10th; Jealous, I'm Over Jealous.

Start from the beginning
                                        

Aku tersenyum miris. Rasanya sakit sekali ya tersenyum disaat seperti ini.



Aku takut, Ya Tuhan. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Tangannya yang dingin ini membuatku semakin khawatir.



Bibirku tak henti membacakan doa untuknya sembari terus menggenggam tangannya. Berharap Tuhan mendengar permohonanku ini. Tak terasa, lama-lama...




























































Aku tertidur.



____________________________________________________




Taeyong's POV




Aku membuka mataku perlahan.



Eh?



Aku bangun...? Aku terbangun?



Ini dimana? Apakah ini UKS?



Ah, ini UKS. Bagaimana aku bisa berada disini?



Entah aku mimpi apa, aku lupa.



Yang jelas, aku terbangun dengan tangan Mark yang sedang menggenggam erat tanganku.



Mengapa aku bisa ada disini? Bukannya tadi aku ada di kelas?



Sial, aku benar-benar tidak ingat apapun. Hal terakhir yang kuingat hanya Mark mencium dahiku di depan kelas. Dan banyak orang mengerumuniku. Dan...



Sialan. Aku lupa.



Demi jenggot Merlin, mengapa aku bisa berada di sini?



Apa jangan-jangan Mark yang menggendongku ke sini?



Ah sudahlah.



Sekarang yang penting, aku baik-baik saja. Mark juga tidak kenapa-napa. Syukurlah.



Ngomong-ngomong, bocah yang sedang tertidur di sebelahku ini menggemaskan juga.



Entah mengapa juga, aku merasa aman berada di sampingnya. Rasanya seperti semua masalah dan beban yang ada di hidupku ini hilang ketika ada Mark di sampingku.



Tak terasa, aku tersenyum.



Aku memainkan rambut coklat kehitamannya itu dengan perlahan. Takut tiba-tiba bocah sialan ini terbangun.



Ah—



Dia bangun.



"E-eh... Lanjut tidur sana—"



"Kak!!!"



Tiba-tiba, Mark memelukku erat.



Benar-benar erat. Sampai rasanya aku tidak bisa bernafas. Namun aku senang melihatnya. Jarang-jarang lho, ada orang yang berani memelukku se-erat ini.



Aku tersenyum dan membalas pelukannya. Tak lama kemudian, Mark melepaskan pelukannya, lalu...



CUP!



Ia mencium bibirku tiba-tiba. Ciumannya terasa penuh dengan kerinduan dan kekhawatiran. Dan dia melepas ciumannya sebelum aku sempat membalasnya.



Dia menatap mataku dengan tatapan penuh tanya, penuh kekhawatiran. Aku tersenyum kecil, berniat untuk menenangkannya. Tanganku pun terangkat mengelus pipinya yang basah itu dengan perlahan.



[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now