"Kudengar, kau memiliki seorang anak laki-laki." ucapnya santai.

Taeyong mengangguk. Ia masih sibuk mengunyah makanan dimulutnya. "Hyuna bilang padamu?" tanya Taeyong saat ia telah berhasil menelan semua makanannya.

Giliran Mingyu yang mengangguk. Senyum lembut terukir diwajah tampannya. Tanpa sadar tangannya terulur untuk mengusap krim tiramisu disudut bibir Taeyong. Tanpa rasa malu, ia malah memasukkan krim tiramisu dijarinya menuju kemulutnya.

Taeyong membeku. Kaget sekaligus bingung dengan perlakuan Mingyu.

Sedangkan lelaki tan itu malah terlihat santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Yang ada dipikirannya sekarang adalah rasanya sangat menyenangkan berbincang dengan seseorang dengan paras luarbiasa seperti Taeyong. Hanya perbincangan ringan, menciptakan suasana santai yang perlahan melunturkan kebosanan.

"Siapa namanya?" tanyanya lagi memecah kebisuan Taeyong.

"Jung- maksudku Lee Taehyun." Taeyong tersenyum kikuk. Ia tidak sadar telah menanamkan marga lain untuk anaknya didalam kepalanya karena menganggap Jaehyun sebagai wali Taehyun.

Hanya wali. Tidak lebih. Jadi tidak seharusnya Taehyun menyandang marga Jung. Setidaknya, begitulah pemikiran Taeyong.

Rupanya Mingyu menyadari kesalahan Taeyong.

"Jung?" tanyanya bingung. Kini ia sedikit mencondongkan tubuh tegapnya kearah Taeyong. Sebelah tangannya menumpu dagunya.

"Ah, aku hanya salah bicara. Jung itu marga Jaehyun. Dan saat ini Jaehyun adalah wali Taehyun karena.. kau tau, aku masih muda dan terlalu bodoh. Lelaki yang menanamkan benih itu pergi tanpa bertanggungjawab." Taeyong tertawa pelan.

Mingyu bisa mendengar getir dalam tawanya. Tentu saja. Pasti berat baginya berjuang sendirian.

"Hm, aku tidak bermaksud kurang ajar. Tapi, jika nanti ternyata Hyuna noona sudah menyandang marga Jung, aku siap untuk mengambil alih peran sebagai wali dari Taehyun. Siapa tau nanti aku bisa merubah marganya menjadi Kim Taehyun, atau bahkan Kim Taeyong." Mingyu menunjukkan senyum lebarnya.

Seharusnya senyum menawan Mingyu mampu memikat hati Taeyong, tapi otak dan hatinya seolah menolak. Ia tidak merasakan apapun. Hambar. Nyaris pahit.

Tetapi mendengar ucapan Mingyu, mau tak mau ia harus menatap kenyataan didepan matanya. Bukan tak mungkin bahwa nanti Hyuna menyandang marga Jung.

Mingyu memperhatikan ekspresi Taeyong. Perlahan senyumnya memudar. Menyadari ada hal yang Taeyong sembunyikan. Namun Mingyu hanya diam. Ia kembali menangkap getir dalam sorot mata legam dihadapannya.

"Taeyong-ssi? Kau baik-baik saja?" tanya Mingyu akhirnya.

Taeyong ditarik paksa dari lamunannya. Ada yang sedang mengajaknya berbicara.

"Ya, aku baik." Taeyong kembali mengukir senyum palsu kesekian.

Mingyu menatap Taeyong dengan tatapan datar. Menyadari bahwa senyum palsu lah yang disuguhkan lelaki cantik itu padanya.

Perhatian semua orang di meja tersebut teralihkan saat seorang pelayan menuangkan wine ke gelas didepan masing-masing orang.

"Ah, tidak usah. Aku sedang tidak bisa minum wine."

