Doyoung tiba tiba merangkul gue dan mengelus bahu gue pelan. "Jangan nangis. Muka kamu jelek kalo nangis."

Ambyar. Mas Doyoung emang perusak suasana.

🖤🖤🖤

U

dah jam 5. Jam besuk udah mau abis. Dan anak anak disini dibersihkan sebelum mereka diberi susu dan tidur. Dan gue membantu pengasuh disini untuk membersihkan anak anak disini.

Gue tengah membersihkan Anggara. Membasuhnya dengan tisu basah, membalurkan minyak telon, menaburkan bedak, mengganti pampers, dan mengganti baju. Doyoung daritadi cuma mandangin gue sambil sesekali memotret gue yang tengah ribet. Mana Anggara aktif banget gak bisa diem.

"Gak salah ya, Anggara manggil kamu Mama."

Gue menunduk sedikit, memastikan Doyoung tidak menyadari muka gue yang pasti merah akibat ucapan dia tadi.

"Hm?"

"Kamu udah cocok jadi Mama."

Gue selesai memakaikan baju Anggara kemudian mencubit pipi Doyoung.

"Jangan ngomong gitu ih aku bapeeeer mas Doy!!!!"

Gue meninggalkan dia yang tengah tertawa sembari membawa Anggara mengambil botol susu nya.

"Wih, kamu sekarang makin rapih ya mandiin Anggara," Mba Nina menyerahkan botol susu nya ke gue. "Kalo kamu mau pulang, pulang aja. Biar nanti pengasuh lain yang bobo in Anggara."

"Nggak papa, Mba. Biar sama aku aja."

Gue duduk di tepi kasur Anggara, memangku nya kemudian menyodorkan botol susu ke mulutnya. Sambil menepuk nya sedikit, gue memandang Anggara yang sudah setengah sadar menyedot susu botolnya.

Sampai tiba tiba gue mendengar suara jepretan dari depan gue, membuat gue mendongak pelan.

Doyoung memasukkan hp nya ke saku, kemudian ia tersenyum.

"Apasih mas ngefans ya foto foto mulu daritadi?"

Dia cuma ketawa ketawa sebelum dia menerima botol susu yang sudah habis. Anggara sudah tidur. Gue pun menaruh dia diatas kasur kemudian berpamitan dengan Mba Nina karna sudah maghrib. Gue dan Doyoung memutuskan untuk sholat maghrib di mesjid terdekat.

Gue yang selesai sholat duluan menunggu Doyoung yang masih ada di dalem. Hp Doyoung tiba tiba bergetar, gue meng unlock hp nya untuk melihat siapa yang ngechat.

Gue diem ketika melihat wallpaper hp Doyoung.

Foto gue. Iya. Semenjak pacaran emg dia suka kadang random suka pake foto gue. Tapi, ini bukan foto selfie gue atau foto sok imut gue yang kayak biasa.

Ini foto gue pas lagi nidurin Anggara.

Mau baper lagi boleh gak? Ini maksudnya apa coba?

"Adek? Yuk."

Gue mendongak kemudian menyambut tangan Doyoung dan perlahan berdiri.

"Mas?" Panggil gue ketika kita di mobil menuju jalan pulang

"Hm?"

"Wallpapermu kok... pake foto aku?"

"Loh?" Doyoung menoleh gue sebentar, memandang heran.

"Kan emang biasanya pake foto kamu?"

"Iyasih tapi kok... pake foto yang itu?"

Doyoung tersenyun kemudian tangan nya yang tidak memegang setir meraih tangan gue dan menggenggamnya sembari mengelusnya pelan.

"Ya kenapa sih? Emangnya nggak boleh ya aku ngayal kalo kamu jadi ibu dari anak anak aku?"

Gue langsung memandang kearah jendela dengan cepat. Mampus. Degdegan gue. Muka gue pasti merah banget ini.

"Gausah salting. Ga cocok mukamu kalo lagi malu malu."

"Iiihh mas Doyoung ah!"

Gue menarik tangan gue dan melipatnya didepan dada. Mau pura pura ngambek. Bodo amat.

"Dih, ngambek," dia mencolek dagu gue, kemudian gue menepis tangannya kasar.

"Apasih, udah sana bawa mobil yang bener. Aku laper. Mau makan dirumah."

Dia cuma ketawa dan kemudian di sisa perjalanan hanya suara radio yang menemani.

Nggak lama kemudian kami sampai dirumah gue. Gue menoleh kearah Doyoung.

"Mampir gak? Mas belum makan, loh. Ayo makan dulu dirumah."

"Tadi katanya ngambek?"

Gue memutar bola mata gue. "Sana pulang. Aku turun ya. Ha-"

Gue nggak menuntaskan kalimat tadi karna tiba tiba Doyoung menarik gue mendekat dan memeluknya.

"Jangan ngambek dong. Masa nanti anak aku pundungan kayak Mama nya?"

Gue mencubit perutnya kuat, sampai dia memekik pelan.

"Jangan ngomong asal ih mas Doyoung nanti aku baperrrr!"

Dia ketawa kemudian mengecup puncak kepala ku pelan. "Enggak. Aku nggak ngomong asal. Kamu nggak mau jadi ibu dari anak anak aku?"

Gue nggak jawab. Gue cuma diem memandang kedepan dan mati matian menahan senyum yang berusaha keluar menampakkan diri.

"Gausah ditahan senyumnya. Senyum ya senyum aja. Pahala kok," ujarnya sebelum mengecup pipi gue cepat.

Ambyar. Gue ketawa kemudian memukul dada Doyoung pelan.

"Ah mas Doyoung kenapa sih susah banget jaim didepan kamu?!?"

"Ayo, aku lapar." Doyoung membuka seatbelt nya. "Aku beneran jadi diajak masuk kan?"

Gue mmengangguk. "Ayo, dirumah cuma ada mas Yuta soalnya. Yang lain belum pulang. Kata Mama makan aja duluan."

"Yuk." Setelah turun dari mobil, Doyoung menarik gue ke rangkulannya.

"Calon Ibu dari anak anak gue harus sehat. Gak boleh telat makan. Biar nanti kuat ngurusin anak anaknya."

"MAS DOYOUNG UDAAAAH AKU BAPEEEER!!!!"

[✔]Mas Doy.Where stories live. Discover now