Orang mengira, "teman khayalan" itu benar-benar hanyalah sebuah khayalan, sebuah imajinasi dari seorang anak kecil yang lugu dan tidak mengerti apa-apa. Tidak. Teman khayalan itu nyata, mereka hanya bisa dilihat oleh seseorang yang menciptakannya, memilikinya, dan percaya padanya. Bagaimana aku bisa tahu?
Karena aku sendiri adalah seorang teman khayalan.
Aku adalah seorang teman khayalan. Sudah menjadi tugasku untuk menjaga pemilikku. Aneh bukan? Tapi begitulah kami, para teman khayalan. Teman yang ada ketika orang merasa kesepian, merasa takut, sedih, kecewa, bahagia, marah sekalipun.
Aku lupa, kapan pertama kali aku melihat pemilikku. Sudah lama sekali. Hal yang kuingat saat itu adalah...
Gelap.
Lalu, seberkas cahaya mencoba untuk menarik, membuka kedua kelopak mataku. Aku melihat sekelilingku. Aku berada di sebuah ruangan dengan banyak kursi dan meja yang berserakan. Suasana kala itu cerah dan hangat layaknya cahaya matahari di pagi hari.
Aku merasakan tangan kecil yang tiba-tiba memegang kedua pipiku. Aku menghadap kedepan. Seorang gadis kecil yang sangat cantik. Lalu ia tersenyum. Sebuah senyuman terindah yang kulihat, dan takkan pernah ada yang bisa menggantikannya. Ia menempelkan keningnya ke keningku dan menutup matanya. Ia tertawa bahagia.
Lalu ia membuka matanya dan mengecup hidungku. Aku melihat matanya berkaca-kaca. Ia mendekatkan bibir mungilnya ke telingaku dan berbisik, "akhirnya, pelindungku."
Awalnya, aku tidak mengerti apa-apa. Aku tidak mengerti bagaimana aku muncul, mengapa, dan aku tidak tahu siapa diriku. Lalu anak tadi berjalan keluar dari ruangan. Entah mengapa, aku merasa harus mengikutinya.
Aku menyentuh tangannya. Aku bertanya, "kamu siapa?"
"Rory. Namamu Matthew, karena kamu adalah sebuah hadiah yang indah untukku," jawabnya. "kau menyukainya?"
Aku menganggukkan kepalaku. "Matthew. Aku Matthew," gumamku.
Aku masih belum mengerti mengapa aku ada disini.
