Opinion

91 8 0
                                    

Opinion

Jakarta, 2019.

Carissa to others

Hallo.. nama gue Carissa. Panggil gue Rissa dan plis jangan panggil gue Ica, selain karena nama itu pasaran gak tau kenapa gue sangat tidak suka dipanggil itu.

Oke. Berhubung ini part awal sebelum cerita dimulai, gue mau menceritakan sedikit tentang temen-temen gue.

Temen pertama gue di Jakarta saat pindah dari Bandung 17 tahun lalu adalah Donny. Pertama kali kita kenal karena keluarga Donny adalah satu-satunya yang tinggal di komplek rumah sebelum rame seperti sekarang. Waktu itu umur gue masih sekitar empat tahun dan Donny berumur lima tahun, kita Cuma beda satu tahun aja, fyi. Donny punya kakak laki-laki yang umurnya beda lima tahun, namanya Ghani. Ganteng dan pinter, gak jauh beda sama Donny.

Donny punya jiwa kompetitif yang tinggi, dia gak akan mau menyerah sebelum mencoba. Saat dulu kita masih sering belajar bareng sama Kak Ghani, Donny selalu mengajak gue tanding untuk cepet-cepetan jawab pertanyaan dari Kak Ghani. Dia selalu menang as always, karena selain Donny emang pinter dia juga lebih tua dari gue. Umur 5 tahun saat itu mana ngerti gue soal matematika pembagian. Dasar licik memang.

Donny orangnya gak bisa bohong, maksud gue cara ngomong dia emang sebegitu adanya. Ketika ada yang dia gak suka, dia akan bilang gak suka. Begitu sebaliknya. Dulu pas kita SMP, Donny nolak mentah-mentah temen sekelas gue yang naksir sama dia di depan banyak orang. Gue sendiri yang liat malah jadi malu, Donny emang gak segan-segan untuk nunjukin ketikda-sukaan dia terhadap sesuatu. Sampe akhirnya gue kesel sendiri ketika dia bilang kalo gue gak boleh suka sama kakak kelas gue yang namanya Darian.

Gue yang punya perasaan kenapa dia yang larang-larang? Meski akhirnya gue tau alasan kenapa Donny gak suka kalo gue suka sama Kak Darian ini..

Temen kedua gue setelah setahun tinggal di Jakarta adalah Jeffier Ghafi. Gue selalu manggil dia Jeff. Anaknya baik banget, saking baiknya kayanya hampir gak punya dosa deh. Rumah dia agak jauh dari rumah kami, kalo rumah gue dan Donny cuma beda 5 rumah aja, sedangkan rumah Jeff agak di ujung komplek.

Kita bisa akrab karena Jeff belajar di rumah Donny, Ibunya Jeff tau kalo Ibunya Donny adalah guru dan akhirnya dia belajar kelompok bareng kami-gue, Donny dan Kak Ghani.

Seperti yang gue bilang Jeff adalah orang yang super baik, dia gak akan bisa menolak kalo Donny minta bantuan dia buat potongin bawang merah saat kita masak. Dia gak akan bisa menolak kalo dia diminta untuk bantuin ini itu.

Satu-satunya hal yang dia bilang ke gue tentang penolakan adalah "Kali ini gue akan nolak, gue gak bisa jauhin orang yang gue sayang. Apapun keaadannya, gue gak bisa".

Setelah itu, akhirnya gue tau kalo Jeff semenderita itu untuk engga nolak dan menahan perasaan dia sendiri.

Selanjutnya.. maaf sepertinya gue udah seperti master of ceremony yang memperkenalkan calon-calon presiden. Oke. Teman gue yang ketiga adalah Johnny--yang gue gak tau sebenarnya dia orang Indonesia atau Chicago.

Johny adalah yang paling tua diantara kita berenam, tapi maaf dia paling terakhir dalam urusan humor, urusan percintaan, urusan masak, urusan games dan lain sebagainya.

Dia pindah ketika gue dan Jeff kelas 3 SD. Rumah Johnny ada di depan komplek, kita sering nyebutnya gang elit, karena rumahnya Johnny tergolong perkumpulan rumah-rumah mewah.

Kita bisa kenal Johnny karena dia satu kelas sama Donny. Donny dan Johnny kelo menurut hierarki sekolah adalah senior gue dan Jeff tapi menurut hierarki pertemanan, Donny di posisi kelima dan yang terakhir tentunya seorang Johnny Arsenio Abraham.

Date.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang