Tidak ingin membuang-buang waktu, ia langsung melajukan mobilnya ke salah satu gedung yang terlintas dipikirannya. Ia tidak mungkin mencari ke setiap gedung di kota ini. Ia memerlukan bantuan. Dan seseorang yang terpikir olehnya sekarang adalah Kim Mingyu.

Setelah sampai, ia segera berlari menuju pintu apartement lelaki itu. Tangannya memencet bel dengan tidak sabar. Namun Mingyu tak kunjung membukakan pintu. Apa ia sedang diluar? 

Jaehyun menelpon lelaki itu. Tidak ada jawaban. Dengan sisa kesabaran yang dimiliki, ia mencoba menelpon Hyuna. Jaehyun bersiap mengakhiri panggilan ketika tidak juga mendapat jawaban. Namun pada detik terakhir, suara wanita itu menyapa gendang telinganya.

"Halo?" Sapanya dengan ragu.

"Halo, Dimana Mingyu?" tanyanya langsung

"Mingyu? Kenapa malah bertanya padaku? Oh, apa dia membawa kabur Taeyong mu itu?" nada sarkastik terdengar jelas dalam suaranya.

Jaehyun mengerutkan keningnya.

"Apa maksudmu?" ia balik bertanya.

"Oh, kau tidak tau? Well, sebagai mantan istrimu, aku akan memberi nasehat padamu. Adik tiriku itu psikopat. Berhati-hatilah."  Ia terkekeh pelan. Wanita itu terdengar santai.

Jaehyun membeku. Ia tidak takut pada Mingyu. Yang ia takutkan adalah bagaimana jika Mingyu benar-benar seseorang dibalik semua ini? Memikirkan keselamatan Taehyun dan Taeyong sedang terancam, membuatnya semakin kalut.

"Astaga! Air ketubanku! Hyojong! Aku mau melahirkan!" 

Jaehyun bahkan tidak sedikitpun peduli pada teriakan wanita itu diseberang sana. Ia segera mematikan sambungan. 

Lelaki tampan itu berlari menuju mobilnya. Ia harus meminta bantuan orang lain. Kemudian ia teringat salah satu temannya. Dengan kecepatan tinggi, ia melajuka mobilnya menuju salah satu gedung di pusat kota.

.
.

재용

.
.

Kelopak mata itu bergetar. Beberapa saat kemudian iris gelap menampakkan wujudnya. Ia mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. 

Lelaki cantik itu mengernyit. Merasakan pusing luar biasa yang menyerang kepalanya. Ia menatap sekitarnya. Tempat berdebu dengan sinar redup yang masuk melalui celah-celah jendela. Ruangan yang tidak terlalu luas ini terasa asing baginya. 

Pandangannya beralih pada sosok mungil yang tengah berbaring disampingnya. Matanya terbelalak.

"Taehyunie~"

Suaranya terdengar serak. Tangannya bergerak hendak membelai kepala putranya.

"Kau sudah bangun?" 

Suara itu terasa familiar ditelinganya. Ia menyipitkan matanya pada bayangan di sudut ruangan. Tangannya memang tidak terikat, tapi ia merasa bahwa ini seperti sebuah situasi penculikan. 

Sosok bayangan itu bangkit berdiri. Dengan langkah pelan dan mengancam, sosok itu berjalan mendekatinya. 

"Tidak usah takut, Taeyong-hyung. Aku akan membantumu duduk."

Taeyong membeku. Ia mengenali suara itu. Panggilan itu.

"Mingyu-ya." bisiknya.

Mingyu tertawa pelan. Tawanya menggema dalam ruangan. Tangannya menyeret sebuah kursi. Dengan gerakan cepat, ia menarik Taeyong untuk duduk dikursi.

Once Again (Jaeyong)Where stories live. Discover now