"B-baiklah, kita coba dulu.." Jawab Jiho, sedikit menundukkan kepalanya untuk tersenyum kecil. Menghindari pandangan Jaehyun agar kedua pipinya tidak semakin memerah. Persetan dengan komentar para penggemar Jaehyun nanti, persetan dengan nasihat mereka yang berintikan jangan menjalin hubungan ketika sedang berada di tahun akhir. Jiho selalu merasakan hatinya hangat ketika bersama Jaehyun dan Jiho menyukai itu. Ia juga menyukai lelaki itu.

Hubungan mereka berjalan baik. Jaehyun terkadang bersifat kekanakan, begitu juga Jiho. Terkadang mereka terlibat dalam suatu perkelahian hanya karena hal sepele. Tak sulit bagi mereka untuk berbaikan setelah sebuah pertengkaran, kecuali ketika Jaehyun merajuk seperti anak kecil. Ia baru mau bermaafan ketika Jiho mau memberikan kecupan di bibirnya.

Bahkan hingga pengumuman kelulusan mereka di perguruan tinggi. Jiho mendapatkan kampus keinginannya, sesuai dengan jurusan yang ia impikan. Begitupun dengan Jaehyun, yang juga lulus di kampus keinginannya. Namun kedua kampus itu berada di negara yang berbeda. Kampus Jiho berada di Seoul, sedangkan yang menerima Jaehyun berada di New York.

Mereka tidak mempermasalahkan jarak pada awalnya. Jaehyun berjanji untuk terus menghubungi Jiho, begitupun sebaliknya. Hingga pada keberangkatan Jaehyun ke New York pun, Jiho membantunya untuk berkemas dan mengantarnya hingga ke Bandara Incheon.

Minggu-minggu awal terlewati dengan mulus. Keduanya mendapatkan banyak teman pada hari-hari pertama kuliah dan tidak terbebani oleh tugas-tugas yang ada. Namun ada satu hal yang Jaehyun dan Jiho tidak dapat atasi dari hubungan terhalang jarak, kekosongan.

Bukan rasa hampa karena tidak memiliki teman untuk bercerita. Terdapat sesuatu yang kosong karena tidak adanya kehadiran Jiho di samping Jaehyun, juga sebaliknya. Kekosongan itu mereka rasa tidak dapat diatasi melalui sebuah video call selama berjam-jam lamanya. Tidak. Keduanya membutuhkan kehadiran masing-masing, namun jarak memisahkan mereka. Jaehyun tidak bisa semudah itu pulang ke Korea, pun dengan Jiho yang tidak bisa mendapatkan libur dengan mudah dan pergi ke New York.

Akhirnya hubungan itu pun berakhir setelah satu bulan keberangkatan Jaehyun ke New York. Tidak ada perasaan marah diantara keduanya, hubungan itu berakhir dengan baik. Bahkan Jaehyun pun berjanji untuk kembali ke Korea secepatnya, untuk menemui gadis itu.

Selama satu tahun berlalu hingga tiba hari kembalinya Jaehyun ke Korea, keduanya masih berhubungan melalui pesan singkat. Sesekali lewat telepon, untuk bertukar kabar dan sedikit bercerita tentang kehidupan perkuliahan mereka yang mulai sulit dan dipenuhi tugas.

Tring!

Telepon genggam Jiho pun berbunyi. Sebuah pesan melalui KakaoTalk muncul.


Jaeeeeehyun

Hey!

Jangan sampai lupa hari ini, ya.

Saya sudah berangkat dari apartemen mama ke cafe biasa kita.

Gak usah dandan cantik-cantik.


Jiho menautkan alisnya bingung. Seingatnya, selama ia bersama Jaehyun, ia tak pernah dandan. Apalagi dandan cantik-cantik. Bahkan membedakan yang mana foundation, concealer, dan contour pun ia tak bisa, hingga sekarang. Memang sangat berbeda dengan gadis-gadis pada usianya. Namun ia tak ambil pusing, toh selama wajahnya bersih dan masih layak untuk dipandang ia tak perlu minder tanpa make up.

Gadis berambut panjang itu pun dengan cepat berjalan menuju kaca sebadannya. Menyisir rambutnya ke samping sambil sesekali menyampingkan tubuhnya untuk meyakinkan bahwa pakaian yang ia pakai hari ini tidak terlalu mencolok. Sebuah celana yang pendeknya di atas lutut berwarna putih dan kaus berwarna biru muda membuatnya terlihat lembut di hari kedua pada minggu pertama musim panas.

reconciliation. // jung jaehyun x kim jihoWhere stories live. Discover now