelan di kepalanya. Sontak Taeyong mendongak. Ia tersentak melihat lelaki tampan itu yang tengah tersenyum tipis.

Taeyong segera bangkit hendak memanggilkan dokter. Namun tangannya ditahan. Ia menatap Jaehyun dengan bingung.

"Jangan.. pergi.." bisik lelaki tampan itu.

"Tidak. Aku hanya memanggil dokter." balas Taeyong lembut.

"I need you."

Taeyong terdiam. Tangannya masih digenggam oleh tangan dingin Jaehyun. Akhirnya ia mengalah. Ia kembali duduk di sisi ranjang Jaehyun.

Ditatapnya wajah pucat lelaki tampan itu. Taeyong menggenggam erat tangan Jaehyun. Ia menunduk. Menyembunyikan air matanya yang kembali menetes.

"Hei, kenapa menangis?"

Taeyong mendongak mendengar suara lemah Jaehyun. Ia menggeleng pelan.

"Aku hanya berdo'a untuk kesembuhanmu."

Jaehyun tidak merespon. Ia menatap lelaki cantik itu lama. Seolah mengingat setiap detail wajah sempurna dihadapannya.

"Berjanjilah, Jae. Jangan tinggalkan aku."

Lelaki tampan itu tersenyum. Jemarinya mengusap lelehan air mata di pipi Taeyong. Ia tidak bisa berjanji.

Bukannya ia berniat meninggalkannya, tetapi rasa sakit di kepalanya terus menusuknya, membuatnya tidak tahan. Ia hanya terlalu pandai menutupi semuanya hingga membuat lelaki cantik itu tidak menyadarinya.

Once Again (Jaeyong)Where stories live. Discover now