17. Ice Cream Monsters

Start from the beginning
                                    

"Tapi tadi ada yang bilang nggak percaya kalo Mommy bisa main anggar," timpal El cepat. "Vale bilang baru mau percaya kalo udah liat sendiri."

Anggukan Vale diikuti tatap penasarannya ke Luna.

"Mom sudah lama nggak main anggar," Luna menjawab enggan.

"Bukan berarti kamu sudah hilang ingatan dengan cara bermain Anggar, kan Luv?" sambut El seraya melempar pedang ditangannya kearah Luna.

Meski sambil menggendong Valeraine, gerak refleks Luna saat menyambut saber tetap segesit dulu. El meraih saber lain dari atas meja taman ... alisnya terangkat seperti juga sudut-sudut bibirnya saat melihat keengganan Luna menerima tantangannya.

Tatapan mata tajamnya penuh provokasi saat menatap wanita itu. Pak Danu juga ikut-ikutan mendukung El dengan mengambil alih Valeraine dari gendongannya.

Luna menghela nafas kemudian tanpa banyak bicara menanggalkan setelan kerja yang dikenakannya ... menyisakan hanya bustier renda warna hitam yang berpotongan rendah di bagian dada.

El bersiul, dimatanya Luna lebih seksi dari angel pakaian dalam victoria secret manapun.

Bustier yang jika dikenakan wanita lain pasti akan memancing imajinasi sensual pada Luna justru melekat layaknya baju zirah. Perempuan manapun mungkin bisa lebih cantik, juga lebih seksi dari wanitanya, akan tetapi mereka tidak akan pernah bisa memiliki kekuatan jiwa Luna.

Inner beauty yang tidak membuat Luna tampak rapuh namun justru memunculkan aura tak terkalahkan dan seolah-olah segala sesuatu bergerak mengikuti kehendaknya.

Mereka melangkah beriringan ke tengah lapangan rumput kemudian mengatur jarak yang sesuai untuk memulai permainan. Dan setelah sebelumnya saling memberi hormat dengan posisi pedang tepat di depan wajah keduanya mengatur kuda-kuda.

Luna menjadi penyerang pertama, kecepatannya luar biasa namun pedangnya ditangkis El sambil melakukan gerakan retreat ke samping. Langkah mundurnya diikuti tiga serangan balik dari El yang berhasil ditangkisnya dengan gerakan luwes.

"Good," komentar Luna saat melihat El bisa bertahan dengan baik dari serangannya.

Anggar adalah olahraga kecepatan, ketenangan dan kekuatan. Setiap langkah yang dibuat menunjukkan penguasaan terhadap sisi emosi pemainnya. Dulu mudah bagi Luna mengalahkan El karena fokus juga emosinya yang mudah terdistraksi.

Tapi setelah bertahun-tahun El mampu menguasai diri dan memberikan perlawanan yang luar biasa. El tidak mengatakan apapun, hanya sekilas menarik sudut bibirnya saat mendengar komentar itu.

Luna memulai kembali lima langkah menyerang dalam waktu singkat yang masih bisa ditangkis oleh El, akan tetapi gerakan memutar yang dilakukannya u yuk menggulung pedang lawan guna mencari kesempatan untuk membuat lawan lengah dan melepas pedangnya kali ini tak mampu mengintimidasi El untuk melepas saber, sebaliknya ketika mereka sama-sama bergerak menyerang, ujung saber El berhasil menyentuh dada kiri atas tempat di mana jantung berada, disaat yang sama ujung pedang Luna melengkung karena menyentuh tepat di tengah-tengah leher El.

Untuk sesaat keduanya sama-sama terpaku dalam posisinya masing-masing.
Tepuk tangan Vale membuat masing-masing menarik diri kemudian memberi hormat sebagai tanpa permainan telah berakhir.

"Mommy hebat Daddy juga!!"

"Itu namanya imbang," timpal Pak Danu menjelaskan pada Vale. "Kalau dulu Daddy-nya Vale timpang karena kalah terus kalau tanding sama Mommy."

Vale terkikik geli, sementara Luna hanya tersenyum datar saat melihat senyum kecut diwajah El.

"Saya sudah sering berlatih Pak De," El berusaha membela diri. "Sebaliknya Mommy Vale kayaknya sudah lama nggak latihan ... pegangannya lemah, gerakan pergelangan tangannya saat menggulung pedang lawan juga kaku nggak sekokoh dulu, kalau main lagi dia bakal mudah saya kalahkan."

Pelangi Tengah MalamWhere stories live. Discover now