Sontak semua pasang mata menatap wanita yang barusaja menolak wine yang dituangkan pelayan. Semuanya masih terdiam. Setelah pelayan itu pergi, Mingyu mulai angkat bicara.

"Kenapa kau tidak bisa minum wine, noona?" Mingyu bertanya dengan bingung. Biasanya noonanya itu tidak pernah bisa menolak wine.

Wanita itu tersenyum aneh. Bukannya menjawab, ia malah menatap Jaehyun yang berada disebelahnya. Taeyong ikut memandang Jaehyun dengan bingung.

"Jaehyun?" Hyuna malah memberi kode kepada Jaehyun, seolah meminta kekasihnya itu yang menjawab.

Jaehyun menatap Hyuna. Kemudian ia mulai menatap orang-orang disekelilingnya. Kini tatapannya berhenti pada sisi kirinya. Taeyong. Sahabatnya.

"A-ah jadi begini, Hyuna-"

"Aku hamil." potong Hyuna yang terlihat tidak sabar. Senyum lebar merekah dibibirnya.

"Umurnya sudah tujuh belas minggu." lanjutnya dengan binar bahagia dimatanya.

Taeyong membeku. Seluruh syarafnya seolah dimatikan begitu saja. Ia tidak bisa bergerak. Terlalu terkejut. Bahkan suara-suara ucapan selamat dari kedua teman Hyuna terdengar samar ditelinganya kemudian perlahan menghilang. Dunianya terasa hening. Sunyi. Seolah sesuatu dengan perlahan membunuh seluruh indranya.

"Tae."

Panggilan itu sukses membuyarkan segalanya. Taeyong menatap Jaehyun dan Hyuna secara bergantian.

"I-itu be-berita yang bagus." Suara Taeyong terdengar tidak stabil. Ia menggigit bibir bawahnya.

Bahkan Mingyu bisa merasakan suara Taeyong yang bergetar.

"Congrat- ehem Congratulations." Taeyong tercekat di awal. Ada sesuatu yang sedang menyeruak ingin keluar namun ditahan sekuat tenaga oleh Taeyong. Ia menatap lelaki di sisi kanannya yang kini juga menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.

"Kau tidak memberitahuku, Jae?" lirihnya.

"Maaf, Tae." Jaehyun berusaha meraih tangan Taeyong.

Belum sempat tangannya menyentuh milik Taeyong, lelaki cantik itu lebih dulu menarik tangannya. Menolak untuk disentuh. Jaehyun bisa melihat sorot kekecewaan yang begitu pekat pada manik legam sahabatnya.

"It's 'kay, Jae. It's okay. As always." Taeyong mengembangkan senyumnya. Senyum palsu paling menyakitkan untuk malam ini.

"Hyuna, maaf. Aku harus pulang sekarang. Penerbanganku dua jam lagi." ucap Taeyong, jelas berbohong. Penerbangannya baru besok sore. Tapi ia sungguh tidak kuasa berada diantara mereka.

"Oh, tentu. Tidak apa-apa. Hati-hati dijalan, Tae." balas Hyuna.

Tanpa basa-basi Taeyong segera berjalan meninggalkan orang-orang dibelakangnya. Langkahnya semakin cepat. Secepat air mata menuruni pipinya. Ia tidak seharusnya begini.

'Oh ayolah, Tae. Ini demi kebahagiaan Jaehyun. Kau berjanji tidak berharap apapun padanya, kan?' batinnya terus mengoloknya. Menambah sesak didadanya.

"Taeyong!"

"Lee Taeyong, tunggu!"

Ia bahkan mengabaikan teriakan seseorang memanggilnya. Menulikan telinganya dan terus berjalan menjauh. Sejauh mungkin. Seolah tidak menyadari ada yang tertinggal.

Hatinya.

TBC

Halooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halooo

Semoga part ini tidak menjadikan hari kalian mendung :'3

THANKS A LOT FOR THE SUPPORT💕

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang