Bab1

102 9 2
                                    

Hai, aku membawa cerita baru lg, padahal cerita yg terdahulu blm ada yg tamat, tp aku gatel mau up aja^^

Slmt membaca^^



***


"Gera dipanggil Bu sum dikantor."

Gera mendongak, melihat kearah Lisa yang berdiri disebelahnya dan menaikkan alis bingung, ada apa gerangan bu Sum memanggilnya kekantor. Tumben sekali. Biasanya, langganan bu Sum kekantor kalau tidak Lisa pasti Hanum. Siswi-siswi yang sering ikut olimpiade. "Gue? Biasanya kan lu."

Lisa menaikkan bahu acuh. "Ngga tau." Setelahnya, Lisa berjalan kearah bangkunya, didepan, dekat meja guru. Murid teladan sekali. berbeda dengan Gera, kalau Gera orangnya ngantukan ia lebih memutuskan untuk duduk dibangku belakang dekat jendela yang menghadap langsung kelapangan. Gera juga tidak bodoh, ia pintar tapi malas, ia ketua kelas tapi sering mendumal ketika disuruh ini itu oleh guru piket atau ada panggilan dari pihak sekolah, ia ketua osis tapi mageran untuk membuat apapun mengenai organisasi sekolah kalau tidak dibantu wakil osis sudah pasti Gera auto mager.

Tanpa ba bi bu, Gera keluar dari kelas, berjalan pelan melalui koridor yang mulai nampak ramai karena sudah jam istirahat. Kakinya terus melangkah, berbelok kearah kanan, dan tepat didepan uks langkahnya terhenti. "Gema?"

"Hai, Gera." Senyum Gema terlalu lebar hanya untuk menyapa seseorang, hingga matanya menyipit. Penampilan Gema berantakan, kemeja putih dikeluarkan, celana mengetat dengan dengkul yang sedikit sobek, tidak memakai atribut sekolah dan rambut gondrong yang acak-acakan. Menambah nilai minus dimata Gera yang sekarang menatap Gema dengan sinis.

"Ngga usah nyengir-nyengir, muka lu jadi mirip keledai."

"Sekarang Gera udah pinter nyindir ya." Perkataan Gera tidak membuat senyuman Gema luntur, malah membuat senyum cowok itu tambah lebar.

"Terserah." Tidak mau memperpanjang masalah, Gera langsung masuk keruang guru yang bertepatan didepan uks, menutup pintu rapat-rapat dan langsung menuju kearah bu Sum disudut ruangan. Bu Sum mengajar pelajaran Fisika sekaligus bimbingan konseling, selalu berhadapan dengan murid nakal dan bandel seperti cowok yang ditemuinya tadi. Gera menatap bu Sum sejenak, lalu mulai mengeluarkan suara. "Permisi Bu."

Bu Sum menoleh keasal suara dan mengangguk pelan. "Silahkan duduk, hmm Gera kan?"

Gera duduk dikursi yang berhadapan dengan bu Sum, kemudian mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. "Ada apa ya bu memanggil saya kesini?"

"Kamu kenal dengan Gema? Kata Lisa kalian dekat, apa kalian pacaran?"

Gera sempat terkejut mendengar ucapan bu Sum yang tidak terduga. Apa yang sudah Lisa katakan kepada bu Sum mengenai dirinya dengan Gema, bisa-bisanya gadis itu mengatakan yang sebaliknya. Gera memang mengenal Gema, tapi hanya sebatas nama karena Gema sering mencari gara-gara dengannya. Bukan berarti Gera pacarnya, siapa juga yang mau dengan Gema. "Saya bukan pacar Gema bu, saya hanya tau Gema anak 11 IPS 1, sudah." Ucap Gera kelabakan, takut bu Sum memikir yang bukan-bukan.

Bu Sum tertawa pelan. "Anak muda jaman sekarang, kalau pacaran suka tidak mengakui pacarnya didepan gurunya sendiri." Ucap bu Sum, sedikit guyonan yang sama sekali tidak lucu, hanya dia yang tertaw, dan Gera hanya menatapnya dalam diam. Didalam hati, Gera sudah mendumal tidak jelas berharap ia segera keluar dari neraka ini.

