Prolog

41 4 0
                                    


Pemandangan senja yang disuguhkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala selalu saja menenangkan perempuan yang tengah duduk memandangnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Terkadang dia menutup mata menikmati angin yang menerpa wajah dan mengayun kerudung panjangnya. Tak jarang juga helaan nafas terdengar dari bibir mungilnya.

Rooftop gedung UKM memang menjadi tempat favorit perempuan ini. Di tempat ini dia bisa menikmati kesendirian dengan menatap senja ditemani semilir angin. Gedung UKM itu apa? Gedung UKM adalah salah satu dari banyak gedung yang terdapat di Universitas ini, gedung ini dikhususkan untuk kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti BEM maupun HIMA termasuk salah satunya LDK. Rooftop gedung UKM memang ditata sedemikian rupa untuk menjadi tempat yang nyaman untuk sekedar bersantai dari penatnya tugas dan aktivitas kampus.

Biasanya banyak yang menjadikan rooftop setidaknya sebagai tempat menikmati semilir angin sore. Namun entah mengapa hari ini tak ada tanda-tanda manusia lain selain si perempuan manis itu. Setelah beberapa saat menikmati semilir angin dengan mata tertutup, perempuan itu terganggu dengan bunyi dentuman yang berasal dari tangga yang menjadi penghubung rooftop dan lantai bawahnya. Matanya terpaksa terbuka dan ditengoknya arah asalnya suara tersebut.

"Ndy..." panggil sesosok perempuan yang ternyata menjadi sumber dari suara dentuman tersebut. Indyana, kerap dipanggil Indy atau ndy si perempuan yang dipanggil oleh si pembuat suara dentuman. Sedangkan si rusuh, ya bisa disebut seperti itu adalah Lafina.

"Indyana, ih liat deh aku bawa ice cream strawberry buat kamu tapi tumpah sebagian karena aku kesandung tadi." Perempuan itu terus saja mengoceh sedangkan yang diberi penjelasan tak lagi menghiraukan sahabatnya. Matanya kembali tertutup dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu.

"Indyana manis manja grup. Ihh kan aku dicuekin lagi. Udah tau temannya kesusahan malah tidur lagi. Ga heran deh sama si cuek satu ini."

"Bisa ga sih Laf ga rusuh sedetik aja, tapi jazakillah khairon sahabatku Lafina udah bawain ice cream kesukaan aku meski pake drama kesandung segala. Hmmm." Ujar Indy yang mau tak mau membuka matanya lagi untuk menghadapi sahabatnya yang cerewet itu. Diambilnya ice cream kesukaannya tersebut meski bentuknya tak lagi seperti semestinya namun untungnya wadahnya masih tertutup rapat sehingga tak berceceran kemana-mana.

Lafinapun duduk disebelah Indy dengan tampang cengengesan. "Hehe. Kalau ga rusuh bukan Lafina namanya. Eh by the way kamu ngapain disini sendirian? Galau bu? Mikirin siapa hayoo?"

"Engga ada yang aku pikirin sih sebenernya lagi menikmati suasana senja yang tenang aja, awalnya sebelum kamu datang ya Laf." Ujar Indy yang tetap asik menikmati ice cream itu, begitupun Lafina. Keduanya sama-sama hening

"Eiya kamu tahu dari mana aku ada disini? Bukannya kamu masih ada kelas yang kata kamu dosen killer itu Laf?"

"Yeeu. Emang kita udah kenal berapa lama sih ndy sampe ga tau dimana kamu kalau lagi sore-sore begini. Ya kalau ga disini palingan kamu di ruang sekertariat Ldk atau di Masjid nunggu azan. Ya kan?" jawab Lafina sambil menyenggol-nyenggol bahu Indyana dengan jenaka.

"Kalau masalah dosen kill to the ler itu gatau kenapa dia tiba-tiba batalin kelas dan minta atur waktu buat kelas pengganti. Ngeselin banget kan? Tapi kalau aku sih lebih ke Alhamdulillah soalnya hari ini tuh ada pengambilan nilai gitu dimata kuliah beliau dan aku ga sempet belajar semalam. Hehe."

"Ku tebak pasti karena kamu lagi maraton nonton oppa-oppamu itu kan?" ucap Indy malas.

"Ehehe. You know me so well bebs." ucap Lafina cengengesan.

"Aku ga pernah ngelarang kamu buat nonton drama korea yang isinya oppa-oppa kesukaanmu itu ya Laf. Sebagai temanmu aku hanya mengingatkan untuk coba kurangi sedikit kecanduanmu dengan oppa itu. Apalagi jika drakor itu bisa mengganggu atau bahkan mempengaruhi nilai kuliah mu atau malah mengurangi intensitas hubunganmu dengan Allah." Ucap Indy menasihati.

"Iya Indyana yang cantik sahabatku tersayang aku bakal ngurangin kok sedikit demi sedikit lagian semalem aku marathon soalnya tinggal beberapa episode terakhir. Jadi biar sekalian selesai, aku bisa mati penasaran kalau engga lanjut sampe selesai."

Lalu keduanya mulai hening lagi dan memandang langit yang mulai menggelap. Tak terasa Azdan Magrib sudah berkumandang. Mereka pun bergegas menuju masjid kampus yang letaknya tak jauh dari gedung UKM. Mereka mengerti bahwa panggilan Allah untuk sholat berupa adzan harus segera ditunaikan. Jika manusia mudah cemburu saat panggilannya tidak dihiraukan, begitupun Allah sang Maha Pencipta.

Bersamaan dengan perginya mereka berdua ke masjid mulai dari sinilah cerita mereka dimulai. Tentang persahabatan, organisasi, keluarga dan masih banyak lagi.

***

AtsiqobillahWhere stories live. Discover now