10th; Jealous, I'm Over Jealous.

Start from the beginning
                                        

"Hmm... Kalau nggak salah ya, antara satu sampe dua jam buat nungguin dia siuman," lanjut Kak Ten.



Aku membelalakkan mataku.



"Lama amat..." keluhku khawatir.



"Iya, emang. Harus sabar," balas Kak Ten.



Aku menatap sedih tubuh Kak Taeyong yang tak berdaya itu. Tak apa, aku akan tetap menunggu sampai Kak Taeyong siuman. Aku harus tetap berada di sisinya, apapun yang terjadi.



"Ah, dia..."


Aku mendongak lagi mendengar Kak Ten mulai bicara lagi.



"Dia ga cerita secara detail kenapa dia bisa takut sama keramaian. Tapi dia pernah cerita sekali..."



Aku menunggu penjelasan lebih lanjut dari Kak Ten.



"Dulu ada kejadian yang bikin dia trauma. Kalau nggak salah... Dia pernah dibully. Makannya dia takut kalo dikerumunin gitu."



Aku membelalakkan mataku pada saat itu juga.



Tunggu.



D-Dibully?



Aku mengepalkan tanganku sekuat tenaga. Pada saat itu juga, aku bersumpah dalam hati akan menghabisi orang yang pernah membullynya.



"Tolong jangan bilang ke dia kalo gue cerita gini, ya?" pinta Kak Ten.



Aku mengangguk. Namun tanganku masih mengepal kuat, dan rahangku masih mengeras. Aku marah pada diriku sendiri karena tidak tahu apa-apa tentang Kak Taeyong.



"Mark?" panggil Kak Ten.



Aku menoleh, sedikit terkejut. "Iya kak?" sahutku.



Kak Ten terdiam sejenak.



"Tolong jaga Taeyong ya, apapun yang terjadi. Jangan pernah ninggalin dia."











































Aku mengangguk sembari tersenyum.



"Always, kak."








Dan aku akan menetapkan janji itu, selamanya.



Setelah itu, Kak Ten izin keluar UKS sebentar untuk mengabari wali kelas. Saat Kak Ten sudah keluar, aku memandang lagi Sleeping Beauty itu.



Cantik. Semua sudut dari dia itu sangat sempurna.



Kulit yang bercahaya seperti bidadari itu, bibir merahnya yang lembut, bulu matanya yang lentik, hidung mancungnya, jawline tajamnya, dan lainnya terlihat sangat cantik.



Namun jauh lebih cantik, jika kedua mata indahnya itu terbuka, dan dia siuman.



Manusia bernama Mark Lee ini, sungguh beruntung mempunyai kekasih yang sempurna ini.



Tanganku reflek mengelus lembut surai merah marunnya. Aku memandang setiap sudut dari wajah sempurnanya itu.



"Kakak cantik, tapi kalo kakak bangun pasti kakak tambah cantik," ucapku.



Aku menggenggam tangan pucatnya itu dengan lembut. Aku mencium punggung tangannya dengan hati-hati. Tangannya wangi.



Fisik cantiknya ini terlihat rapuh, dan itu membuatku takut.



[END] Seniority Program • MarkYongWhere stories live. Discover now