Cametra bergerak mengambil pita dari dalam laci meja rias, pita berwarna hijau yang tidak serasi dengan warna gaunnya. Ia tidak peduli soal keserasian warna, ia menyukai warna hijau dan warna hijau ada di lambang kerajaannya sebagai warna dasar.

Kepalanya menoleh ke arah lukisan dirinya saat masih berusia dua belas tahun, di mana dirinya dilukis oleh seniman terbaik. Di dalam lukisan itu, Cametra mengenakan sebuah gaun hijau zamrud dan mahkota dengan berlian putih. Senyumannya di lukisan itu palsu, saat itu ia hanya ingin bermain bukan untuk duduk dan berpose anggun. Di dada Cametra dalam lukisan itu terdapat pin kerajaan dengan simbol burung emas yang tengah melebarkan sayapnya dan warna latar hijau zamrud. Kaki burung itu mencengkram sebuah panah berwarna emas.

Cametra tersenyum simpul, ia bahkan tidak tahu di mana letak pin itu sekarang. Mungkin disimpan oleh ibunya atau mungkin disimpan di sebuah tempat oleh Cametra sendiri. Untuk pertama kalinya ia memakai pin itu hanya saat usianya dua belas tahun, dan sampai saat ini ia tidak pernah memakainya lagi. Cametra tidak terlalu mempedulikan benda itu, lagipula ia akan mendapatkan kembali benda itu suatu hari nanti. Ia yakin itu.

Cametra berjalan menuju ranjangnya, memungut jurnal Profesor Spellman yang tergeletak di atas karpet beledu. Ia tidak ingin ada orang yang mengetahui soal jurnal itu, maka ia harus menyembunyikannya. Cametra memutar tubuhnya, mencari tempat aman untuk jurnal itu, tempat yang setidaknya jarang terlihat oleh orang lain. Sayangnya, tak ada tempat aman di sana. Mau tak mau Cametra harus menyembunyikan jurnal itu di balik gaunnya, untung saja ia memiliki saku yang lumayan luas untuk menyimpan jurnal itu.

"Jangan khawatir, Profesor, aku tetap merahasiakan jurnal ini. Kecuali pada satu orang, ya hanya satu orang saja." Cametra tersenyum dan segera bergegas meninggalkan kamarnya.

❄❄❄

Ratu Stella menatap putrinya yang berjalan perlahan menuju meja makan, kepalanya bergerak mencari sesuatu. Ratu Stella tidak ingin menanyakan apa yang sedang dicari oleh Cametra, karena ia sendiri sudah mengetahui jawabannya.

Cametra menarik kursi yang berseberangan dengan ibunya, ia duduk dan mengambil sendok di samping piring yang sudah tersedia makanan pembuka. Dengan gerakan pelan, Cametra menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Matanya mengarah pada kursi di samping kanan, kursi yang seharusnya ditempati oleh ayahnya.

"Dia sedang sibuk," kata Ratu Stella saat menyadari arah tatapan putrinya.

Cametra tidak menjawab, ia hanya mengangguk pelan. Kembali mengunyah makanannya sampai habis tak tersisa. Ketika pelayan mengangkat piringnya dan menggantinya dengan menu lain, Cametra tampak tidak bersemangat. Ia ingin segera menyudahi makan siang ini dan segera menemui Emily, ia sudah bosan karena nyaris setiap makan siang pasti selalu serupa. Kadang ibunya juga ikut menghilang saat makan siang berlangsung, kadang Cametra tidak makan siang dan memilih memakan beberapa biskuit di kamarnya sambil mengobrol bersama Emily atau berbagi buku bacaan.

"Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan saja," ucap Ratu Stella seraya memotong daging di atas piringnya.

Cametra mengedikkan bahu, sama sekali tidak berniat untuk bicara. Lagipula, ia tidak punya topik pembicaraan, di dalam kepalanya hanya ada isi dari jurnal Profesor Spellman. Cametra mengunyah daging perlahan, membiarkan rasa dari bumbu yang membaluri daging menyentuh lidahnya. Cametra menikmati setiap suapannya, menikmati betapa enak makanan hari ini. ia ingin berterimakasih pada siapa pun yang memasak makanan itu, setidaknya mood Cametra kembali.

Red Bird (Bisa Dipesan di Shopee)Where stories live. Discover now