Aşık

445 65 21
                                    

Hinata menandatangani surat yang paman Hiashi berikan. Hanya aku dan ayah yang tahu bahwa di surat itu, aku menyelipkan surat lain. Surat pernikahanku dan Hinata yang tentu saja diurus oleh Ootsutsuki Hamura.

"Bagaimana keadaanmu, Hinata-chan? Apakah lebih baik?" tanya ayah.

Hinata menjawab ya, kemudian berkata lagi, "Bolehkah aku berduaan bersama Toneri?"

Sebuah permintaan yang ia ajukan pada kami semua. Aku, tentu saja sangat ingin. Hiashi mengangguk. Ayah menepuk pundak Neji dan mengajaknya keluar. Hanabi juga dituntun ayahnya untuk keluar dari dalam ruang rawat Hinata.

Kekasihku itu menggeser tubuhnya. Ia memintaku untuk berbaring di sampingnya. Aku melakukan hal yang ia pinta.

"Suamiku,"

Aku melotot. Apakah ia menyadarinya? Ia tertawa. "Kurasa ayah mertuamu juga tahu, Toneri."

Aku ikut terkekeh pelan. "Maaf, tapi aku tak ada cara lain."

Ia menggeleng dan memberikan senyum anehnya padaku. Aneh, senyum itu tetap manis, tetapi kesan sendu dan misterius pun ada.

"Waktuku tidak banyak," ia berkata dengan linangan air mata. "Di akhir hayatku, kau pun mengabdikan diri untukku. Beruntung sekali aku dicintai oleh laki-laki sepertimu."

Mataku tanpa izin mengalirkan air mata juga. Kami tidur berhadapan di satu ranjang tidak besar itu.

Hinata menyentuh pipiku, mengusapnya pelan. "Berbahagialah, Toneri-ku."

Dia mengakuiku sebagai miliknya. Aku sangat senang. Hingga aku tak bisa membedakan air mata kesedihan dan kebahagian. Mereka bercampur menjadi satu dan sama kuatnya.

"Aku mencintaimu. Sampai kapan pun. Terima kasih atas segalanya. Maukah kau menyampaikan sesuatu pada ayah dariku?"

Aku tidak suka ini. Ini salam perpisahan darinya. "Katakan pada ayah, bahwa aku sangat menyayanginya."

Aku terisak-isak. Aku tahu ini adalah saat-saat terakhir darinya.

Ia memelukku dan menenangkanku, kemudian berbisik lagi padaku menyelesaikan kalimatnya yang harus kukatakan pada Hiashi.

Semakin aku dibuat sedih oleh kalimat-kalimat yang akan kusampaikan pada ayah mertua.

"Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali di kehidupan lain, Toneri."

Argh!
Kekasihku, benar-benar telah dijemput. Aku memeluknya, menangis meraung sambil memanggil-manggil namanya.

Dokter datang bersama para Hyuuga dan ayahku.

Ya, saat itu, aku juga bisa melihat hidup ayah Hiashi yang juga di ujung maut. Ia terkena serangan jantung akibat kesedihan luar biasa.

Hanabi ikut menangis keras karena kematian kakaknya. Neji si raja berwajah datar pun memperlihatkan wajah terlukanya saat saudara perempuan mereka telah tiada.

****

Hinata mendonorkan jantungnya pada ayah mertuaku, Hyuuga Hiashi yang gagal jantung. Ia tahu bahwa ini akan terjadi. Oleh sebab itu ia memintaku untuk melakukan ini. Karena yang berhak atas dirinya adalah aku.

Hinata dikuburkan ketika Hiashi selesai dioperasi. Aku yang mengawetkan mayatnya hingga ia bisa dikuburkan. Selama itu pula, tak pernah aku meninggalkan jasad yang tak bernyawa itu. Selalu aku mengajaknya berbicara walau aku tahu takkan pernah ada balasan atau respons darinya.

Selama ini ayah bilang aku tidak pernah bisa berguna. Aku ingin berguna dengan mendonorkan jantungku untuk ayah.
Toneri, katakan pada ayah bahwa doa ayah sudah terkabul. Aku sudah mati sekarang. Ayah, aku menyayangi ayah. Maafkan ketidakbergunaanku selama ini.

Itu adalah pesan Hinata untuk Hiashi yang ia sampaikan padaku.

Ketika kusampaikan itu pada ayah mertuaku, ia menangis pilu. Meminta maaf pada Hinata dan berkata-kata hal menyedihkan lainnya.

.
.

****




.
.

Walau yang dicintai mati, meski yang memiliki kekasih pun mati. Namun, cinta mereka akan tetap hidup.

Seperti halnya cinta Toneri terhadap Hinata yang selamanya hidup hingga ia mati. Hinata mungkin telah tiada, tetapi cinta Hinata akan terus membekas di hati pria Ootsutsuki itu.

Dua puluh tahun setelah kepergian Hinata, menantu Hyuuga Hiashi itu tidak pernah lagi mencoba membuka diri untuk berkeluarga lagi. Cukup baginya Hinata. Ia ingin kelak di dunia yang kekal, ia dipertemukan dengan Hinata lagi.

Ia berpegang pada janji Tuhan semesta alam yang berkata bahwa kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cinta dan mencintai kita.

Meski tidak menikah, ia memiliki anak-anak. Para anak asuhnya yang ia sediakan panti. Dua panti asuhan. Satu khusus anak laki-laki dan yang satu khusus untuk perempuan yang kedua nama panti tersebut sama. Yakni: HYUUGA HINATA.

Kemudian, Toneri juga memiliki jaringan pasar modern yang ia beri nama TONERI HINATA.

Semua usaha bidang jasa dan dagangnya ia beri nama Hinata. Mantan kriminal itu telah menjadi salah satu orang tersukses di negerinya karena motivasi dari seorang perempuan yang tentunya sudah ia nikahi, tetapi diminta kembali oleh Yang Maha Esa.

Ia mendirikan sebuah panti jompo juga. OOTSUTSUKI adalah nama panti jompo itu. Ia juga memiliki LSM, yang diberinya nama dengan nama dua ibunya. MURASAKI KAGUYA.

Dia memiliki semuanya, tapi tidak mungkin bisa memiliki raga Hinata. Tidak masalah baginya, karena ia yakin, Yang Maha Perkasa akan mempertemukan mereka kembali di dunia baru.





Dalam kesendirianku, bayangan dirimu masih selalu datang menghampiri ... memelukku dan menguatkanku. Hinata-ku, usiaku sudah setengah abad, kau belum mau menjemputmu juga? Kenapa hanya datang, tetapi tidak menjemput, hm?









Toneri tersenyum memandang bulan dan langit malam tanpa bintang. Ia duduk di kursi goyang di balkon kamarnya. Tadi, adik iparnya itu, yakni Hanabi sudah mewanti-wanti si kakak ipar agar jangan terkena angin malam. Toneri abaikan karena katanya setiap malam Hinata mendatanginya di tempat itu. Hanabi maklum, sejak dulu begini perilaku kakak iparnya.

Sepuluh menit sejak Toneri memandang rembulan yang sempurna bulatannya itu, matanya terpejam.

Tertidur.












Untuk selamanya.













Tamat!

LEALTÀ D'AMORENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