"Ada apa bu?" Cecar Gera, ia ingin buru-buru keluar dari ruang guru dan menemui Lisa untuk memberikan perhitungan kepadanya.

"Kamu tau sendiri bukan Gema orangnya seperti apa? Suka mencari keributan dan dalam masalah pelajaran ia nol besar." Jeda sebentar, perasaan Gera mulai tidak enak, dalam duduknya ia gelisah, menunggu kelanjutan dari ucapan bu Sum yang menurutnya terlihat lebih horor dari sebelumnya.

"Ibu ingin Gera menjadi guru pembimbing bagi Gema, ibu sering mendengar dari guru yang lain kalau kamu murid teladan..."

Telat dateng pulang duluan yang ada bu.

"apalagi kamu ketua osis, bisa mendidik Gema kejalan yang benar."

"Kenapa harus saya bu?" Gera nampak shock, mulutnya terbuka tutup seperti ikan mas yang ditaruh lantai tanpa air. Ia nampak tidak terima dan protes atas ucapan bu Sum barusan.

"Karena ibu percaya, kamu bisa. Kamu bisa membuat Gema berubah. Berubah menjadi lebih baik. Dan yang ibu harapkan kalian bersatu." Bu Sum terlihat menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman, lebih tepatnya seringai yang membuat Gera mulai geram dan ingin cepatcepat meruqiyah Gema untuk berubah menjadi lebih baik. Gera yakin, pasti banyak makhluk halus yang menempel erat ditubuh Gema. Pantas saja kelakuan cowok itu sudah seperti setan.

Bu Sum itu bukan wanita gendut yang sudah tua dan galak. Bu Sum masih muda, belum menikah dan masih kuliah. Ia single tulen, wajahnya imut, tidak sedikit yang mencoba mendekatinya, dari adik kelasnya, teman seangkatannya juga sering kali mencoba mencari perhatian, dan tentunya guru laki-laki yang masih lajangpun kerap mencoba mendekatinya. Betapa aura kencantikannya menguar, membuat sebagian siswi iri melihat bu Sum. Nama aslinya bukan bu Sum, tapi Suzy Mawrin. Ia sendiri lebih nyaman dipanggil dengan sebutan 'Sum' dari pada Suzy yang katanya sudah macam orang luar.

"Kamu setuju?"

Gera menggeleng. "Saya tidak mau bu, saya sibuk. Cari siswi yang lain saja."

"Tapi Gema maunya kamu Gera. sebelum kamu masuk keruang guru, Gema sempat menemui ibu dan berbicara kalau yang harus menjadi guru pembimbingnya harus ketua osis yang dapat dipercayai."

"Yah ibu, kenapa harus saya? Saya ngga mau deket-deket Gema, bu." Bibir Gera dimajukan, perutnya yang lapar sudah tidak ia hiraukan, masa bodo Gera kelaparan, nanti sepulang sekolah ia bisa malak Genta diparkiran.

Bu Sum tersenyum lembut, menatap Gera. "Coba kamu pikirkan lagi, masa kamu ngga mau liat temen kamu berubah jadi lebih baik."

Hah? Temen? Sejak kapan gua temenan sama monyet?

Gera hanya mengangguk pelan, wajahnya nampak kesal, tidak mau berlama-lama didalam ruang guru Gera berpamitan kepada bu Sum. Setelah dapat anggukan dari bu Sum, Gera langsung keluar dari ruang guru.

"Mimpi apa gua semalem, harus ngedidik anak monyet kaya gitu." Gera mengusap wajah lelahnya, mengambil ponsel didalam sakunya dan mengetikkan sesuatu disana.

Gentai: pulang sekolah traktir gua makan!


***



Vote+koment->penyemangat aku->cerita cepet up nya

Double GeWhere stories live. Discover now