“Apa?”

“Kenapa kau tiba-tiba membela Hyuna?”

“Tidak. Tidak ada.” Taeyong mengangkat bahunya acuh.

Jaehyun masih menatapnya dengan tatapan menyelidik. Tau ada sesuatu yang disembunyikan, tapi ia diam saja dan mencoba mangalihkan pembicaraan.

Biasanya Taeyong akan menunjukkan binar dimata indahnya. Tapi kini terlihat meredup. Tidak seperti biasanya.

“Hei kita akan segera pindah ke Inggris. Kau tidak senang? Ayolah, Tae.” Jaehyun mencoba membuat Taeyong bersemangat.

“Ya, itu bagus. Sangat bagus, Jae.” lelaki cantik itu mencoba tersenyum setulus mungkin meski otot pipinya tertarik kaku.

“Penerbanganku tiga hari lagi. Cepatlah pesat tiket pesawatmu, Tae.”

“Tentu, Jae. Aku akan memesannya nanti. Masih ada urusan yang harus aku selesaikan dulu. Setelah itu aku akan menyusulmu.”

Taeyong menggenggam tangan besar Jaehyun. Senyum manis masih setia menghiasi wajah rupawannya.

Tanpa Jaehyun tau, Taeyong sedang memendam beban berat dihatinya.

Membuatnya tak yakin.

Ya, Jae. Semoga aku bisa menyusulmu nanti’

.
.

재용

.
.

Orang-orang terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Beberapa ada yang berlari, sebelah tangannya menarik sebuah koper. Ada juga yang mendorong trolley, mengangkut tumpukan tas dan koper.

Pemandangan seseorang tengah berpelukan atau bahkan berciuman pun ada. Bandara siang ini terlihat cukup ramai.

“Kau harus berhati-hati, Jae. Jangan tidur sampai tiga menit setelah lepas landas. Jangan berbuat macam-macam, Jae. Jangan sampai kau jatuh dari atas sana. Jangan tidur juga saat sebelas menit sebelum mendarat.” Lelaki cantik itu terus berbicara tanpa henti. Hatinya gelisah. Tidak siap membiarkan sahabatnya pergi.

Lelaki jangkung itu menatap wajah cantik disebelahnya. Terkekeh pelan melihat sahabatnya itu begitu cerewet. Mereka tengah berjalan memasuki bandara dengan langkah tak beraturan.

“Taeyong, aku-“

“Jaehyun dengarkan aku!" Lelaki cantik itu berdiri di depan Jaehyun dengan ekspresi serius. "Jangan pernah keluar dari pesawat saat sudah diatas sana, kau bisa jatuh. Jangan sampai teroris meledakkan pesawat. Jangan pernah membuka jendela pesawat, Jae.”

“Tae, sebentar. Jendela pesawat memang tidak bisa dibuka.” Jaehyun tertawa pelan, memperlihatkan lesung dipipinya.

“Ah, apapun itu. Terserah. Yang penting, kau harus selamat sampai tujuan.” kini lelaki cantik itu merasa dadanya sesak, napasnya tidak teratur.

Jaehyun terkekeh pelan lalu mengusap kepala sahabatnya.

“Aku serius, Jae!” Taeyong merengut kesal. Air mata sudah menggenang dimata indahnya.

'Ah kenapa aku cengeng sekali?'

Taeyong menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Takut lelaki jangkung didepannya melihat air matanya.

Namun terlambat. Jaehyun sudah melihatnya. Ia sedikit panik melihat air mata lelaki mungil didepannya.

“Hei, aku bisa menundanya jika kau mau.” ucapnya lembut sambil menarik tangan Taeyong yang menutupi wajahnya.

Once Again (Jaeyong)Where stories live. Discover now