2. Arsana Meigha

48 21 9
                                    

Soal aritmatika yang diberikan Pak Hadi beberapa jam yang lalu itu membuat kepala Mega pusing. Ia dan Wulan, teman sebangkunya sudah berusaha semaksimal mungkin mengotak-atik soal itu, tapi tetap saja tidak ada jawaban yang dirasa benar. Bahkan, mereka juga merelakan jam istirahatnya hanya untuk mengerjakan soal yang kata Pak Hadi;
"Soalnya nggak sulit, cuman cukup menggemaskan aja, kok."

Agak sulit dipercaya, karena di akhir kata, tak lupa Pak Hadi tersenyum penuh teka-teki yang sukses membuat siswa-siswinya bergidik ngeri. Yup, soal itu mengandung dosis tinggi!

"Poin anuitas-nya aja kerjain dulu. Yang nomer satu susah," usul Mega sambil menunjuk soal yang tertera pada selembar kertas itu dengan jari telunjuknya.

"Ya udah. Rumus anuitas kemarin gimana?"

Mega segera membuka buku catatannya, jari telunjuknya menyusur mencari rumus anuitas yang kemarin ia catat. "Ini nih," kata Mega semangat setelah manik matanya menemukan rumus itu di antara deretan angka yang lain.

"Mana? Siniin!"

Mega segera menyodorkan buku catatannya kepada Wulan. Keduanya kembali terpaku pada rumus.

1 menit

2 menit

3 menit

"Jadi, ini ditaruhnya di sin-"

"Mega! dipanggil Chica, noh!" teriak Devi tiba-tiba, membuat perkataan Wulan terjeda dan pemahaman rumus anuitas di otak Mega buyar seketika.

Kesal. Mega sedikit memukulkan telapak tangannya ke muka meja, kemudian berdiri dan mendorong kursinya ke belakang, "Bentar ya, Wul," kata Mega meminta izin.

"Jangan lama-lama, woy!"

"Iya, GPL."

Mega berjalan keluar kelas menemui Chica. Dilihatnya sahabatnya itu di ambang pintu dengan air muka yang nampak khawatir. Tangan Chica menggandeng seorang cowok bertubuh jangkung yang kini sedang berdiri disampingnya.

Mata Mega menatap lurus ke arah tangan Chica yang sedang bertaut dengan tangan seseorang, entah siapa. Otaknya masih loading. Ia masih terbayang soal aritmatika poin nomor 1 tadi.

Perkalian dipindah ruas hasilnya jadi pembagian, kan, ya?

Chica melepas genggaman tangannya pada tangan cowok itu dengan kasar. Gerakan Chica sukses membuat Mega terkesiap. Matanya mengerjap. Akhirnya ia tersadar dari lamunannya.

"Eh, maaf, Ga. Jangan salah paham dulu, gue mohon! Gue ke sini cuma mau ngejelasin tentang kejadian kemarin,"

"He?"

Chica menatap ke arah Ardha begitupun Mega yang masih kebingungan dengan posisinya saat ini.

"Sejak kapan Kak Ardha ada di sini?" batin Mega bertanya-tanya.

Manik mata Mega mengedar ke segala penjuru koridor. Hei, Mereka bertiga jadi pusat perhatian sekarang!

"Sebenarnya yang suka sama Kakak itu Megppft..." Mega segera membungkam mulut Chica dan melotot ke arah Chica, membuat Chica ikut melotot kebingungan, "Jangan kasih tahu Kak Ardha," bisik Mega di telinga Chica.

"Kak Ardha balik aja ke kelas. Bentar lagi mau bel masuk. Belajar yang pinter ya, Kak. Kan udah kelas 12. Biar nanti lulus ujiannya, ya. Pacarnya nggak bakal aku apa-apain kok tenang aja oke," lanjut Mega.

"Oh, o-oke. Gue tinggal dulu."

"Iya."

Awalnya Ardha meninggalkan Mega dan Chica dengan langkah ragu. Terbukti dengan Ardha yang sesekali menoleh ke arah mereka. Ah, ralat! Lebih tepatnya ke arah Chica. Namun akhirnya Ardha berlalu pergi meninggalkan Mereka berdua yang masih pada posisi anehnya.

Arsana Meigha #RAWSBestfriend ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